logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 : aku hamil

Ya aku pun mengerti mungkin keluarga ku tidak punya uang ke Jakarta.
Dan kemudian Suamiku melihat aku terbaring Di kamar  dengan puncat ,lalu Suamiku memanggil mamak nya suruh bawah aku kerumah sakit.
Setelah cek kedokter  Ternyata aku hamil 2 minggu
Aku nggak Tau perasan ku campur aduk
Tapi Suamiku Dan mertuaku senang
Mertua ku bilang "mana Tau kalau kamu ada anak Krish berubah tidak pukulin kamu lagi Lia"
Aku juga berharap itu akan terjadi.
Setelah sampai Di rumah  dia mulai peratihan dengan ku ,membeli susu hamil untuk ku. 
Dan bertanya Lia mau makan apa?
Aku nggak bisa makan ,Karna aku selalu muntah terus,
Dia menjawab" Kalau Kau nggak makan nanti anak ku nggak ada gizi,
Kemudian dia membeli nasi Garuda untuku.
Namun aku hanya makan sedikit
Dia begitu peratihan menolong ku membersihkan rumah,Dan membawa baju ku laundry.
Hanya  2 bulan dia membuat ku seperti ratu,
Biasa nya aku dalam sebulan berkali-kali Di pukul,Kali Ini sudah 2 bulan  dia tidak pernah pukul dengan ku.
Aku eran tiba-tiba Suamiku pulang awal pukul 4 sore,
Entah kenapa kalau dia datang kerumah aku selalu ketakutan,
Saat itu aku lagi baring Di kamar
kamar pun sudah aku bersihkan.
Saat dia datang aku langsung bergegas Dari tempat tidur segera bangun
Aku ketakutan bagaikan aku bekerja Di rumah orang .
Biasa nya kalau orang suaminya pulang kerja awal bahagia, tapi aku selalu gelisah
Soalnya apa pun yang ku lakukan selalu salah, setelah 2 bulan dia tidak memukulin ku 
Kini dia memukulin ku lagi,
hal kecil dia langsung memperbesar kan masalah dia mendedang perut ku
Aku menjerit kesakitan  " Awwww... Awwww sakittttt...... "
Setelah krish memukulinku  dia langsung kerumah mamak nya
Aku sendiran merasakan kesakitan, aku kira dia akan berubah ternyata tidak
Bingung mau pergi kemana saat itu aku hamil mau balik ke rumah mamak tapi malu, takut menjadi beban
Soalnya aku sudah pernah lari dari rumah tapi kembali lagi
Satu-satunya jalan aku harus bertahan sampai anak ku lahir, tapi sekarang aku khawatir  apakah anak dalam kandungan ku baik" Saja. 
Dan ketika malam hari nya krish datang aku pun sudah tidur
Di pagi harinya saat aku merasakan kesakitan  aku tetap membuat sarapan pagi nya, pakaian nya dan aku pun memakai kaos kaki nya, tapi tidak sedikit pun dia menayangkan keadaan ku 
Dia merasakan tidak  buat apa-apa dengan ku 
Setelah pulang kerja 
“Assalamualaikum, sayang.”
“Waalaikumsalam, krish. Kamu dari mana saja? Kenapa kamu baru pulang? Tumben sekali kamu pulang sampai larut malam seperti ini. Apakah kamu sedang banyak pembeli”
“Iya, maaf ya kalau aku pulang terlalu larut malam. Aku baru saja melakukan meeting panjang bersama dengan karyawan, 
Ya, saat itu jarum jam telah menunjukan tepat pukul 8 malam, ada krish yang baru saja kembali ke rumah setelah seharian tadi bekerja di kantor — tempat dimana dirinya mencari uang, 
 “Oh, iya, kris. Aku ingin meminta uang, boleh?” lanjutnya dengan sorot mata penuh harap
“Ingin meminta uang? Untuk apa lagi?” tanya krish dengan nada suara yang mulai meninggi — merasa sensitif jika sudah membicarakan sesuatu hal yang berhubungan dengan uang
“Uang untuk membayar listrik, Maaf ya jika aku memintanya secara mendadak seperti ini, karena aku pun baru ingat setelah pihak dari tempat listrik itu menelepon. Dia berkata kalau batas akhir pembayarannya adalah besok,” jelas lia
Lelaki yang memiliki nama krish itu pun langsung menghela nafasnya dengan kasar, lalu ia melepaskan tangan  aku dari lengannya dan mengusap wajahnya — tentunya dengan kasar pula, “Apa? Apa aku tidak salah dengar? Kamu ingin meminta uang lagi, ? Memangnya uang bulanan yang aku berikan kepada kamu sudah habis?” tanyanya
Dan pertanyaan itu pun dijawab dengan anggukan kepala, pun membuat krish sendiri yang melihatnya kembali mengusap wajahnya dengan kasar demi untuk meluapkan rasa emosinya.
“lia! Memangnya kamu gunakan untuk apa uang sebanyak itu? Kenapa cepat sekali habisnya?”
Aku sendiri yang mendengar dan melihat itu pun langsung tersentak, ia yang diperlakukan seperti itu pun sangat terkejut, membuatnya langsung menundukan kepala, pun juga sembari memainkan ujung pakaian yang saat itu sedang ia gunakan.
“I-iya, krish. Uang bulanan yang kamu berikan itu sudah habis, sudah aku gunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari karena biaya hidup kita pun tidak sedikit. Untuk membeli bahan-bahan makanan saja bisa mencapai 50 ribu 
Belum sempat bagi aku untuk menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja krih sudah lebih dulu memotongnya dengan cara berteriak — ia kembali meluapkan rasa kesal dan amarah di dalam hatinya ; yang mana hal itu sendiri sebenarnya sudah mulai terbentuk sejak ia masih berada di kantor.
“Uang, uang, uang! Setiap hari yang dibicarakan hanya uang! Apakah kamu tidak memiliki topik pembicaraan lain? Kenapa kamu selalu membahas tentang uang, lia?” tanya krish lagi, pun masih saja dengan menggunakan nada suara yang tinggi, “Kamu itu tidak tahu waktu atau memang bodoh? Aku ini baru saja pulang dari kantor, bahkan aku belum mandi dan belum mengganti pakaianku. Aku lelah, lia! Namun kamu sama sekali tidak mengerti. Istri macam apa kamu?”
Lagi dan lagi, aku kembali tersentak — ia merasa terkejut saat mendapati respon yang kurang baik dari krish, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menciptakan suatu jarak aman antara dirinya dan juga Sang suami.
“Isi otak aku saat ini sudah penuh, aku sedang tidak baik-baik saja karena permasalahan yang ada kantor. Tetapi kenapa kamu justru memperkeruhnya? Membuat aku semakin merasa kacau!” krish kembali berbicara, “Lagi pula, aku itu sudah memberikan  uang dari hasil gajiku untuk kamu! Apakah uang sebanyak itu masih kurang juga?” lanjutnya
“Aku… kamu cuman memberi ku uang bulanan 300 ribu. Aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghemat dan menekan jumlah pengeluaran yang ada di rumah ini, namun pada kenyataannya tetap kurang juga.” Dengan suara yang gemetar, krish pun juga mencoba untuk kembali berbicara,  zaman sekarang itu semuanya serba mahal. Bahan makanan naik, biaya listrik naik,  Semuanya naik,” lanjutnya
“Ah, kamunya saja yang boros! Kamu itu tidak bisa mengatur keuangan keluarga kita dengan baik.” Dan krish tetap tidak mau untuk mengalah, “Seharusnya, kamu itu bisa menyimpan sisa uang yang ada! Bukannya digunakan untuk membeli hal-hal yang tidak penting.”
“Hal-hal yang tidak penting bagaimana maksud kamu, ” aku pun memulai aksi protesnya — ia merasa tidak terima karena secara tak langsung pun krish sedang menuduhnya, “Dengarkan! Aku tidak pernah menggunakan uang pemberian kamu untuk membeli hal-hal yang tidak penting. Yang bahkan sisanya saja pun tidak ada.”
“Alasan saja kamu!”
Krish kembali membentak aku bahkan tangannya juga sudah mulai berada di dalam posisi mengepal dengan kencang — berancang-ancang seperti orang yang sudah siap memukul, namun untungnya pria itu tidak benar-benar melakukannya.
“Ya Allah, kenapa dia menjadi berubah seperti ini? Aku tahu kalau dia sedang merasa kesal karena pekerjaannya di kantor, tetapi, tak seharusnya dia membawa permasalahan itu sampai ke rumah. Lagi pula, aku meminta uang demi untuk kebutuhan rumah bukan untuk hal yang lain. Tetapi kenapa aku merasa seperti seorang pengemis?”
Konflik keuangan — sekiranya permasalahan seperti itu yang sedang terjadi di dalam hunian keluarga kecil kami. 
Namun nyatanya untuk saat ini…
“Akan jadi apa kehidupan rumah tangga kita kalau kamu saja tidak bisa mengatur uang dengan baik? Hancur sudah. Benar-benar tidak becus, tidak bisa untuk dipercaya!”
--- bersambung.
🥰🥰🥰

Book Comment (106)

  • avatar
    Aisyah Olivia

    teriama kasih

    6d

      0
  • avatar
    MaslikhanAndry

    bagus sekali ceritanya

    06/08

      0
  • avatar
    SetiaAl

    lumayan bagus

    29/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters