logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

5. Siksaan Rindu

Jika nanti aku tidak ditakdirkan untukmu, maka tolong kenanglah aku sebagai seseorang yang pernah berjuang dengan keras untuk mendapatkan mu.
*****
"Apa kabar dokter Rivat Irham? senang bisa bertemu lagi dengan mu!"
Rivat terdiam melihat wanita didepannya.
"Delia... "
"Ya, aku beruntung ternyata kamu masih mengingat namaku. "
Rivat tersenyum smirk.
"Kita berteman sejak awal SMA, aku tidak mungkin semudah itu lupa."
"Bagus kalo begitu " Delia tersenyum ramah.
"Sudah lama bekerja disini? " tanya Rivat basa - basi.
"Baru dua bulan, masih dokter kontrak. "
"Lumayan."
Geng dokter wanita menatap dari jauh saat dokter Delia ngobrol bareng dokter Rivat.
"Berani benar dokter baru itu. " dokter Aning mendengus sebal.
"Sabar... untuk dapat yang kinclong butuh perjuangan. " sindir dokter Diah.
"Baiklah dokter Delia, aku permisi. " ucap Rivat sengaja untuk mengakhiri obrolannya, " Saya banyak pekerjaan." Rivat langsung saja meninggalkan Delia.
Dokter Delia hanya terdiam.
"Kau selalu saja begitu padaku Rivat. Tapi kali ini aku tidak akan melepaskan mu, kau akan jadi milikku Rivat se..la..ma..nya..."
Delia tersenyum kecil, menikmati kebahagiaan di hatinya.
Para genk dokter wanita senior saling pandang ngeri.
--------
Rivat di temani dokter Rizky mengelilingi rumah sakit, dan mengunjungi beberapa pasien , dengan detail dokter Rizky menjelaskan seputar rumah sakit dan beberapa kali Rivat mengajukan pertanyaan.
Saat mendekati ruang ICU langkah Rivat terhenti dadanya terasa sesak.
"Kau kenapa Rivat? "
"Tidak apa paman, tapi... berat rasanya, aku tidak bisa lewat sini, permisi. "
Rivat merasakan hatinya tiba-tiba sakit, dan dadanya kian sesak.
'Ya Allah... sampai kapan aku harus tersiksa seperti ini? Terpenjara oleh rasa bersalah ku padanya. '
Kasihan sekali Rivat, fix, kasihan...
Rivat langsung berbalik dan meninggalkan pamannya. Rivat melewati kamar no 46 kamarnya saat di rawat dulu.
Rivat membuka kamar itu yang ternyata kosong, Rivat masuk dan duduk di sisi brankar.
Rivat mengeluarkan coklat koin dari saku snelinya, lalu memakannya.
"Kau tahu kakak, saat makan coklat aku akan merasa sangat bahagia, dan mulai sekarang aku akan memberikan semua kebahagiaanku untuk mu. "
"Terimakasih, Ra...! dulu kau sangat peduli padaku, kau selalu menemaniku, dan kau tak henti memberi semangat padaku, aku tak akan melupakan semuanya. "
"Ra! Maafkan kakak ya, kakak tidak bisa memberi kebahagiaan padamu, aku hanya bisa memberi kesedihan dan kepedihan saja untukmu. "
"Berjanjilah padaku Rania, always together forever.
Rania mengaitkan kelingkingnya ke jari kelingking Rivat.
" Ya, aku berjanji always together forever."
"Maaf jika aku tak bisa menepati janji kita berdua, tapi satu hal yang pasti, kau akan selalu ada di dalam hatiku, apakah di hatimu masih ada aku? "
-------
Sepulang dari rumah sakit hujan mengguyur, Rivat mampir ke toko brownies dan lalu memarkirkan mobilnya di taman, di tempat terakhir dia melihat Rania mandi hujan dengan bahagia.
"Ra, brownies. " Rivat bergumam, menawari, seakan Rania ada di sampingnya. Perih itulah yang kini sering dirasakan Rivat.
Rivat menggigit ujung brownies yang ada di tangannya. Air mata luluh.
"Ra, brownies ini rasanya sangat pahit tanpa kau menemaniku. Kenapa kisah kita jadi seperti ini, seperti simfoni hitam. "
Rivat meletakkan brownies nya di bangku belakang. Hujan masih mengguyur. Rivat tersenyum getir, lalu menuliskan nama Rivat dan Rania di depan kaca depan yang sudah berembun.
"Ra, apa kau ingin tau apa yang kakak rasakan saat menatap tulisan namamu? "
Rivat menarik napas dalam.
"Kau adalah kenangan yang terindah untukku. Walau dirimu tak dapat kuraih dalam siangku, tapi aku cukup bahagia  engkau masih sudi datang saat malamku kedalam mimpiku."
"Sekarang giliran kamu, Ra! " Rivat menatap kursi kosong di sebelah nya. " Kok diam saja sih.  Kakak mau dengar suaramu. "
"Jadi apa itu bisa di sebut cinta? Sepertinya hanya huhungan simbiosis deh, aku membutuhkanmu, kakak"
"Ra, dua orang yang saling membutuhkan namanya saling mencintai. "
"Aku mau keluar, mau mandi hujan, bersamamu membuatku terbakar. "
"Kita mandi hujan bersama ya, Ra! " Rivat membuka pintu mobilnya.
Rivat berdiri di sisi taman, mendongakkan wajahnya ke langit. Air hujan menerpa sampai baju dan celananya basah.
Lama Rivat berdiam diri, menangis, air matanya ikut hanyut bersama air hujan, berharap air hujan juga dapat menghanyutkan segala kepedihan di hatinya, namun semua sia-sia, percuma malah terasa bertambah perih.
" Ra! Sekarang tidak ada lagi yang perduli padaku seperti dirimu, tidak ada lagi yang marah padaku saat aku kehujanan seperti ini, tidak ada lagi yang khawatir padaku."
"Aku merasa lelah hidup dalam sepi dan derai air mata, bagiku waktu akan berlalu hanya jika diisi bersamamu."
"Tolong peluk aku dengan hangat, agar aku bisa hidup walau hanya dengan bayang mu. "
"Ra! Kakak membutuhkanmu, apa sekarang kau masih membutuhkanku? "
*****
Rivat menjalankan tugasnya sebagai dokter sangat profesional. Selalu tenang dalam menghadapi kasus-kasus pasien, berbagai operasi berat pun selalu sukses di lakukannya.
Belum lagi tugas sebagai direktur, keputusan- keputusannya, bisa di bilang sukses untuk kemajuan rumah sakit. Membuat kekaguman pada dokter Rivat semakin meningkat.
Memandang dokter Rivat saat visite pada pasien kini menjadi pemandangan yang sangat di gemari oleh kaum hawa seantero rumah sakit, baik itu dokter, suster bahkan pasien wanita singel.
Jelaslah secara Rivat gantengnya berlebihan, percaya...
Soalnya saat bersama pasien Rivat tak segan untuk mengeluarkan senyumnya yang maha dahsyat dan tutur sapa sangat ramah menyejukkan.
Sikapnya sungguh berbeda jika dengan wanita selain pasiennya. Dingin dan ketus.
Ya...lah gak perlu di tanya alasannya kan? Pasien ngasih duit ke dokter lah penggemar cuma bikin gerah...
Kini mata beberapa dokter, dan suster di buat melotot saat dokter Rivat masuk ke kantin rumah sakit, masih memakai sneli dan memegang stetoskop.
Rivat memesan makanan dan membeli setoples coklat koin lalu duduk di pojokan sendirian.
Sabar ya Rivat...
"Sangat tampan! " desah dokter Diah. melotot pada Rivat.
"So sweet banget, cowok begitu macho suka coklat. " ucap dokter Rika.
"Dokter Rivat membuatku gila, dia stay cool, walau dingin dan ketus dengan perempuan tapi tetap saja dia membuatku terpesona. " desah dokter Aning.
"Emangnya kamu pernah ngobrol dengan dokter Rivat? " tanya dokter Diah pada dokter Aning.
"Belum, tapi tatapan killingeyes nya selalu menusuk jantungku." jawab dokter Aning dengan pedenya. "Ya tak salah lagi. "
" Tapi dia tampaknya tak tertarik kepada perempuan." ucap dokter Erda.
Pernyataan dokter Erda cukup membuat genk dokter wanita saling pandang, berpikir.
Stooop...!!!jangan berfikiran macam-macam, bahaya bisa jadi fitnah.
"Dirumah sakit ini banyak dokter cantik, suster cantik, belum lagi para dokter koas yang masih fress, bukan kategori gadis tuek. " dokter Rika melirik pada dokter Aning, dokter Aning hanya mendelik.
Tega nih dokter Rika, gak perlu ngelirik ke dokter Aning juga kali ye.
"Wajar lah banyak yang suka selain tampan dan pintar dokter Rivat juga kaya raya, emm... benar-benar idola. " ucap dokter Aning.
"Bahkan dokter Delia yang baru itu terang-terangan memperlihatkan perhatiannya pada dokter Rivat, tapi dia tetep cuek-cuek aja. " tambah dokter Diah.
Bertepatan dengan itu Delia menghampiri Rivat.
"Sendirian dokter? " sapa Delia.
"Kau bisa melihat sendiri. " Rivat tak melirik tetap makan.
Kenapa juga pertanyaan bodoh begitu keluar dari mulut seorang dokter, malu kan jadinya.
"Boleh aku duduk? "
"Terserah"
Lama Delia duduk, dia merasa geram sendiri Rivat tak menghiraukan nya sedikit pun, genk dokter wanita sudah cekikikan di meja nya.
"Emm... kau sekarang suka coklat Rivat?" tanya Delia basa-basi.
"Kesukaan seseorang "
"Boleh aku minta"
"Boleh"
Delia segera membuka toples coklat itu dan meraup coklat koin itu.
"Satu saja" ucap Rivat tajam. Delia melotot kaget.
"Ha.. ha.. ha... cantik tapi rakus. " dokter Aning tak bisa menahan tawanya.
"Code blue... code blue... " terdengar suara dari speaker yang terdapat di seluruh penjuru rumah sakit termasuk kantin.
"Code blue di ruang UGD... "
Mendengar suara tanda 'code blue' Rivat langsung beranjak meninggalkan makanan dan coklatnya.
"Sangat bersemangat. " puji dokter Rika.
"Di UGD kan sudah ada dokter jaga juga. " ucap dokter Erda.
"Itu namanya profesional" bela dokter Aning yang ikut beranjak, walau sebelumnya dia mengambil toples coklat milik Rivat, dokter Aning melirik Delia.
"Sebagai dokter baru sebaiknya anda mengalah pada senior." ucap dokter Aning ramah lalu pergi.
"Jangan bilang kalo aku harus saingan dengan dia... Ahhh... kenapa selalu ada saja hambatan. " dokter Delia ikut pula berlari ke UGD.
Dokter yang lain hanya melirik, lalu secepat kilat ikut juga ke UGD.
Di depan pintu UGD para dokter wanita dan suster hanya berdiri bagai patung menatap dokter Rivat yang sangat cekatan.
Terpesona.... Ahay!!!
Darah-darah pasien sudah menempel pada snelinya, beberapa kali Rivat mengusap keringat mulai bercucuran di dahinya dengan punggung tangannya. membuatnya semakin tampan dan para kaum hawa semakin menganga.
"Dia harus jadi milikku. " gumam dokter Aning.
"Jangan kau kira cuma kau saja yang mau, aku juga demen. " ucap dokter Diah.
"Kami juga lagi ngincer dok. " sambung beberapa suster.
"Yah... bakal terjadi persaingan ketat nih. " celetuk dokter Erda. " Aku jadi penonton aja. "
Ya iyalah dokter Erda kan sudah ada suami juga.
Rivat memeriksa pasien satu persatu, dibantu beberapa dokter jaga. Telah terjadi tabrakan beruntun di jalan lintas propinsi dan memakan banyak korban.
Rivat menempel stetoskop nya ke dada seorang bapak paruh baya, tidak terlalu parah hanya luka kecil di pelipisnya.
"Dokter, tolong selamatkan istri dan anak saya. " bapak itu memohon dengan panik.
"Iya, bapak tenang saja ya, kami akan mengusahakan yang terbaik. " Rivat memberikan senyum ramah agar bapak itu bisa tenang.
"Suster tolong beri bapak ini infusan dan bersihkan lukanya. "
"Baik dokter. "
Pasien selanjutnya, ibu-ibu muda sekitar dibawah tiga puluh tahunan. Rivat menarik selang oksigen yang terletak di dinding ruang UGD, karena wanita itu tampak kesulitan bernapas.
Di tangan wanita itu terdapat luka gores panjang menganga,
"Suster suntikkan obat bius. " seorang suster menurut.
Rivat membuka satu botol infusan dan menyiram luka agar debu dan darah kering menghilang.
"Suster, panggil dokter lain untuk menjahit luka pasien. "
"Baik dokter"
"Dokter, apa anak saya baik-baik saja. " si wanita memegang perutnya. " Saya sedang hamil empat bulan. "
Rivat menempel kan stetoskop nya ke perut pasien, senyum mengembang.
"Alhamdulillah, adek nya sangat kuat, nanti dokter kandungan akan memeriksanya lebih lanjut. "
Selanjutnya pasien yang tampak cukup parah,
"Dokter jantungnya tak berdetak. " teriak suster Astri. "Nadinya pun tak terasa. "
Rivat ikut memeriksa.
"Siapkan defibrilator "
(Alat kejut jantung).
Dengan cekatan suster Astri menyiapkan  defibrilator, dan mengoleskan krim pada kedua bagiannya.
Saat defibrilator sudah dalam keadaan standby Rivat memberikan satu kejutan di dada pasien, seorang suster lainnya memberi napas bantuan dengan ambu bag, tidak ada reaksi, Rivat memberikan satu kejutan lagi.
"Tut... tut... tut... "
Monitor patient berbunyi. Rivat memeriksa keadaan kaki pasien, tampaknya terjepit parah.
"Suster siapkan kamar operasi, hubungi dokter umum, dokter tulang, dan dokter anastesi, saya akan mengoperasi pasien ini sekarang juga. "
"Baik dok"
Rivat melirik pada beberapa dokter dan suster yang hanya menonton di depan pintu UGD
"Hei kalian... " Rivat mengacungkan jari telunjuknya yang penuh darah ke wajah para dokter. Jangan lupakan tatapan tajam Rivat yang menghujam.
Lebih pas jika di bayangkan dengan background musik horor biar terasa lebih menyeramkan.
"Jangan cuma cengir di depan pintu, masih banyak pasien lain. " Rivat berucap dengan tegas dengan tatapan killingeyes,
" Sekali lagi bertingkah seperti itu, akan saya beri surat peringatan. " Rivat berlalu pergi dengan wajah dinginnya.
"Sungguh mempesona..." lirih dokter Aning.
********

Book Comment (117)

  • avatar
    TelenggenNelson

    buku ini sangat manfaat

    6d

      0
  • avatar
    Momz Brio

    bagus cerita nya

    07/06

      0
  • avatar
    setyopaparwawan

    mantap

    30/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters