logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Di Ujung Rindu

Di Ujung Rindu

Wina Rahmania


1. Istikharah Cinta

Sembunyi dari hujan dan angin, mencoba lupakan tapi tak mau lepas.
Pandangi jalan yang sesak,
Mendengarkan detak jantungku sendiri.
Begitu banyak orang diseluruh dunia.
Katakan padaku dimana bisa kutemukan seorang seperti mu.
Rania...
*****
"Tidak perlu...aku tidak membutuhkan cinta palsumu, aku... melepaskanmu kakak, semoga cita-cita mu tercapai."
Air mata Rania kembali menetes.
"Selamat tinggal Rivat Irham aku menolak khitbahmu! "
Rania keluar dari mobil Rivat, buru-buru Rivat ikut turun dan menyusul langkah Rania, kini keduanya berdiri berhadapan di bawah hujan.
"Aku tidak terima jawaban yang penuh emosi seperti itu, Ra...! " suara Rivat sudah serak dan bergetar.
"Aku mohon jangan semudah ini engkau melepaskan ku, beri sedikit saja hatimu untukku, Ra...! "
"Aku mohon, Ra...! Pertahankan aku. "
Keduanya berada dibawah hujan dengan tatapan sama - sama menajam.
"Aku akan memberikan seluruh hatiku untukmu Rivat Irham, tapi mengapa kau malah mau meninggalkan ku?" Rania berteriak lantang, membuat Rivat terdiam.
Rania menarik napas pelan, lalu meninggalkan Rivat sendirian. Rivat hanya diam membeku.
Rivat mengetuk rumah Rania, disambut oleh Ember.
"Ber, tolong suruh Rania langsung mandi air hangat ya, nanti dia demam. "
"Kalian kenapa lagi sih? Rania lagi mewek di kamarnya, aku gak bisa masuk."
"Dia marah padaku. "
"Marah gimana? "
"Kakak bilang kalo kakak akan berangkat kuliah keluar negeri minggu depan, dia jadi nangis dan marah. "
"Ya wajarlah dia marah, dia gak mau jauh dari kak Rivat, kok gak ngerti sih, ntar adek kangen." Ember malah terkekeh.
"Kan bisa VC tiap hari."
"Bedalah, dia trauma ngeliat kakak di rumah sakit kemaren, makanya dia gak mau di tinggal, seharusnya kakak seneng dong. "
Rivat tersenyum kecil.
"Boleh aku masuk, mau bicara sebentar dengan Rania. "
"Jika sedang marah begini dia gak akan mau dengar penjelasan apapun, mendingan kakak pulang dulu, besok pasti dia tenang. "
"Oh begitu ya. "
"Kalian habis mandi hujan bersama ya? Isssh... Romantisnya. "
"Cuma Rania, kakak tidak. "
"Kakak mau kuliah kemana sih? "
"Harvard, Amerika, Alhamdulillah dapat beasiswa. "
"Kereeen...! ntar kalo sudah lulus aku ikut kuliah disana ya, numpang makan gratis sekalian biar hemat. "
"Boleh, belajar dulu yang bener, jangan lupa ajak Rania juga kuliah disana." Rivat tertawa geli.
"Beres! "
----------
Rivat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, pikirannya sungguh tak tenang.
'Aku ingin kuliah di luar negeri untuk mengejar impianku, tapi... impian ku tak berarti apa-apa tanpa Rania, mengapa semuanya jadi kacau begini.'
'Aku harus bertahan disini seperti Felix yang lebih memilih selalu berada di dekat Rania.'
'Ya, hidup itu pilihan dan aku harus menentukan pilihan sekarang. '
Rivat menatap jam didinding menunjukkan pukul delapan malam,
'mungkin dia sudah tak menangis lagi sekarang.'
Rivat mengambil HPnya lalu mulai mengetik pesan.
Penjaga hati
Assalamu'alaikum, calon istriku.
Ra, Apa kamu sudah tenang sekarang? Jangan menangis lagi ya? Tolong maafkan aku, dan tolong balas pesan dariku.
Rania hanya menatap pesan dari Rivat tanpa membalas.
"Lo kayak anak kecil deh! " ucap Ember , Rania diam saja.
"Seharusnya lo bangga kak Rivat dapat beasiswa di universitas kereen begitu, ini malah mewek, kan kita sekolah tinggal setahun lagi, setelah itu kita susul kak Rivat. Ikut kuliah disana juga, di Universitas pinggirannya juga lumayan" Ember terkekeh.
"Gue gak tau, tapi entah mengapa hati gue gak tahan jika harus berjauhan dengannya."
"Ternyata... lo sekarang udah terperangkap oleh cinta kak Rivat, tau rasa lo, dulu kekeh nolak sekarang mewek gak bisa jauh." Ember tertawa makin puas. Rania hanya memandang Ember kesal.
"Aku takut, Ember! Takut jika dia menghilang seperti kak Azzam. "
"Kak Rivat berbeda dengan kak Azzam, dia tak akan ninggalin, lo. Kak Rivat sungguh-sungguh mencintai lo, nyatanya dia berani mengikat lo dengan ikatan yang halal. " Rania terdiam berpikir.
"Udah baikan lagi sono, susah tau cari calon suami model begitu, lo sangat beruntung, bukankah dari dulu lo maunya lelaki yang begitu, lelaki beriman. "
Rania hanya diam, 'Ya memang lelaki begini yang aku suka, berani mengajukan ikatan halal, tapi...'
"Jika kak Rivat berani macam - macam ama lo, gue orang pertama yang akan bejek dia. " ucap Ember heroik.
"Untuk setahun ini lo harus mengalah demi masa depan kak Rivat. Lagian kalo dia jadi lelaki sukses kan lo juga yang bangga jadi istrinya."
Rania terus berpikir, dibacanya bolak balik pesan dari Rivat.
--------
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, balasan dari Rania tak kunjung datang, Rivat tak bisa menahan lagi keresahan di hatinya.
Nada dering di HP Rania berbunyi, nama Pak Mandor terlihat jelas.
Calon istri : hallo  Assalamu'alaikum!
Penjaga hati : waalaikumsalam, calon istri ku. (Rania tersenyum saat mendengar kata calon istri) tampaknya dirimu sedang merindukan ku, baru dering pertama langsung diangkat.
Calon istri : kebetulan saja.
Penjaga hati : Ra! apakah hatimu sekarang sudah tenang? Jangan pernah menangis di depanku lagi ya.
Calon istri : kenapa?
Penjaga hati : kakak tak tahan Ra! rasanya sungguh menyiksa jiwa raga.
Calon istri : lebay
Penjaga hati: kakak gak lebay, lagi pula saat menangis kau terlihat jelek.
Calon istri : masa sih ( Rania terkekeh).
Penjaga hati: Ra, kakak akan tetap disini bersama mu, menunggumu sampai kau lulus, setelah itu kita pergi keluar negeri bersama.
Calon istri : tidak perlu begitu, maaf jika aku tadi terlalu kekanak-kanakan, sekarang aku sudah baik-baik saja, pergilah, aku tak apa.
Penjaga hati : alhamdulillah Ya Allah, bagus kalo kau sudah mengizinkan kakak pergi, nah gitu dong baru calon istri yang baik.
Calon istri : tapi... jangan lupa vc aku tiap hari ( Rania tersenyum mesem-mesem).
Penjaga hati : pasti. ( hening ) Ra, maukah kau terima khitbah ku?
(Rania hanya senyum tanpa menjawab)
Penjaga hati : kenapa diam?
(Rania tetap diam, sungguh dia belum memiliki jawaban untuk masalah khitbah itu)
Penjaga hati : Ra! Seperti nya kamu kangen padaku, dua pertanyaan dariku tidak kau jawab. Tunggu ya, jangan tidur dulu , kakak akan datang kesana.
Rivat langsung menutup panggilan telepon nya.
"Mau apa dia datang malam-malam begini."
Walau kesal Rania tetap menunggu kedatangan Rivat, berkali-kali dia tersenyum sendiri, entah mengapa Rania tidak bisa marah lama-lama pada Rivat.
Rivat selalu saja bisa meluluhkan hatinya, untung Ember sudah tertidur pulas jika tidak, Ember pasti sudah mengejeknya.
Pak Udin mengetok pintu kamar Rania. Langsung saja di buka.
"Ini non, ada titipan dari den Rivat, katanya pertama buka bungkusan kecil ini dulu, setelah selesai baru buka kotak besar ini, awas jangan kebalik urutannya, yang di makan yang di bungkusan kecil ini jika terbalik non akan masuk rumah sakit."
Pak Udin menggaruk kepalanya binggung.
"Apa benar begitu ya tadi? "
"Ya udah makasih ya Pak Udin, nanti Rania lihat sendiri. "
"Ingat ya non, bungkusan kecil dulu, pak Udin gak mau non salah makan lalu masuk rumah sakit. "
"Iya, pak Udin tenang aja Rania masih punya mata. "
Rania langsung menutup pintu setelah pak Udin pergi, dibukanya bungkusan kecil lebih dahulu. Ada sebuah wadah makan dan selembar surat terlipat, senyum Rania mengembang. Lalu di bukanya lipatan surat itu.
"Udah jangan senyum-senyum terus, cepat dimakan ya, nanti keburu dingin. Aku memasaknya khusus untuk kamu. Jangan lupa cuci tangan dan berdoa dulu sebelum makan. Aku mencintaimu, Ra! "
Rania membuka wadah makan itu, tampak nasi goreng dengan wajah tersenyum.
"Ternyata... dia sangat romantis. " senyum Rania makin mengembang.
Rania memakan nasi goreng buatan Rivat dengan lahap bersama suasana hati yang bahagia tiada tara.
"Rivat Irham jika begini terus, bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu. Aku tak tahan. "
Lima belas menit berlalu, nasi goreng sudah habis tak tersisa sebutir nasi pun. Rania membuka bungkusan kotak besar, langsung saja di bukanya.
"Kau selalu memberi kejutan padaku kakak. "
Dikeluarkan nya sepasang sepatu kets putih, bertuliskan 'wife' dibelakangnya. Lalu di cobanya.
Suara dering HP Rania, kembali berbunyi, langsung saja diangkat setelah membaca nama penjaga hati.
"Gimana? Pas? "
"Pas sekali. "
"Alhamdulillah kalo pas, kakak khawatir kalo kakimu bertambah lebar. "
"Masa sih bisa makin lebar. "
"Ra..."
"Apa? "
"Keluar dong dari balkon kamarmu. "
Rania tak berkomentar langsung saja dia membuka pintu ke arah balkon.
"Kakak kau nekat. " ucap Rania saat melihat Rivat sudah berdiri di bawah sambil membawa gitar yang talinya di sampir ke punggungnya.
"Boleh ku lihat sepatumu? "
Rania mengeluarkan kakinya dari sela sela besi pagar balkon.
"Kakak juga pake. " Rivat mengangkat sedikit celana levisnya. Sepatu kets hitam yang semodel dengan Rania.
"Tapi punya kakak tulisannya husband, klo kita mau ketemuan atau jalan keluar berdua kita pake ya. "
"Ya "
"Ra..."
"Hmm... "
"Kakak ingin bernyanyi untukmu, boleh ?"
"Boleh..."
"Tolong di dengar baik-baik, oke. "
"Ya, dengan senang hati. "
Rivat mematikan panggilannya dan memasukkan HP nya ke saku celananya, dan mulai memetik gitar.
🎤Hiding from the rain and snow
Trying to forget, but I won't let go
Looking at a crowded street
Listening to my own heart beat
Seketika Rania kaget
'Ternyata dia mendengar dengan jelas saat aku menyanyikan lagu itu untuknya dirumah sakit.'
So many people all around the world
Tell me where do i find someone like you Girl.
Take me to heart, take me to your soul
Give me your hand before i'm old
Show me what love is haven't got a clue
Show me that wonders can be true🎤
Rania ikut bernyanyi bersama Rivat sampai lagu berakhir.
" I will give my heart for you, Rivat Irham." Rania mengusap air matanya
'Kakak... kau begitu sempurna. '
Dering HP berbunyi kembali.
"Ra! Kok malah nangis sih, kemajuan pesat dong dulu kamu suka ngences kalo lihat kakak nyanyi sekarang sampai menangis. "
"Ini tangisan bahagia. "
Terdengar kekehan renyah dari Rivat.
"Bagaimana kakak bisa hapal lagu itu? "
"Kakak mendengar semua yang kamu ucapkan kepadaku saat dirumah sakit, kau memberiku semangat untuk bertahan, makasih Ra, makasih untuk semuanya. "
"Ya"
"Tapi rasanya aku juga mendengar kau minta pertanggungjawaban ku atas hatimu, karena kau telah memberikannya untukku. "
"Itu... itu... Kakak salah dengar." Rania gelagapan.
"Kakak gak akan salah dengar, kakak dengar dengan sangat jelas. "
Air mata Rania kembali menetes, sambil tersenyum kecil pada Rivat.
"Sudah hapus air matamu, kalo tidak kakak manjat nih sampai ke kamarmu, kakak hapus sendiri air matamu. "
Rania segera mengusap wajahnya, dan menyunggingkan senyum manis.
"Nah gitu dong, jadi makin cantik." Keduanya terdiam,
" Ra...! Kangen"
"Kan ini lagi liatin"
"Kurang deket"
"Jangan macam-macam "
"Rasanya aku mau mati menahan rasa rindu ini! "
"Berlebihan! "
"Ra...! "
"Apa? "
"Ikut kakak yuk? "
"Kemana? "
"Kerumah penghulu"
"Sinting...!!! "
"Ra! Boleh aku minta satu hal padamu? "
"Apa? "
"Sholat istikharah untuk ku, kakak ingin sebelum berangkat kau sudah ada jawaban atas khitbah ku. "
"Ya... nanti malam aku akan sholat istikharah. "
"Makasih Ra "
"Ya"
Hening...
"Boleh aku minta satu hal padamu, kak? " tanya Rania setelah lama keduannya terdiam.
"Everything! "
"Apapun yang terjadi nanti antara kita berdua, tolong jangan pernah melupakan aku."
"Itu tak akan pernah terjadi, hanya akan ada dirimu dihatiku, kapan pun dan di manapun aku berada. Aku mencintaimu, Rania Salsabilla."
Hening...
"Ra, apa kau mendengar nya? "
"Ya, dengar. "
"Apa kau percaya padaku? "
"Ya ! Aku percaya." Rania mengusap air matanya " Kak, sudah malam pulang gih."
"Kaki mau tapi hati nolak gimana dong? "
"Ntar ya aka panggil pak Udin, biar nyeret kakak ke luar. "
"Tega... sama calon suami . "
"Udah sono balik, dingin nanti malah demam."
"Kan ada kamu nanti yang rawatin"
"Aisss... dah, aku repot mau ujian. Dah ya aku ngantuk, wassalammualaikum. "
"Ra, kakak belum selesai ngomong. " Rivat berteriak langsung karena panggilan sudah di matikan Rania.
"Pak Udin tolong suruh pulang kak Rivat."
Pak Udin mendekat ke Rivat, Rivat hanya terkekeh, lalu melambaikan tangan ke Rania.
"Dah... "
"Dah... " malu-malu Rania membalas lambaian tangan Rivat.
Rania masuk kekamarnya, dengan segera dia memeluk boneka teddy bear pemberian Rivat lalu tidur di samping Ember.
"Aku mencintaimu, kak Rivat. "
--------
Bunyi HP Rania terdengar, dengan mata separo terpejam dia lihat tulisan di layarnya, Penjaga hati.
"Kenapa orang ini selalu saja mengganggu?"
Rania melirik jam di dinding pukul dua pagi.
"Hmm.... "
"Masih ngantuk ya... "
"Hmm... "
"Cepet wudhu gih, biar ngantuknya hilang, langsung sholat istikharah ya, awas jangan sampai salah sebut nama, ingat Rivat Irham oke. Kakak juga akan sholat di sini. "
"Ya " Rania tersenyum kecil, lalu mematikan HP nya.
"Ah kakak...benar kata Ember aku beruntung punya calon suami sepertimu."
Dengan penuh kebahagiaan dan semangat Rania melaksanakan sholat istikharah nya, bermunajat kepada Allah meminta petunjuk untuk jalan yang di ridhoiNya.
-------
"Rania... Rania... bangun woi, sudah subuh." teriak Ember sambil menggoyang-goyangkan badan Rania.
"Ih bentar lagi, lo ganggu mimpi gue aja sih, tanggung nih lagi mimpi seneng gue."
"Mimpi apaan sih lo? "
"Gue lagi mimpiin kak Rivat. "
"Buset... mimpi jorok lo ya. "
"Gak jorok, tapi... Aku melihat kak Rivat sedang menangis di taman sekolah, satu kakinya memakai pengaman, dua tongkat di ketiak kiri dan kanan, kepala nya pun diperban, Ember. Kasihan sekali dia. Hatiku ikut sakit melihatnya. "
"Itu yang akan terjadi pada kak Rivat jika kau menolak jadi istrinya. " Ember terkekeh.
Rania langsung membuka mata lebar-lebar.
"Mungkin itu jawaban dari sholat istikharah ku. " Rania tersenyum sambil memeluk boneka teddy bear pemberian Rivat.
"Sholat istikharah harus di lakukan berkali-kali " ucap Ember. "Kalo yang pertama di khawatirkan itu cuma keinginan atau obsesi lo aja yang terbawa mimpi. "
Rania manyun.
"Lo merusak kebahagiaan gue aja Ember!"
Diseberang sana
Rivat terbangun dari tidurnya dengan kebahagiaan yang menggema keseluruhan relung hati.
Dalam mimpinya melihat Rania di taman sekolah memakai baju pasien rumah sakit, dengan satu tangan patah dan kepala diperban.
"Ya Allah... semoga ini jawaban istikharah ku." lirih Rania.
"Ya Allah... semoga ini jawaban istikharah ku." lirih Rivat
******
Urutan baca yang direkomendasikan :
1. Rivat dan Rania.
2. Di Ujung Rindu.

Book Comment (117)

  • avatar
    TelenggenNelson

    buku ini sangat manfaat

    7d

      0
  • avatar
    Momz Brio

    bagus cerita nya

    07/06

      0
  • avatar
    setyopaparwawan

    mantap

    30/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters