logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

3. Orang dari masa lalu

Setelah cukup menata pikirannya Rana kembali ke tempat kerjanya. Ia rasa semuanya cukup khawatir mengingat ia langsung melengos pergi dan terus mengucapkan tidak apa-apa saat sangat terlihat dia tidak seperti itu.
"Baru mau gue susulin, gue kira pingsan di toilet." Seru Wenda saat melihat Rana sudah kembali dan duduk di tempatnya.
"Lo baru liat pak bos aja udah pucet Rana." Kini Rahma menambahkan pernyataan yang menurut Rana ambigu.
"Mbak, lo bener nggak apa-apa kan?" Kini Jemin menghampiri meja Rana.
"Aku nggak apa-apa sayang, khawatir ya sama aku."
"Ya ampun ademnya, anget dengernya mbak."
"Apanya yang anget, Je? Biji?" Samber Pras.
"Kalo udah nggak apa-apa, file yang tadi kirim ke pak bos mbak. Gue ditanyain."
"Iya, tinggal gue kirim. Tadi mau gue kirim lupa."
*
Makan siang kali ini terasa berbeda. Wibrata dan Kailandra bergabung dengan Rana dan yang lain. Sedikit canggung dan tentu sangat jaga image didepan bosnya yang baru. Biasanya mereka bercerita seperti mengarang bebas tapi kali ini mereka harus menahannya.
"Dihabisin ya Wen, lumayan kan tanggal tua dapet traktiran." Wibrata mencairkan suasana.
"Hehe.. bapak emang paling pengertian deh. Mau bilang sering-sering tapi udah ada penggantinya, penonton kecewa deh."
"Oh iya, Ndra, mereka semua ini bisa diandalkan. Kamu bisa percaya sama mereka. Jemin memang sekretaris baru, tapi bisa papa lihat dia punya potensi dan rasa tanggung jawabnya juga besar."
"Makasih pujiannya pak. Semoga kedepannya saya semakin baik dalam bekerja jadi sekretaris pak Kailandra."
"Ya sama-sama tingkatkan terus kinerjamu!"
"Baik pak."
"Oh ya, Rahmani, kapan kamu mulai cuti? Sepertinya sudah besar banget perut kamu?"
"Iya pak sudah memasuki usia 30 Minggu. Mungkin saya akan mengambil cuti saat sudah 32 Minggu."
"Sehat-sehat loh, tetap jaga pola makan!"
"Iya pak terima kasih."
"Maaf pak sebelumnya. Kalo boleh saya tau, umur pak Kailandra ini berapa ya? Sepertinya masih muda." Rasa penasaran Pras membuat bibirnya gatal untuk bertanya langsung.
"Saya seumuran dengan Rananta. Ya gak beda jauhlah. Iya kan, Ran?" Jawaban Kailandra sukses membuat semuanya kaget. Terutama Rana tentunya.
"Loh..loh..loh.. kalian saling kenal?"
"Dulu kita satu sekolah waktu SMA, Pah."
"Benar itu, Rana?" Wibrata memastikan pada Rana. Dan tentunya membuat semuanya menunggu karena penasaran
"Iya pak, tapi kami tidak pernah sekelas. Saya juga sekedar tau pak Kailandra. Dia temannya dari teman saya."
"Kita tidak hanya sekedar tau satu sama lain. Tapi kita sangat mengenal satu sama lain."
"Wah.. Apa dulu bapak punya satu hubungan khusus sama Rana?" Wenda benar-benar frontal.
"Wenda, apaan si nanya begitu?" Rana kesal karena perlahan ini akan membuatnya membuka halaman usang.
"Kenapa si Rana? Kalo nggak ada apa-apa mestinya kan oke-oke aja."
"Ya nggak nanya langsung ke pak Kailandra begitu dong, kan bisa nanya gue."
"Nggak apa-apa kan pak saya tanya begitu?"
"Pak Kailandra itu temennya temen gue, Wenda."
Rana berusaha setenang mungkin dalam menjelaskan dan sebisa mungkin tidak menimbulkan pertanyaan lagi, seharusnya.
"Benar begitu pak?" Tanya Rahmani memastikan.
"Bukan seperti yang kalian pikirkan. Rana itu pacar teman dekat saya, jadi saya mengenalnya."
Semuanya tampak ber-oh ria, kecuali Rana yang terlihat kesal. Pasti begitu mendengar penuturan dari sang bos baru. Bibir teman-teman Rana sudah sangat gatal untuk mengulik kehidupannya yang dulu, yang sebenernya ingin ia hapuskan.
Makan siang terus berlanjut, sampai ada waktu dimana Rana terlihat sendiri dan Kai langsung menghampiri untuk menyapanya secara pribadi.
"Hai Ran.."
Rana menoleh ke sumber suara, dan kaget begitu melihat siapa yang punya suara tersebut.
"Oh iya, hai, pak.."
Rana meminum minumannya untuk menghilangkan rasa canggungnya.
"Gimana kabar kamu?"
"Ya baik, seperti yang bapak lihat."
"Aku gak nyangka bisa ketemu kamu disini."
Rana menelan ludahnya. "Gitu yaa..." Rana tampak melihat ke sekelilingnya lalu meneruskan kata-katanya. "Pak maaf, saya permisi dulu mau kesana ambil air minum lagi."
Rana pun pergi meninggalkan Kai.
"Kamu gak suka ketemu aku disini?" Ucap Kai yang tiba-tiba sudah berada di samping Rana lagi.
'ya ampun...' ucap Rana dalam hati.
"Gak pak, bukan maksud saya... Cuma.." Rana mulai bicara dengan nada yang lirih.
"Pak, tolong, jangan bikin temen-temen saya salah paham."
"Maksud kamu?"
"Yaa.. kalau bapak pake kata Aku ke saya, yang lain mengira kita ada hubungan."
Kai tampak menoleh ke kanan dan kiri.
"Memangnya kenapa?"
"Saya gak mau di kantor jadi rame pak."
Rana kembali meninggalkan Kai, kali ini Kai tidak mengejar Rana lagi.
*
@Kubikel Kebakar@
Wenda : Rana tadi lo sama pak Kailandra keliatan lagi ngobrol berdua. Lagi reunian ya?
Wenda : Rana coba ceritain deh dulu lo sama pak Kailandra gemana?
Rahma : Yes, gue juga gatel banget sebenarnya tadi mau tanya.
Rana : Kenapa si kalian pengen tau banget?
Rana : Gini ya pemirsa... Gue sama pak Kailandra gak ada apa-apa dulu. Jadi sudahi pergibahan ini.
Wenda : Berarti sekarang ada dong?
Rana : Gak ada juga.
Rahma : Yakin nih gak ada cerita yang gimana gitu?
Pras : Nyimak..
-5 menit kemudian-
Wenda : Rana !!!
Wenda : PING!
Wenda : Heh????
Rana : Kepo dih.
Wenda : Jelasin!
Rana : Nggak ada yang perlu dijelasin. Tadi kan udah denger sendiri.
Rahma : Yaudah ganti topik. Temen yang dibilang pak bos, mantan lo kaya apa orangnya?
Jemin : Gantengan mana sama gue mbak?
Wenda : Rana!
-15 menit kemudian-
Wenda : Ranaaaaaaa.....
Jemin : Kayaknya mbak Rana tidur seh mbak Wen
Wenda : Ya ampun ditinggal tidur gue
Pras : gudnait Rana
Sebenarnya Rana belum tidur. Ia hanya malas membahas masa lalunya. Hatinya saat ini benar-benar tidak karuan. Ia ingin pergi, ia ingin lari tapi itu berarti ia harus meninggalkan pekerjaannya yang sangat ia sayangi ini. Ia juga menyayangi teman-temannya, walaupun memang terkadang mereka terlihat reseh karena senang meledeknya. Tapi itulah yang membuat Rana terasa nyaman disana.
Pertemuannya dengan Kailandra membuatnya tidak fokus. Ada sesuatu yang mengganjal yang ia rasakan. Kailandra adalah salah satu orang dari masa lalunya. Walaupun sebenernya bukan dia yang membuat Rana ingin melupakan masa lalunya. Tapi tetap saja, ia tau masa lalu Rana. Dan itu yang membuat Rana sebenernya tidak ingin bertemu dengan siapapun yang dari masa lalunya.
Sekarang Rana harus berhadapan dengan Kailandra setiap hari. Dan secara tidak langsung juga, Rana selalu mengingat hal yang tidak dia inginkan.
*****

Book Comment (126)

  • avatar
    Deti Putri

    bagus banget

    09/07

      0
  • avatar
    Danicha Saputra

    Baguss

    15/05

      0
  • avatar
    CantikNabila

    ceritanya sangat bagus

    17/01

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters