logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Kue Anniv Pesanan Mertua

Kue Anniv Pesanan Mertua

Nisa Noor


Chapter 1 Pesanan Mertua

"Kania ... Bisa buatkan mama kue?" tanya mama Mertuanya di ujung sana.
"Bisa ma, mama mau kue apa?" tanya Kania.
"Mama mau kasih surprise buat menantu mama mau anniv, bisa?"
Kania tertegun sejenak, seingatnya mama mertuanya hanya punya tiga menantu, dia dan dua orang menantu lelaki.
"Menantu mama? Siapa ma?" tanya Kania.
"Ya gak seru dong kalau dikasih tahu, pokoknya buatkan yang paling bagus dan enak ya. Nanti sore mama kirim orang buat ambil ke rumahmu," ucap mama.
"I-iya ma ...."
Kania masih berkutat dengan rasa penasaran, ia masih penasaran untuk siapa mama memesan kue itu. Mana mungkin mama mau memberikan kejutan untuk Mas Raihan dan Mas Kiki, mereka menantu laki-laki dan rumahnya pun jauh. Hanya Kania dan Ilham yang rumahnya cukup dekat hanya sekitar dua jam saja sampai.
[Kania, tolong kasih tulisan "Happy Anniversary ke lima" tambah lilin juga ya]
Pesan masuk di ponsel Kania dari mama mertuanya semakin membuat rasa penasaran Kania meningkat, jelas kue nya bukan untuk dirinya lagi pula ulang tahun pernikahannya bukan hari ini dan dia baru menikah dengan Mas Ilham satu tahun.
"Baca pesan dari siapa sih."
Tiba-tiba sepasang tangan menelusup kedalam celemek yang ia gunakan hingga membuat Kania terkejut.
"Mas ... kaget tahu."
"Lagian bikin kue sambil melamun nanti kue gak enak lho, kasian kan konsumen kamu."
Mas Ilham yang memeluk Kania dari belakang membuyarkan semua lamunan Kania akan pesanan kue mama nya, pikiran Kania pun langsung tertuju pada Maa Ilham, bukan tidak mungkin jika suaminya itu tahu akan satu hal.
"Pesan apa sih?" tanya Mas Ilham.
"Ini mas, mama pesan kue untuk perayaan anniv ke lima tahun untuk surprise nanti malam ke menantunya. Memangnya mama punya menantu lain selain aku, Mas Raihan dan Mas kiki?" tanya Kania penuh dengan penasaran.
Seketika raut wajah Ilham berubah, ia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Kania. Kania mengernyitkan dahi atas sikap suaminya itu.
"Kenapa mas?" tanya Kania.
"Kamu yakin mama pesan kue itu?" tanya Ilham.
"Yakin mas, tadi mama telepon dan ini kirim pesan."
Kania menunjukan pesan dari mertuanya, Ilham membaca isi pesan yang dikirim mama nya. Terdiam, mereka terdiam sejenak. Kania semakin melihat keanehan dari dalam diri suaminya ketika selesai membaca pesan itu, mendengar mama nya memesan kue anniv saja membuat Ilham berubah apalagi setelah membaca pesan mama nya.
"Ah, mungkin mama bercanda. Barangkali itu pesanan temannya sayang, kerjakan saja dari pada mama marah. Sudah jangan terlalu dipikirkan."
Ilham mencoba mengusir rasa penasaran yang bercokol di dalam diri Kania.
"Tapi mas ... Mama bilang ini buat menantunya mas, aku penasaran menantu yang mana?" ujar Kania.
"Kenapa gak kamu tanyakan langsung aja sayang?" ucap Ilham mencubit pipi istrinya yang cubby.
"Aw ... Sakit mas," teriak Kania memegang pipinya. "Ya gak enaklah mas masa aku tanya buat siapa."
"Ya sudah jangan dipikirkan ya, aku berangkat dulu."
"Aku ikut mas, ada beberapa bahan yang harus aku beli dulu."
Kania merapikan dirinya, untuk pergi sebentar menyiapkan bahan-bahan yang akan dipakainya untuk membuat beberapa pesanan termasuk pesanan mertuanya.
"Ya sudah ayo," ajak ilham.
Mereka pun pergi menuju tempat masing-masing, Ilham menuju tempat kerjanya dan Kania berhenti di toko bahan kue untuk membeli kebutuhan bakingnya.
"Hati-hati ya sayang," ucap Ilham melepas kepergian istrinya.
"Iya mas, mas juga hati-hati."
Kania keluar dari mobil setelah mencium punggung tangan suaminya dengan penuh takzim, ia merasa sangat bersyukur mempunyai suami yang sangat mendukung hobinya membuat kue, Ilham memfasilitasi Kania dengan baik hingga Kania bisa menghasilkan uang dari hobinya itu.
Menyusuri setiap sudut toko Kania membeli bahan yang dia butuhkan tak perlu waktu lama ia sudah selesai dan keluar dari tokonya.
Tak disangka netranya menangkap pemandangan yang membuat dirinya terperangah, di sebrang sana tiga sosok yang tak aneh bagi Kania tengah berjalan memasuki sebuah toko pernak pernik.
Ingin rasanya ia masuk ke dalam toko itu tapi tangannya penuh dengan belanjaan, rasa penasaran membawa langkah Kania menuju toko pernak pernik itu dengan menyimpan belanjaan di toko bahan kue itu.
Ia masuk dengan penuh hati-hati, sempat kehilangan jejak tiga wanita yang ia kenal tapi berhasil menemukannya lagi. Kania berdiri di belakang mereka hanya terhalang oleh rak pernak pernih toko tersebut. Ia menempelkan telinganya dengan baik memastikan pembicaraan tiga perempuan itu dapat terdengar.
"Kania nggak curiga dengan pesanan kue mama?" tanya perempuan yang usianya lebih tua tiga tahun dari Kania.
"Kayaknya sih gitu, soalnya dia sempat bengong."
"Terus?"
"Ya kalau pun akhirnya harus ketahuan ya mau gimana lagi, lambat-laun Kania juga pasti tahu."
Kania hampir menjatuhkan dirinya mendengar percakapan itu, mata melebar sempurna, lutut gemetar hebat, percakapan tiga orang perempuan itu membuat debar jantung sangat kencang, Kania memegang dinding agar tubuhnya tak ambruk.
"Ada apa ini Tuhan?"
Batin Kania menjerit, rasa penasaran sejak menerima pesanan kue mertuanya itu menuntun Kania pada sebuah rahasia yang disembunyikan.
Kania menarik napas lalu membuangnya perlahan, dengan penuh rasa percaya diri, Kania menampilkan diri di hadapan tiga perempuan itu.
"Kania ...."
Ketiganya nampak kompak menyebut nama Kania dengan wajah yang nampak seperti melihat hantu di siang bolong.
Ah, bagai maling yang tertangkap basah. Kebayang kan wajahnya? Ya begitulah tiga orang itu ketika melihat Kania sudah tersenyum manis di hadapan mereka.
---
Apa ya yang akan terjadi?

Book Comment (232)

  • avatar
    FAHIMRIFA

    bagus,sepertinya kisahnya menyedihkan.baru sedikit membacanya,tapi...sudah sedih duluan.

    9h

      0
  • avatar
    ANCAH JELAJAHANCAH JELAJAH

    ini sangat seruh

    5d

      0
  • avatar
    SianturiSondang

    seruuuuuuuuuuu.....

    14d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters