logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

5. Kesempatan bicara

Rana menaiki lift yang memang masih sepi. Hanya dia sendiri didalam sana. Tapi seseorang menghentikan lift yang masih setengah terbuka dan berhasil masuk. Rana menekan tombol angka 10 dimana ruangannya berada.
Rana terlihat lesu saat melihat siapa yang ikut masuk ke dalam lift.
"Ran, serius kita harus bicara."
"Yaudah ngomong aja pak."
"Ini tentang Seta, Ran."
"Maaf, tapi jika masih membahas hal yang sama, saya gak bisa, saya gak mau."
Ting.
Pintu lift terbuka saat dilantai 3. Dan Rana berharap mereka yang naik barusan melebihi lantainya.
"Mbak, tolong lantai 5 ya.."
Oh dan harapan Rana, pupus sudah saat ia menekan tombol nomor 5.
Tidak lama lift berhenti di lantai 5. Mereka yang tujuannya disana lalu turun, dan Rana mengikuti mereka.
"Gila, masih 5 lantai nih. Harus gue naik tangga?" Gerutu Rana masih sambil berjalan. "Ah enggak, naik lift yang selanjutnya aja." Rana kembali berbalik dan mendapati Kai sudah berada dihadapannya dan bahkan ia hampir menabraknya.
"Kamu benar-benar keras kepala ya Ran. Sampai segitunya menghindar."
"Pak? Ya ampun, bapak ngapain si ikut turun?"
"Saya sudah bilang, kita perlu bicara."
Rana mengamati sekitar. Jangan sampai mereka menjadi perhatian dan terjadi masalah yang tidak diinginkan.
"Saya sudah bilang gak ada yang perlu diomongin." Rana berlari kearah lift yang baru saja lewat. Ia mencoba membuka lift tapi terlambat.
"Sebentar saja Ran.."
"Saya benar-benar minta maaf pak, tapi saya udah gak mau membahas masa lalu."
Rana berjalan kearah tangga darurat yang sebenarnya sia-sia karena Kailandra masih terus mengikutinya.
"Kamu gak bisa terus-terusan menghindar gini dong Ran!"
Rana terus menaiki tangga tanpa memperdulikan bujukkan Kailandra.
"Ran, tolong beri satu kali kesempatan. Ran, please.."
"Berhenti memanggil saya dengan nama itu pak."
"Ran itu namamu, kamu suka dipanggil dengan nama itu dulu."
Rana masih terus berjalan, jalannya mulai melambat karena memang sudah 2 lantai mereka lalui. Pikiran Rana kacau ditambah sesak napas yang mulai melanda dada Rana.
"Ran.."
"Kai cukup! Tolong berhenti!."
Ya, dan akhirnya Rana menyerah. Rana tau dengan ia memanggil nama panggilannya dulu ia bisa menghentikannya berbicara. Dan kini, Kai mendapatkan perhatian Rana.
"Akhirnya...." ucap Kai senang karena berhasil mengambil perhatian Rana.
"Kita bicara, dan setelah itu saya janji tidak akan membahas masa lalu kamu."
"Oke, kita bicara disini aja."
"Nggak bisa disini, Ran."
"Kenapa gak bisa disini?" Ucap Rana sambil mengatur napasnya. "Mau ngomongin apa, sekarang aja harusnya bisa dong?"
"Gak bisa, waktunya terbatas."
"Terus bapak maunya kita ngomong dimana?"
"Nanti sepulang dari kantor, kamu ikut saya."
"Mau ke mana?"
"Kamu ikut aja."
"Gak bisa, saya janji pulang sama Jemin."
"Saya bisa bilang ke dia untuk tunda dia mengantar kamu."
"Aduh.. Apalagi sih sebenarnya, masa lalu yaudah biar berlalu gak usah dibahas lagi."
"Seta mau nikah, kamu gak mau ketemu dia dulu? Gak ada gitu sesuatu yang mau kamu ucapin ke dia?"
"Gak perlu."
"Kamu serius gak mau ketemu dia lagi?"
"Gak. Buat apa."
Ran tampak membuang muka dari Kai. Sedangkan Kai hanya memperhatikan Rana.
"Kan dulu dia yang ninggalin saya, ngapain saya harus nemuin dia sekarang? Harusnya dia yang nemuin saya kan. Atau jangan-jangan, pak Kai mau bikin saya sama dia ketemu ya? Pokoknya saya gak mau ya.."
Kai bisa melihat di wajah Rana ada kemarahan dan kesedihan disana yang bersikeras ia tutupi.
"Maafin aku Ran. Aku gak maksud bikin kamu marah atau sedih."
Rana tidak menjawab.
"Nanti saya bilang ke Jemin, kalau hari ini kamu pulang sama saya."
"Jangan! Gak usah. Biar saya aja yang bilang. Gawat kalo grub kubikel kebakar tau kalo saya mau bareng bapak."
"Yang terakhir kamu ngomong apa?"
"Bukan apa-apa pak. Satu lagi pak, tolong jangan panggil saya dengan nama itu."
"Kenapa? Karena mengingatkan kamu dengan masa lalu? Tapi saya nyaman dengan nama itu." Kailandra menatap kedalam manik mata Rana yang saat ini kaget mendengar penuturannya.
"Dan saya juga sangat senang, kamu mengingat panggilan saya dulu." Kailandra tersenyum manis yang membuat siapa saja melihatnya pasti terpesona.
"Terserah bapak ajalah.."
Kai tampak tersenyum.
"Pak, saya serius waktu bilang gak mau ketemu sama Seta."
"Kamu lari dari masalah kamu."
"Bukan saya yang lari, tapi dia."
"Tapi kamu terus menghindar."
"Ya, buat apa saya ketemu dia. Dia juga udah mau nikah, mau apalagi coba. Gak akan mengubah keadaan juga."
"Saya tau.. Maka dari itu nanti kita bicarakan."
Kailandra melangkah keluar dari tangga darurat. Sebelum benar-benar keluar ia menoleh pada Rana yang masih terdiam.
"Kamu mau terus naik tangga? Masih ada 3 lantai lagi loh.. Tapi kalau kamu masih kuat dan mau sekalian olah raga, ya, gak apa-apa."
Rana tidak menjawab tapi kakinya melangkah mengikuti Kailandra yang akan keluar dari tangga darurat. Dan mereka berdua menuju lift. Waktu istirahat sudah selesai dan hampir semua lift menuju keatas penuh. Mereka mendapatkan lift dan saat pintu lift terbuka sudah hampir penuh tapi masih cukup untuk mereka berdua.
"Mbak Rana sama pak Kailandra kok bisa barengan?" Ucapan tadi membuat Rana menoleh dan sudah mendapati teman setimnya lengkap berada disana.
"Iya nih. Ada apa nih? Kalian dari mana?" tanya Rahmani.
"Terus kenapa lo kaya abis muterin lapangan, ngos-ngosan dan keringetan gitu?" Wenda ikut menambahkan.
"Abis ngapain, Rana? Muterin lapangan? Apa lari-larian di kejar pak Kai?" Pras ikut penasaran.
Rana kaget, dia benar-benar seperti maling yang tertangkap basah.
"Enggak. Apaan si kalian. Gue cuma ada perlu aja." Jawab Rana sekenanya.
"Perlu yang gimana? Sama pak bos?" Tanya Wenda.
"Wenda, ampun deh lo ya. Malu tau banyak karyawan lain." Ucap Rana sambil berbisik pada Wenda.
Yang membuat Rana kesal, Kai sama sekali tidak membantunya mencari alasan untuk diberikan kepada teman-temannya. Ia hanya diam seolah menyatakan benar ada sesuatu diantara mereka berdua.
*****

Book Comment (126)

  • avatar
    Deti Putri

    bagus banget

    09/07

      0
  • avatar
    Danicha Saputra

    Baguss

    15/05

      0
  • avatar
    CantikNabila

    ceritanya sangat bagus

    17/01

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters