logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

6. Dimanakah Engkau?

Napas Rindu ku hembuskan lewat kasih do'aku.
Dengan tulus kupanjatkan di setiap malam maupun siangku.
Angin semilir membelai tenang, menyentuh hatiku dalam renungan hampa.
Percayalah...
Rindu dan cintaku tak akan berubah haluan.
Tetap kuhembuskan untukmu seorang.
Hingga akhir keabadian...
*****
"Jangan cuma cengir di depan pintu, masih banyak pasien lain. " Rivat berucap dengan tegas dengan tatapan killingeyes,
" Sekali lagi bertingkah seperti itu, akan saya beri surat peringatan. " Rivat berlalu pergi dengan wajah dinginnya.
"Sungguh mempesona..." lirih dokter Aning.
"Galak begitu, dibilang mempesona" ucap dokter Erda.
"Buat aku, dokter Rivat lagi ngapain aja tetap ganteng. " sanggah dokter Aning, keukeh... semangat buat dokter Aning.
"Ayo kerja-kerja. " potong dokter Diah "Apa mau jadi pengangguran."
"Gak mau lah, hanya rumah sakit ini yang pasiennya berduit semua, siapa tau dapat jodoh dari pasien tajir kaya melintir. " dokter Rika terkekeh.
"My doctor my wife. " sambung dokter Toni yang baru saja datang, membuat semua dokter wanita bubar berebut mencari pasien yang belum di obati.
--------
Dokter Aning berniat untuk mengembalikan coklat milik Rivat, sekalian ingin mengenal lebih dekat,
Dengan rasa percaya diri yang tinggi, dokter Aning mengetuk pintu ruang direktur. Tak ada jawaban.
"Dokter mencari dokter Rivat? " tanya seorang suster.
"Ee... iya" jawab dokter Aning menahan malu. Lagian si suster kok pake nanya segala udah jelas itu ruangan dokter Rivat kan.
"Biasanya jam segini dokter Rivat pasti ada di taman, duduk sendirian. " jawab suster itu sambil tersenyum lalu pergi.
"Sialan... rupanya banyak juga penguntit dokter Rivat. Dokter Aning langsung berjalan menuju taman.
" Aku seperti mengajari bayi besar berjalan "
"Dan aku seperti di ajari berjalan oleh adik kecil. "
Rivat melamun, mengingat kebersamaan nya dengan Rania, senyum kecil menyungging.
Dokter Aning duduk di sebelah dokter Rivat. Mendapati seorang wanita di dekatnya Rivat segera menggeser duduknya.
'Buset... ' umpat dokter Aning dalam hati kaget saat Rivat menggeser duduknya. " Lelaki ini pantas di perebutkan. 'Ayo dokter Rivat, lirik aku, di jamin kau tak akan menyesal. ' harap dokter Aning.
"Nih coklatmu dokter. " ucap dokter Aning meletakkan toples coklat itu diantara dia dan Rivat saat telah merasa di cuekkin begitu lama.
"Hmm... makasih. " Rivat membuka toples coklatnya. "Mau...? "
"Terima kasih" ucap dokter Aning tersenyum kecil lalu mengambil satu.
Rivat melirik sekilas, melihat dokter berwajah manis itu. Lirikan sekilas dari Rivat membuat jantung dokter Aning melesat ke awan.
"Apa dokter sangat menyukai coklat? " dokter Aning melontarkan pertanyaan basa-basi.
"Kesukaan wanita yang sangat istimewa buatku. "
Jantung dokter Aning yang sudah di awan terhempas ke bumi. Buuk... lebih kurang seperti itulah bunyinya.
"Apa dia istrimu? "
"Hampir saja jadi istriku, namun gagal. "
'Kasihan... rupanya dia korban patah hati.'
"Carilah wanita lain lagi. " pancing dokter Aning.
"Di mataku tidak ada wanita yang lebih baik selain dia. "
Jantung dokter Aning yang sudah terhempas kebumi terinjak gajah pula. Peesss....
"Aku telah memberikan diriku seutuhnya untuk dia. "
Dokter Aning melotot ' tidak perjaka kah dia, waah...barang sisa nih, gak apa yang penting tampan. '
"Aku sangat mencintainya. " Rivat tersenyum kecil.
'Ya Ampun... senyumnya bikin gilaaa sayang bukan untukku, tak apa, usaha terus... '
"Baiklah " Rivat berdiri " Saya permisi dulu dokter... "
"Aning, saya dokter Aning dokter penyakit dalam, termasuk bisa mengobati patah hati khususnya buat anda. " dokter Aning mengulurkan tangannya ramah.
"Maaf " Rivat menyatukan kedua tangan di dadanya. " Saya dokter Rivat."
Sontak wajah dokter Aning memerah menahan malu, lalu menuruti gerakan Rivat.
"Apa boleh saya menumpang pulang? " todong dokter Aning sopan, " Mobil saya sedang di bengkel. "
"Sekali lagi saya minta maaf dokter, saya tidak bisa menerima penumpang yang bukan muhrim, permisi! " Rivat mengambil toples coklatnya lalu pergi.
"Hah... " dokter Aning terdiam sempurna, "dokter Rivat benar-benar membuatku bersemangat, hari gini ada lelaki yang nolak bersentuhan sekadar jabat tangan, wanita mana sih yang merebut cintanya, Jangan-jangan seorang ustazah."
Dari jauh Delia mengamati,
' Rivat sangat berubah sekarang, kali ini perjuangan akan terasa lebih sulit... '
*****
Sepulang dari rumah sakit Rivat kembali parkir di depan rumah Rania, sudah berhari-hari Rivat melakukannya, tapi rumah itu tampak sepi.
"Aku terjebak pada beban rindu yang berat, aku mencintaimu begitu dalam, Ra!"
Akhirnya Rivat kalah oleh rasa yang menggebu, Rivat keluar dari mobilnya menatap kedalam pagar. Rivat mengedarkan pandangan nya.
"Rumah ini tampak berdebu, pagarnya pun di gembok, kemana mereka semua?"
Rivat melayangkan pandangannya pada dinding rumah, ada sebuah tulisan besar.
"Rumah ini di jual hub Alex"
"Alex " Rivat bergumam, "siapa Alex? mengapa rumah ini di jual? "
Rivat segera mencatat nomor handphone Alex, dan langsung menelepon.
Rivat segera menutup teleponnya saat sudah ada kesepakatan mereka akan bertemu besok.
"Tuhan... apa yang terjadi pada mereka?"
-------
Rivat datang sendirian untuk memenuhi janjinya pada Alex. Saat sampai di rumah Rania , seorang lelaki sekitar umur empat puluhan menyambut dan mempersilahkan Rivat masuk. Rivat tak mengenalnya.
Dada Rivat sesak saat menatap ruang tamu yang menyimpan kenangan indah untuk nya, tidak banyak yang berubah dari ruangan itu. Hanya beberapa sofa tampak lusuh dengan warna yang memudar.
"Maaf dengan Nak... "
"Rivat, saya Rivat Irham. "
Rivat memperkenalkan diri dan berjabat tangan.
"Maaf, boleh saya tau sejak kapan anda memiliki rumah ini? "
"Lima tahun yang lalu, saya membelinya dari ibu Nina. " Pak Alex mengingat-ingat, " dulu dia sedang membutuhkan uang dan menjual rumah ini beserta isinya. "
"Lima tahun lalu " lirih Rivat perih.
"Apa anda tau di mana sekarang ibu Nina tinggal?"
"Maaf, saya tidak tahu, kami hanya di kenalkan oleh makelar, karena tampaknya dia butuh uang besar dan cepat. "
Hati Rivat semakin berdenyut.
"Apa nak Rivat mengenal mereka? "
"Dulu saya sangat mengenal mereka, sebelum saya pergi jauh. "
Rivat mendesah berkali-kali.
"Berapa Bapak ingin menjual rumah ini kembali? "
Pak Alex menyebutkan harga.
"Baiklah, selanjutnya akan di urus oleh pengacara saya, besok dia akan menemui anda. "
"Boleh saya melihat-lihat kedalam? "
"Silahkan"
Pak Alex menemani Rivat berkeliling rumah, tiap ruangan yang di lihat menambah perih hati Rivat.
'Ada dimana sekarang kamu, Ra!'
Rivat berkeliling ke tetangga Rania, namun semuanya keluarga baru, tidak ada satupun yang tau di mana Rania tinggal sekarang.
Rivat melajukan mobilnya ke rumah Heru. Dengan debaran hebat Rivat memasuki halaman rumah Heru.
"Assalamu'alaikum! "
"Waalaikum salam. " sapa seorang wanita paruh baya.
Rivat mengerutkan kening, bingung.
"Maaf, adek cari siapa ya? "
"Saya mencari pemilik rumah ini bapak Putra! "
"Oh maaf dek, mungkin yang adek cari adalah pemilik lama rumah ini,"
"Pemilik lama"
"Ya, kami baru membeli rumah ini dua tahun yang lalu. "
"Apa ibu tau dimana mereka tinggal sekarang, atau sekadar nomor teleponnya mungkin? "
"Sayang sekali saya tidak punya. "
Rivat menghela napas kasar. Lalu permisi.
"Ya Allah...! ada apa ini? Kenapa perasaan ku jadi tidak tenang begini? mengapa mereka semua menghilang. "
*****
Keesokan harinya Rivat datang ke SMA Pancasila, berharap bisa bertemu pak Hendrawan.
Rivat menyapa beberapa guru disana, sekolah tampak maju pesat, beberapa fasilitas tampak baru di tambahkan.
"Rupanya mbak Leona bekerja dengan baik mengurusi beberapa sekolah milik Abi. "
Rivat bertemu dengan bu Lela, guru Ekonomi yang terkenal ramah.
"Pak Hendrawan sudah pensiun tiga tahun lalu dan sepengetahuan ibu mereka pindah ke desa, untuk menikmati hari tua."
"Apa ibu tau alamat atau nomor HPnya? "
"Kalo alamat ibu gak tahu tapi kalo nomor HP nya sih ada"
Rivat segera mencatat nomor pak Hendrawan.
Rivat mendesah kecil lalu menggeleng, nomor tidak tersambung.
"Apa ibu ada informasi lainnya? "
"Farhan anak pak Hendrawan sekolah kedokteran, dan dia baru saja lulus, tapi bekerja di rumah sakit mana ibu kurang tau. "
"Apa ibu tau tentang Rania? " tanya Rivat akhirnya, setelah semua pertanyaan lain tampak buram.
Bu Lela tampak berpikir sesaat.
"Rania, dia pindah dari sekolah ini, ibu juga heran dia pindah sangat mendadak, sampai tidak ikut ujian kenaikan kelas, dan dia pindah kemana kami tidak tau, pak Hendrawan sendiri yang mengurusnya. "
"Astagfirullah... " Rivat mengusap wajahnya kasar.
Pikiran Rivat semakin ruwet, semua kejadian tampak seperti misteri.
"Apa yang terjadi kepada mereka, Rania pindah tanpa mengikuti ujian kenaikan kelas, itu artinya, saat aku pergi dia juga pergi. Tapi kemana mereka? " Rivat memutar mengelilingi kota tak karuan mau kemana.
"Ya Allah, berilah hamba petunjuk"
Mata Rivat menajam saat membaca plang besar di pinggir jalan tulisan PMI, senyum kecil menyungging.
Segera Rivat memarkirkan mobil di kantor itu.
Rivat berusaha menelepon dokter Rizky untuk meminta nomor dokter Yudha, tapi nihil, tak aktif, akhirnya dengan langkah tegap Rivat masuk ke dalam kantor PMI.
Maaf mas, ada yang bisa saya bantu? " tanya seorang pegawai wanita.
"Saya ingin bertemu dokter Yudha. "
"Maaf dokter Yudha nya sedang ada di Luar Negeri pertemuan para dokter, tapi satu bulan lagi akan kembali. "
"Apa ada nomor HPnya yang lain? "
"Ada tapi biasanya dia lebih sering mematikan HP nya, agar bisa fokus. "
Rivat kembali mendesah kecewa saat nomor dokter Yudha tidak aktif, Rivat hanya mengirim beberapa pesan.
"Apa masih ada yang bisa saya bantu? " tanya pegawai itu karena Rivat tak juga beranjak pergi.
"Saya ingin melihat data enam tahun lalu, tentang donor hati. "
"Maaf untuk membuka data rahasia, harus ada surat resmi dari pendonor atau rumah sakit yang meminta donor tersebut."
Rivat mengeluarkan tanda pengenal nya.
"Oh rupanya anda dokter Rivat , direktur baru rumah sakit cinta sehat. "
"Begitulah."
"Baiklah pak dokter, anda bisa ke bagian data pendonoran, di lantai dua" pegawai itu memberikan memo kecil untuk di berikan ke petugas data pendonoran.
Rivat segera beranjak ke lantai dua.
"Silahkan duduk dokter, mohon tunggu sebentar" ucap seorang pegawai lelaki.
Pegawai itu mulai sibuk menatap layar komputer nya,
"Maaf apa anda ingat tanggal berapa tepatnya operasi itu dilakukan? "
Rivat segera menyebutkan tanggal yang diminta. Senyum mengembang di wajah si pegawai, tanda kalo data yang di cari sudah di temukan.
"Hmm... rupanya orang yang mendaftar ingin mendonorkan hatinya untuk anda sangat banyak"
"Ya, mereka keluarga saya"
"Tapi dari sekian banyak calon donor, setelah hasil tes keluar cuma ada satu hati yang cocok dengan hati anda. "
"Ya, saya sangat beruntung, bisa saya minta datanya? "
"Sebenarnya ini sangat rahasia, si pendonor minta datanya di rahasiakan."
"Ini untuk keperluan medis" ucap Rivat mulai mengarang, dengan gaya meyakinkan.
"Rumah sakit Cinta Sehat ingin mengadakan penelitian dampak transplantasi hati bagi si pendonor, agar kami bisa meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit kami. "
"Alasan yang logis" Lelaki itu nyengir " Akan saya printkan untuk anda. "
"Terima kasih. "
Setelah mendapat data-data si pendonor Rivat segera pulang, dia langsung duduk di ruang keluarga.
"Apa itu Rivat? " tanya abi.
"Ini data dari kantor PMI, data pendonor hati untuk Rivat."
Abi dan ummi saling melirik, begitu pula oma Ayu yang sedang nonton sinetron.
Leo dan Alin juga ikut mendekat.
Rivat mengeluarkan semua lembaran di dalam amplop coklat itu, Rivat membaca satu persatu data medis keadaan Rivat enam tahun lalu, hati Rivat mulai bergerimis,
'Andai... aku tidak sakit, mungkin aku sekarang sudah bahagia bersama Rania. '
Tangan Rivat mulai gemetar saat membaca nama si pendonor, satu satunya orang yang memiliki hati yang cocok untuknya dan tanggal saat mereka mendaftarkan diri sebagai pendonor.
Mata Rivat langsung berkabut, hatinya remuk, dadanya sesak, jantungnya seakan berhenti berdetak, napas tercekat di tenggorokan.
"Ya Allah... Ya Rabbi...! Benarkah ini...???
********

Book Comment (117)

  • avatar
    TelenggenNelson

    buku ini sangat manfaat

    6d

      0
  • avatar
    Momz Brio

    bagus cerita nya

    07/06

      0
  • avatar
    setyopaparwawan

    mantap

    30/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters