logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

4. Pantaskah Diriku

Mengapa semua ini harus tercipta
Belaian indahnya ilusi cinta
Inginku hanya inginkan cintamu
Hasratku hanya ingin selalu bersamamu.
Teredam semua mimpiku oleh khilafku
Selamanya aku inginkan cintamu
Rania Salsabilla...
*****
"Tapi kemungkinan itu sangat kecil bahkan mustahil. " suara Rivat tampak bergetar membuat semua keluarganya diam, prihatin.
'Ya Allah... masih pantaskah diriku mengharapkan, Rania? setelah apa yang kulakukan padanya.'
"Tidak ada yang mustahil untuk Allah, Rivat, kita perbanyak ibadah dan doa di sepertiga malam. "
"Oma selalu berdoa untukmu, agar tetap di jodohkan sama Rania, karena Oma yakin cuma dia satu-satunya wanita yang bisa meluluhkan hatimu, cucu Oma yang paling keras kepala. "
Rivat tersenyum kecil.
Setelah tegur sapa Rivat memilih istirahat di kamarnya, kamar yang terletak di lantai dua itu berukuran sangat besar. Dilengkapi perabotan dan kamar mandi yang mewah.
"Lumayan... " Rivat melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar.
Setelah mandi dan sholat Rivat mengeluarkan beberapa foto Rania dari dalam kopernya.
Rivat memandang foto Rania sambil berbaring lalu tertidur.
"Jadi bagaimana rasa cinta yang sebenarnya? " tanya Rania.
"Seperti apa yang kau rasakan saat ini. "
"Aku merasakan seperti mules tapi di bagian dada. "
"Astaga Rania, kenapa kau polos sekali. "
"Astagfirullah...! " Rivat terbangun dari mimpinya. Dada Rivat sesak dan ngos-ngosan. Selalu saja begitu, setiap hari bermimpi tentang Rania.
'Ra, apa sekarang kau sedang mengingat kakak? Atau kau sudah melupakan aku? '
'Tuhan... mengapa rasa cinta ini makin menguat? '
--------
Malam selepas isya, Rivat tak bisa menahan gejolak di dadanya, keinginan untuk melihat Rania, mengalahkan segala rasa di hatinya.
"Mau kemana kamu nak? "
"Cari angin" Rivat buru-buru keluar, sebelum di brondong pertannya macam-macam oleh abi.
Rivat menjalankan mobil nya menyusuri kota, banyak perubahan yang terjadi di kotanya, tapi jalan menuju rumah Rania tetap di ingat Rivat.
Rivat memarkirkan mobil agak jauh dari rumah Rania, tapi masih bisa dilihat dengan jelas. Keadaan rumah sangat sepi, hanya lampu teras yang di hidupkan, dan tidak ada cahaya sedikitpun dari lantai dua dan kamar Rania.
15 menit
1 jam
2 jam
Rivat masih menatap rumah yang menyimpan kenangan indah untuknya, disana juga dia terakhir kali melihat Rania tersenyum cantik untuk nya.
"Ra...! Kau sudah tidur ya? Semoga mimpi indah ya sayang, " Rivat menarik napas panjang.
" Apa aku masih pantas menyebutmu sayang? Apa aku masih pantas jika memintamu untuk membawa aku kedalam mimpimu, Ra...? "
"Apa kau sudah memiliki jawaban atas khitbahku dulu? aku tau kau pasti menolaknya bukan, kau pasti tidak mau menikah dengan lelaki seperti aku, tak apa Ra! Kakak gak akan marah, itu hak mu. Semoga sekarang kau bahagia, dengan kehidupan barumu tanpa aku, Rania Salsabilla. "
"Ya Allah... hiks... hiks... aku tersiksa. " Lama Rivat menangis menumpahkan semua kesedihan nya sendirian.
Setelah tangisnya mereda Rivat menghidupkan mesin mobilnya dan melaju, rasa sesal kini merasuki hati Rivat setelah melihat rumah Rania, membuat luka hatinya semakin lebar.
"Ra, maafkan kakak, kakak ingin sekali minta maaf padamu, tapi aku terlalu pengecut, aku takut pada marah dan bencimu padaku, maaf Ra...! maaf..."
Rivat kembali pulang, diruang tamu sudah ada beberapa orang dewasa. Rivat langsung berjalan menuju tangga.
"Rivat " suara Abi menghentikan langkah Rivat. " Duduklah sebentar disini, mengobrol. " Rivat menurut dan duduk di salah satu sofa singel.
"Bagaimana keadaanmu Rivat? " tanya Daffa suami Leona.
"Alhamdulillah baik. "
"Bagaimana keadaan hatimu setelah operasi transplantasi hati dulu? apa ada keluhan?" tanya dokter Rizky.
"Bagus, tidak ada keluhan. "
"Perubahan lainnya? "
"Ada, dia lebih ketus dan pendiam. " sambung ummi yang meletakkan cemilan dan teh hangat di meja.
"Sekarang Rivat jarang tersenyum rasanya dia bukan anak ku lagi. "
"Ummi, Rivat sudah dewasa bukan ABG lagi yang suka cengengesan."
"Bagaimana perkembangan hatinya? Bukankah kau sering kontrol di London?"
"Semuanya bagus, hati ini berregenerasi dengan baik, si pendonor memiliki hati berkualitas bagus. " Rivat tersenyum kecil.
"Ya, itu benar-benar pertolongan dari Allah. " ucap Abi " Kau mendapat donor hati di saat yang tepat. "
"Seorang lelaki dengan sukarela mendonorkan hatinya untukmu, sebelum kita berangkat keluar negeri. " ucap ummi.
"Apa paman tau siapa dia? "
"Dia seorang manusia yang baik, dia merahasiakan identitasnya."
"Lalu bagaimana dia bisa mendonorkan hatinya untuk Rivat? " Rivat mulai bingung.
"Maaf Rivat, paman tidak memeriksa secara detail tapi yang paman tau dia di dapat dari kantor PMI pusat, saat itu keadaanmu kritis dan hanya itu satu-satunya hati yang cocok mu. "
"Kamu tenang saja Rivat, abi sudah menitipkan sejumlah uang pada dokter Yudha untuk lelaki itu. "
"Dokter Yudha? Temannya mama Nina. "
"Ya, dia menjabat kepala PMI pusat saat itu. "
"Beruntung... dizaman seperti ini masih ada orang baik begitu. " ucap Leo.
"Alhamdulillah, kita masih di beri anugrah sebesar itu, kita harus banyak-banyak bersyukur." ucap Daffa.
"Sangat bersyukur. " sambung ummi.
"Oh ya Rivat, besok paman menunggu mu di rumah sakit. " ucap dokter Rizky terdengar tegas dan separuh memerintah.
"Ada urusan apa? Bicarakan saja sekarang. "
"Rivat, paman sekarang sudah tua, sudah waktunya pensiun. " Paman Rizky mendesah. "Paman ingin kamu menggantikan paman sebagai direktur utama, Leo anak paman malah milih jadi polisi. "
Leo terkekeh mendengar ucapan Papanya.
"Polisi lebih keren, lebih gagah. " ucap Leo, sambil melirik ke istrinya.
"Heh... Itu karena mbak Alin belum pernah lihat dokter seperti aku. " Rivat mencebik.
"Benar katamu Rivat. " jawab Alin sambil terkekeh."
"Aku setuju, Rivat terlalu ganteng buat jadi dokter. " sambung Loena membuat para suami sebal.
"Maaf paman, tapi aku tak berminat. "
"Rivat, rumah sakit itu juga milikmu kan, lima puluh persen saham rumah sakit cinta sehat adalah milikmu, kau harus bertanggung jawab juga dong. Masa paman saja. " paman Rizky mendesah.
"Paman sangat kerepotan mengurusi tiga cabang rumah sakit Cinta Sehat di lain propinsi. "
"Aku tidak mau, aku masih mau lanjut sekolah di London. "
"Kau bisa melanjutkan study mu di sini saja Rivat," ucap leona yang bekerja jadi dosen.
Rivat memutar bola mata jengah.
"Nah suruh mbak Loena saja, jadi direktur rumah sakit gak perlu seorang dokter kan, apalagi ini milik keluarga? " Rivat ngotot.
"Ih... mbak sibuk, jadi dosen belum lagi mengurusi beberapa sekolah milik yayasan Om Rayhan. "
"Mbak Alin aja. " tunjuk Rivat sembarangan.
"Gak ah... mbak juga sibuk di butik."
"Kak Daffa saja deh. " tunjuk Rivat pada Daffa yang seorang pengusaha membantu Abi Rayhan.
"Oh no... kakak sudah sangat sibuk adikku, kau tau perusahaan Abimu ada di mana-mana, apalagi sejak dia sering tinggal di London bersamamu pekerjaan kakak jadi double."
"Emm... " Rivat terus berpikir untuk mengelak. " Suruh Fajar atau Senja saja, ya sangat pas. "
"Edan... " ucap Leo spontan.
"Mengalah lah Rivat. " bujuk ummi.
Rivat mengusap wajahnya gusar, sungguh tak ingin dia menetap disana.
"Oke... Rivat besok ke rumah sakit, tapi... untuk jadi direktur Rivat tetap menolak, ingat dua minggu, tidak lebih. "
"Ya... " dokter Rizky mengangguk. "Paman juga ada kerjaan di Singapura untuk menjalin kerja sama dengan rumah sakit disana."
"Ingat dua minggu, jangan menjebak ku, nanti paman gak pulang-pulang. "
"Siapa tau saja kamu betah, jadi paman bisa di Singapura lebih lama. "
"Tak mungkin, dan jangan coba-coba, Rivat akan kembali ke London dua minggu lagi, ada atau tidak ada paman. " ucap Rivat datar lalu beranjak pergi menuju kamarnya.
---------
Rivat memberhentikan mobilnya saat lampu merah. Rivat melirik sebentar saat ada motor sport berhenti di sebelah mobilnya.
Si pengendara menoleh pada kaca mobil Rivat, lalu membuka kaca help nya, berkaca melihat-lihat penampilannya pada kaca.
"Heh... berkaca pada kaca mobil orang, apa spion dimotornya kurang besar?" Rivat melirik lagi. "Wanita... keren juga pake motor sport. "
Sesaat kemudian matanya menajam.
"Dia.... Ember! "
Dengan cepat Rivat membuka kaca jendela namum motor itu segera melaju karena lampu telah berubah jadi hijau.
"Tiin... Tiin... "
Suara klakson mobil di belakang menyadarkan Rivat. Rivat langsung menjalankan mobilnya mengikuti arah motor Ember.
"Sial... kemana dia pergi?" Rivat berputar-putar, " Motor kawasaki hitam... aku yakin tadi Ember, Ya Allah aku jadi ingin ketemu Rania."
Setelah setengah jam berputar dan tak berhasil Rivat melaju ke rumah sakit.
Rivat melangkahkan kakinya masuk ke rumah sakit swasta bertaraf internasional dengan alat medis lengkap dan dokter-dokter terbaik, rumah sakit Cinta Sehat milik keluarga Irham.
Hanya orang-orang kalangan atas yang bisa masuk kesana, walau ada kelas khusus untuk kalangan bawah yang selalu penuh. Karena selain fasilitas lengkap dokter dan susternya bersikap sangat sangat ramah walau si pasien dari kelas bawah.
Rivat melangkah dengan gagah, di loby rumah sakit cukup ramai, semua mata tertuju padanya, lelaki berwajah tampan dengan tatapan sedingin es, tanpa ada senyum di wajahnya.
Rivat tak menghiraukan tatapan tajam orang-orang padanya, tampaknya dia sudah terbiasa menerima tatapan seperti itu. Cuek aja bei beh...
Rivat memakai kemeja abu dan celana kain hitam, di tangannya menenteng tas jinjing hitam dan di tangan satunya lagi menenteng sneli ( jas putih khusus dokter). Membuat nya semakin mempesona.
"Kakak! "
Tiba-tiba Rivat merasa mendengar suara Rania yang memanggil namanya, Rivat menoleh kanan kiri.
"Ra...! "
Rivat bergumam, lalu menggeleng kecil. Membuang jauh-jauh pikirannya pada Rania. Rivat terus saja berjalan.
"Maaf, ruang dokter Rizky dimana ya? " tanya Rivat pada seorang suster.
Sangat tampak kalau suster Astri kaget dan melongo menatap Rivat, suster Astri menelan ludah berat.
Rivat diam saja sudah sangat biasa dia melihat tatapan meleleh kaum hawa padanya.
"Sangat... Tampan. " suster Astri bergumam masih dengan tatapan tajam.
"Hellow... " Rivat melambaikan tangannya di depan wajah suster Astri. "Saya bertanya ruangan dokter Rizky dimana? "
"Eee... lurus saja lalu belok kiri. " ucap suster itu gelagapan.
"Makasih, dan tolong di ingat dilarang gagal fokus saat bekerja, kau bisa membahayakan nyawa pasien. " ucap Rivat ketus lalu pergi.
"Huuh...! dokter seperti dia yang bisa bikin gagal fokus, dia lebih cocok jadi cover boy dari pada jadi dokter. Jadi makin semangat kerja ada dokter sebening itu. "
Rivat sampai di ruangan dokter Rizky.
"Duduklah Rivat, sebentar lagi kita akan masuk ke ruang rapat, paman akan mengenalkanmu sebagai pengganti paman. "
"Sementara! Ingat itu paman cuma dua minggu tidak lebih. "
"Ya... ya... "
"Cuma gantikan dua minggu saja pake acara perkenalan segala. "
"Perlu dong nanti kamu di gebukin security dikira dokter gadungan tau-tau duduk di kursi paman. " dokter Rizky terkekeh.
Ruang rapat dokter yang cukup luas telah di penuhi sekitar tiga puluh dokter dan lima staf khusus.
Suara hening seketika saat dokter Rizky memasuki ruangan di ikuti Rivat di belakangnya.
Semua mata tertuju pada Rivat, apalagi dokter perempuan bisik-bisik mulai terdengar.
"Khem...! mohon tenang jangan histeris seperti itu. " dokter Rizky tersenyum jenaka, dokter yang terkenal pintar dan ramah itu membuat nya sangat di segani oleh kalangan para dokter.
"Saya ingin memperkenalkan pengganti saya untuk sementara, ini dokter Rivat Irham, lulusan dari Oxford dan sudah bekerja di salah satu rumah sakit di London, dia keponakan saya sekaligus pemegang lima puluh persen saham rumah sakit Cinta Sehat."
"Waaw...! " decak kagum keluar dari mulut para dokter.
"Senang bisa bekerja bersama kalian, mohon bantuan dan bimbingan nya. " Rivat tersenyum kecil dan sedikit mengangguk.
"Ya, kami juga senang. " ucap beberapa dokter perempuan sambil terkekeh.
"Kok dokter bisa seganteng itu? " bisik dokter Aning pada dokter Diah.
"Sayang aku udah nikah." desah dokter Erda.
"Yang begini mah cocoknya buat aku. " dokter Aning tersenyum senang.
"Ya kalo dokter Aning mau di damprat pacarnya. " celetuk dokter Rika.
Dokter Aning hanya mendelik sebal.
"Rasanya tidak mungkin kan kalo lelaki setampan itu belum ada pemiliknya. "
"Semoga saja, siapa tau dokter Rivat memang jodoh ku, dia tipe idaman ku banget! "
"Tapi... dokter Aning bukan tipe idaman nya ha...ha.. ha.. " dokter Diah tertawa puas bersama dokter yang lain, hanya ada satu dokter yang diam saja sambil menatap Rivat intens.
"Silahkan duduk dokter Rivat. " dokter Rizky mempersilahkan. Rivat duduk di kursi kosong di dekat dokter Rizky.
"Selama saya pergi, dokter Rivat akan menggantikan tugas saya, jadi tolong bantu dia, dia belum berpengalaman menjadi direktur. "
"Dengan senang hati, dok" ucap dokter Aning tiba-tiba.
"Dokter Rivat tetap akan melayani pasien " dokter Rizky melanjutkan, " Jadi pak Agung tolong di buat jadwal yang pas untuk dokter Rivat, dan tolong usahakan untuk pasien lelaki, wanita tua saja, atau anak-anak ingat itu. "
Dokter Rizky terkekeh memandang wajah Rivat yang tampak gusar.
Pak agung yang bekerja di bagian tatanan kerja rumah sakit mengangguk.
"Dia... berbeda" bisik dokter Diah.
"Jangan-jangan dia... gay. " ucap dokter Rika.
"Aku akan mengobatinya sampai kembali normal, tak masalah semua punya masa lalu bukan." ucap dokter Aning dengan pedenya, membuat genk dokter perempuan terkekeh.
Rapat singkat berakhir semua dokter keluar. Rivat memilih untuk keluar belakangan. Seorang dokter wanita menghampirinya.
"Apa kabar dokter Rivat Irham? senang bisa bertemu denganmu lagi ! " dokter wanita itu menyapa Rivat dengan nada ramah.
Rivat terdiam menatap wanita di depannya...
********

Book Comment (117)

  • avatar
    TelenggenNelson

    buku ini sangat manfaat

    6d

      0
  • avatar
    Momz Brio

    bagus cerita nya

    07/06

      0
  • avatar
    setyopaparwawan

    mantap

    30/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters