logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

7. Siapa si Pendonor?

Lelehan air mata mulai membasahi relung hati, tak ada yang tahu, hanya sunyi dan gelap yang menemani.
Tubuh ini hidup namun raga ini mati tanpamu.
*****
"Ya Allah Ya Rabbi! Benarkah ini...??"
Mata Rivat menajam dan berkabut, pikirannya kalut, hatinya sakit serasa di hujam beribu pisau tajam.
" Ada apa Rivat? " tanya ummi Nessa panik saat melihat tangan Rivat bergetar dengan raut wajah menggambarkan kesedihan.
"Farhan Hasbullah " lirih Rivat sesak, suara nya terdengar bergetar. "Pendonor hati Rivat adalah Farhan, ummi! Sepupunya Rania."
"Astagfirullah... " ummi dan abi saling pandang sama kagetnya. " Mengapa dia merahasiakan data dirinya? "
"Dia mendaftarkan diri sebagai pendonor seminggu setelah Rivat pulang dari rumah sakit, itu artinya sebelum Rivat mengkhitbah Rania. " tangis Rivat pecah.
Rivat berusaha menarik napas di tengah himpitan di dadanya.
"Rania, sudah mengetahuinya lebih dulu, dia tau Rivat kena sirosis, Rania tau, ummi."
"Aku pergi begitu jauh meninggalkan Rania, agar dia tidak tau tentang kondisiku, tapi ternyata... " Rivat tak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia terus terisak, menumpahkan segala perih di hatinya.
"Maafkan kakak, Ra! Maafkan aku. " Rivat memegang dadanya yang teramat sesak.
Ummi Nessa ikut menangis pilu, begitu pula Alin dan Oma Ayu.
"Kasihan sekali Rania, dia... pasti sangat kecewa dengan keluarga kita. " lirih Ummi penuh penyesalan.
"Dia pasti sangat marah, keluarga kita semuanya menghilang saat operasi itu selesai. " ucap Leo.
"Ya Allah, ampuni dosa-dosa keluarga kami. " Abi menarik napas. " Kita kerumahnya, kita minta maaf. "
"Rania... " Rivat makin terisak " Mereka telah menjual rumah itu lima tahun yang lalu, Rivat tak tau mereka sekarang ada dimana. "
"Kita cari, kakak akan bantu mencari mereka, Rivat." ucap Loe, untuk menenangkan Rivat.
"Lalu... setelah nanti bertemu, Apa yang harus Rivat katakan padanya, apa...? "
Ya apa....
"Sabar nak, minta maaf adalah satu-satunya jalan terbaik. " Abi mengusap bahu Rivat.
"Rivat takut abi, Rania pasti sangat marah pada Rivat dan dia pasti akan membenci Rivat lebih dalam lagi. "
"Itu hak nya untuk marah, tapi kita tetap harus minta maaf. " lirih Oma Ayu ikut berpendapat.
Rivat segera beranjak ke kamarnya, saat masuk ke kamar Rivat sengaja tak menatap foto Rania yang ada di dinding, dia langsung saja ke kamar mandi mengambil air wudhu lalu sholat ashar yang tadi tertinggal.
'Ya Allah Ya Tuhanku, berilah hamba kekuatan untuk menjalani semua cobaan dariMU. Ampuni hamba yang telah mengecewakan dan meninggalkan Rania, izin kan hamba bertemu dengannya untuk terakhir kalinya, hamba ingin meminta maaf padanya, hamba mohon, aamiin.'
Tetesan bening menetes di pipi Rivat, menemani pilu di hatinya.
"Pantas saja Rania sangat sedih dan marah saat aku pamit ingin kuliah keluar negeri, dia sudah tau kondisi ku, malam itu juga dia lebih sering menangisi aku, Ya Allah, kenapa aku tidak sadar akan hal itu. "
Rivat menarik napas panjang dan membuangnya perlahan.
"Ternyata dia sering bertemu dokter Yudha karena membahas masalah donor hati ini, Rania kenapa kau sangat perduli padaku? maafkan aku yang telah pergi menjauh."
"Aku sangat menyesal karena semuanya bisa jadi begini. "
---------
Rivat berada di belakang kemudinya, menjalankan mobil dengan malas menuju ke rumah sakit. Mood nya sedang tidak baik hari ini. Sedari kemarin sore wajahnya terus layu.
Hatinya sungguh tersiksa, ingin rasanya mengelak dan tenggelam saja kedalam bumi, namun semua itu hanya semu, dan kenyataan tetaplah kenyataan yang tak bisa di ubah.
"Macet...! selalu saja... " Rivat menggerutu kesal, saat ada dua mobil di depannya  yang berhenti di pinggir jalan.
"Tin... tin... "
Rivat berkali-kali membunyikan klaksonnya, dia sudah terlambat pagi ini, ada jadwal operasi jantung mendadak.
"Oh Tuhan... kemana sopir mobil itu, seenaknya saja parkir di pinggir jalan. "
"Tiin... Tiin... "
Selang beberapa saat, si empunya mobil keluar dari mini market di pinggir jalan, dia berjalan separo berlari menuju mobilnya, melambaikan tangan tanda minta maaf sebagai formalitas, untuk pengendara yang sudah berjejer di belakang mobilnya.
Si lelaki memakai setelan jas mahal sangat rapih, dengan wajah yang good looking, keren dan terlihat sangat berkelas.
"Felix... " mata Rivat menajam kepada sosok pria ber jas itu. Felix segera memasuki mobilnya dan melaju.
Rivat dengan cepat ikut melajukan mobilnya, berusaha untuk menyusul, berkali-kali Rivat memanjangkan leher melihat ke depan untuk mengekori mobil Felix karena terhalang dua mobil.
"Astaga... lampu merah, sial...! " Rivat mengumpat dengan emosi, saat dia terjebak lampu merah dan mobil Felix sudah melesat jauh.
"Huh... " Rivat membuang napas perlahan, sambil mengusap wajahnya gusar.
"Kenapa selalu saja gagal? pasti Felix tau dimana Rania sekarang! Atau jangan... jangan... dia telah bersama Rania sekarang..., ah tidak-tidak... Jangan berpikiran aneh-aneh."
"Tapi setidaknya Felix pasti akan menjaga Rania, dilihat dari penampilannya dia pasti memiliki banyak uang, dia tak mungkin membiarkan Rania kesusahan. "
Ya... pasti
Rivat mengumpulkan sisa-sisa keyakinan, untuk sedikit lebih tenang, walau hanya sebentar, detik berikutnya pikirannya mulai runyam kembali.
Kenapa Felix bisa seberuntung itu, bisa hidup dekat dengan Rania.
"Oh Tuhan, kepalaku pening. " Rivat menarik rambutnya sendiri.
Rivat langsung memutar arah menuju ke rumah sakit cinta sehat .
---------
"Saya telah menaruh beberapa surat lamaran di meja dokter di ruang direktur. " ucap suster Lia,asisten pribadi Rivat setelah Rivat membersihkan tangan sehabis melakukan operasi.
"Terima kasih suster. " ucap Rivat seperti bisa dengan wajah datar.
Rivat langsung berjalan menuju ruangannya.
"Rivat... " Delia menghampiri Rivat, Rivat tak memperlambat langkahnya, Delia agak kesulitan mengimbangi langkah Rivat yang lebar dan cepat.
"Makan siang bareng! " tawar Delia dengan menyunggingkan senyum manis walau Rivat tak menoleh.
"Maaf, aku biasa makan sendiri. "
"Makanya aku mau temenin kamu makan. Aku juga makan sendiri. "
"Maaf Delia, tolong jangan ganggu aku, oke. Hari ini kepalaku sedang pusing, rasanya pingin nelan manusia, tolong pengertiannnya. Buk...! "
Rivat langsung menutup pintu ruangannya.
"Klik... " suara kunci di putar.
Wajah Delia memerah menahan marah. Tangannya mengepal.
"Ha... ha... makanya jadi cewek jangan terlalu agresif. " dokter Aning terkekeh.
"Kalo tidak agresif nanti jadi gadis tua" singgung Delia pada Aning dan langsung pergi begitu saja.
"Aku bukan gadis tua, tapi... usia matang." dokter Aning mengumpat kesal.
"Terlalu matang bisa busuk nanti. " sambung dokter Diah membuat dokter Aning jadi darah tinggi.
Rivat menelepon kantin rumah sakit meminta satu porsi makan siang di antar ke ruangannya.
Dengan teliti Rivat memeriksa beberapa surat lamaran di atas mejanya sambil makan.
Sesekali Rivat mencatat nama dokter yang dianggap terbaik.
"Hmm... nilai mereka sungguh memuaskan, sampai bingung " desah Rivat, sambil membuka surat lamaran terakhir.
"Khuk... Khuk... " Rivat tersedak saat melihat surat lamaran terakhir.
Mata Rivat terbelalak melihat foto dan nama si pelamar. Hampir saja Rivat  melompat kegirangan seperti orang yang baru menang undian.
"Dokter Farhan Hasbullah. " Rivat manggut-manggut, " Sekolah kedokteran karena beasiswa. "
"Alhamdulillah...! Terima kasih Ya Allah, akhirnya aku akan tau kabar tentangmu Ra! "
Rivat memanggil asisten nya.
"Ya, ada apa dokter memanggil saya? " tanya suster Lia masih ngos-ngosan yang berlari dari kantin rumah sakit saat dapat panggilan dari Rivat.
"Segera kamu hubungi dokter Farhan Hasbullah ini, katakan padanya kalo dia diterima bekerja disini dan minta dia temui saya sekarang juga, tidak ada bantahan. "
Duh seram nya.
Rivat kurang apalagi coba ganteng iya, jenius tak diragukan, kaya sudah pasti, galak nauzubillah, sempurna bukan.
Suster Lia terdiam, dia sudah biasa di marahi dokter Rivat, hanya mengusap dada saja.
"Dan ingat...!" tambah Rivat lagi dengan nada yang mengagetkan. "jangan bilang kalo saya yang menjadi direktur rumah sakit ini. "
Suster Lia mengangguk kuat , cari aman.
"Tapi dokter kan ada jadwal operasi lagi nanti sehabis makan siang." suster Lia memberanikan diri mengeluarkan suara.
Jika tidak dikatakan nanti tetap saja yang disalahkan, ah serba salah jadi bawahan.
"Operasi nya lama loh dok sampai tiga jam ! " ucap suster Lia separo takut karena menatap mata tajam Rivat.
"Pokoknya suruh dia datang hari ini juga terserah sore atau malam ini, tidak boleh besok, ngerti. "
"Ngerti dok" suster Lia bernapas lega saat orang dari kantin rumah sakit mengantar makanan untuk Rivat.
Selamat... Selamat... istirahat sejenak kena marahnya.
"Kamu boleh kembali ke kantin. "
"Kok dokter tau saya dari kantin? " tanya suster Lia polos mengulum senyumnya.
"Ada nasi nempel di dagu mu. "
'Oalah... malunya, aku kira dokter Rivat perhatian, taunya nasi nempel.'
Bilang dari tadi napa... dari awal.
"Ya sudah, pergi sana, saya mau makan, lapar, saya risih makan sambil dilihatin."
"Baik dok " suster Lia mengundurkan diri.
Kalo risih di lihatin ya ajakin makan dong, berdua... ahay!
Setelah di luar suster Lia meraba dadanya.
Huh... lega
"Selalu saja berdebar saat dekat dokter Rivat, sangat galak , kenapa ganteng begitu galaknya minta ampun? tapi aku suka jadi asisten nya he...he...bikin iri suster lain. " suster Lia segera kembali ke kantin.
"Ayo Rivat makan yang banyak, kau butuh tenaga untuk bertemu Farhan. " Rivat mengoceh sendiri.
Fighting Rivat...
---------
"Silahkan tunggu sebentar " ucap suster Lia pada Farhan. "Pak direktur sedang ada di kamar operasi. "
"Ya, terimakasih suster. " jawab Farhan ramah.
Suster Lia segera keluar dari ruangan.
"Waah jika begini terus, bisa jadi aku awet muda, dokter Rivat tampan, dokter Farhan barusan ganteng, rezeki... "
Rezeki lah, siapa yang gak seneng coba, lihat yang lelaki bening tampan mendebarkan dada, bisa menyehatkan mata dan mendamaikan jiwa walau merusak jantung.
Farhan mengedarkan pandangannya ke ruang direktur itu.
"Direktur yang rajin, masih mau turun tangan untuk melakukan operasi. " Farhan mendekat ke meja direktur.
"Emm... beruntungnya aku bisa di terima di rumah sakit sebesar dan sebagus ini, tak di sangka." Farhan tersenyum kecil.
Mata Farhan tertumbuk pada papan nama di atas meja direktur.
"Dokter Rivat Irham" gumam Farhan pelan. " mana mungkin... " Farhan berpikir sekilas. " Rivat Irham tak mungkin kembali, tapi... " darah Farhan berdesir seiring tingkat emosinya.
Farhan melihat sebuah bingaki foto tegak di sudut meja direktur, dengan segera Farhan mengangkat dan membalik foto itu.
Kejutan buat Farhan
Farhan menelan ludah kaget saat melihat foto Rania yang sedang tersenyum sangat cantik.
"Rupanya benar kau Rivat Irham. " Farhan mengepalkan tangannya kuat-kuat.
" Rania... adikku... " mata Farhan memanas saat tatapannya terpaku pada foto Rania.
"Apa dia sekarang masih secantik itu ? " tanya Rivat tiba-tiba mengagetkan Farhan.
Farhan kembali meletakkan foto Rania ke atas meja. Dan mendesah kecil, menyimpan kemarahannya dalam-dalam.
"Tentu saja, bahkan semakin cantik. " Farhan menyunggingkan senyum smirk nya.
"Senang bertemu lagi denganmu, Farhan." ucap Rivat ramah.
Keduanya berjabat tangan dan berpelukan secara lelaki, menahan semua rasa di dalam dada.
"Silahkan duduk. "
"Terima kasih dokter Rivat... eh maaf Pak direktur. "
Rivat terkekeh kecil.
"Panggil nama saja Farhan, aku belum terlalu tua untuk kau panggil pak. "
"Nanti saya di kira tidak sopan, panggil nama kepada atasan. "
Rivat hanya tersenyum kecil.
"Sudah lama jadi direktur? " tanya Farhan penasaran.
"Hanya sementara, dua minggu saja , menggantikan paman Rizky yang sedang tugas ke Singapura. "
"Oh...! " ucap Farhan datar. " Sebelumnya...? "
'Rupanya kau sangat ingin tau tentang aku' batin Rivat.
"Aku bekerja di salah satu rumah sakit di... London. "
"London..." Farhan terus saja menatap Rivat mengintimidasi. " Rupanya... selama ini kau bersembunyi di London. "
'Sembunyi' kata-kata itu menohok hati Rivat.
'Ya Allah... apakah mereka tak tau jika terpaksa pergi. '
********
Baca juga kisap awal mula pertemuan mereka di novel 'Rivat dan Rania'

Book Comment (117)

  • avatar
    TelenggenNelson

    buku ini sangat manfaat

    5d

      0
  • avatar
    Momz Brio

    bagus cerita nya

    07/06

      0
  • avatar
    setyopaparwawan

    mantap

    30/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters