logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Meet The Goddess

Zora menyadari, dengan sigap dia langsung bangkit berdiri. Zora berjalan tertatih-tatih, mendekati Hans yang mulai dikelilingi kobaran api. Dengan sangat berani, Zora melompat, menerjang masuk ke dalam kobaran api, sementara dinding-dinding ruangan meretak, dan perlahan roboh.
Seluruh atap laboratorium ambruk, puing-puingnya menimpa punggung Zora yang kala itu menjadi tameng untuk melindungi Hans. Tanpa berpikir panjang, dengan tubuh memar, penuh luka dan berdarah, Zora langsung mengangkat tubuh Hans, dan dia gendong di punggungnya. Zora tetap memaksakan diri, berjalan selangkah demi selangkah, menghindari kobaran api, menerjang hawa panas dengan udara menipis akibat asap tebal di sekelilingnya.
Selang beberapa saat pandangan mata Zora mulai kabur, kepalanya terasa pusing berputar-putar. Dia sempat ambruk beberapa kali, tubuhnya terkulai lemas, namun terus berusaha bangkit.
Zora merangkak dengan sekuat tenaga mencari jalan keluar, namun sia-sia.
Tak ada jalan keluar.
Seluruh ruangan telah dilalap api. Kadar udara bersih mulai menipis, kandungan asap tebal beracun sering kali terhirup masuk ke dalam tubuh Zora, membuatnya sesekali batuk dan sesak napas.
Zora tampak putus asa, “Apakah aku akan berakhir di sini?” gumamnya.
Tubuh Zora semakin lemas.
Tiba-tiba muncul seberkas cahaya bersinar terang, menyala kembali dari dalam portal mesin waktu.
Tak disangka, mesin waktu tersebut masih berfungsi.
Tanpa aliran listrik, tanpa energi cadangan.
Tidak ada pilihan lain, Zora akhirnya memberanikan diri merangkak masuk ke dalam portal tersebut.
Walau belum ter-setting waktu dan tempat, Zora tidak lagi peduli.
Tangannya langsung menembus dinding portal dan tubuhnya terdorong masuk ke dalam portal mesin waktu.
Bruak!
Zora terjatuh.
Di punggungnya masih menggendong Hans.
Tak disangka, dia telah berada di dalam ruang hampa putih keseluruhan.
“Apa ini di akhirat?” gumam Zora.
Tiba-tiba di hadapannya muncul sosok perempuan raksasa cantik.
Perempuan misterius itu melayang.
Sosok tersebut mengenakan gaun biru dan memakai mahkota.
“Ternyata aku di akhirat.” gumam Zora.
**
Portal mesin waktu perlahan lenyap dengan sendirinya. Dengan pandangan mata kabur, Zora melihat sosok perempuan misterius tersebut terbang mendekat ke arahnya.
Perempuan itu berambut merah scarlet, lurus terurai panjang semata kaki. Di atas kepalanya terdapat mahkota hitam berhias berlian, dengan dua tanduk merah kecil menyala-nyala.
Tubuh perempuan itu perlahan menyusut, kedua sayapnya menghilang, dan berjalan menyerupai manusia.
Berparas cantik dengan ekspresi datar, dan matanya terpejam. Kulitnya putih pucat, tubuhnya bersinar, memancarkan aura kehijauan.
Zora tertegun, matanya terus memandang lurus ke arah perempuan tersebut tanpa berkedip.
Perempuan itu mengenakan gaun cantik berwarna biru kelasi berbentuk unik, dan memegang sebuah tongkat aneh.
“Bidadari cantik sekali ... mungkin ini di surga.” gumam Zora.
Perempuan misterius itu mengentakkan tongkatnya.
Dhuk!
Tiba-tiba seluruh ruang putih hampa itu berubah sekejap menjadi hamparan pemandangan luar angkasa.
“Keseimbangan dunia adalah suatu tatanan kosmos dalam rotasi perputaran waktu.” tutur perempuan misterius tersebut tiba-tiba.
“Perubahan dalam tatanan kosmos, akan mengubah segala bentuk eksistensi yang bergerak dinamis dalam suatu harmoni. Sebuah distorsi dalam perputaran semu menciptakan sebuah labirin yang berjalan dalam paradoks waktu.” imbuhnya.
“Siapakah engkau sebenarnya?” tanya Zora keheranan.
“Neirda adalah perwujudan dari celestial goddess, penjaga keseimbangan universal. Jika sebuah identitas dapat dipahami oleh akal fana sebagai realitas kehidupan, Neirda adalah sosok yang mendekati julukan penjaga tatanan waktu.”
“Neirda?”
“Penjaga waktu? Aku sama sekali tak mengerti apa yang kau ucapkan!” sanggah Zora, “Bisakah kau berbicara dengan bahasa yang aku mengerti?” imbuhnya.
Neirda terdiam sejenak.
Aura hijaunya perlahan lenyap, merasuk ke dalam tubuhnya.
**
Neirda lalu mengubah cara bicaranya.
“Sudah empat puluh ribu tahun lamanya semenjak bangsa GAIA menginjakkan kaki di tempat ini.”
“Akhirnya kau bicara normal juga,” ujar Zora, “Sekarang jawablah pertanyaanku, siapa kau sebenarnya?” desaknya.
“Namaku Neirda Zaseisye Ei’en Dezehzsa, bangsa GAIA biasa memanggilku Neirda Sang Dewi Waktu,”
“Namamu Ozora Sakaguchi bukan?” sambung Neirda.
Zora terkejut.
Dia berdiri sembari tetap menggendong Hans.
“Bagaimana kau tahu namaku?”
Neirda berjalan beberapa langkah. Cara berjalannya tampak elegan, laksana tuan putri dalam negeri impian.
“Mudah saja bagi Neirda mengenali bangsa GAIA.” jawab Neirda enteng, “Neirda juga tau apa yang kau cemaskan dalam pikiranmu.” imbuhnya.
Zora terkejut.
“Apa kau bisa membaca pikiranku?”
Neirda tak langsung menjawab.
Dia tiba-tiba mengarahkan tangan ke atas, lalu merapalkan sebuah mantra, "Zeistiye Aldebara, lich u ku Neirda. Zeistiye GAIA, kai zemet e Zora."
Tampak aura hitam berputar menyelimuti seluruh tubuhnya.
Tongkat anehnya bersinar.
Sebuah proyeksi terpampang luas terpancar dari tongkat aneh tersebut.
Tampak sebuah rekaman saat insiden mesin waktu bersama Hans.
“Ini adalah ingatan terakhirmu,” jelas Neirda.
Lalu rekaman itu berganti menjadi wajah seorang laki-laki, yang tak lain adalah Robert Hans.
“Dan ini adalah apa yang kau cemaskan.”
Zora yang kala itu memandang dengan serius tiba-tiba terdiam dengan wajah tertunduk lesu.
Neirda memahami apa yang sedang dipikirkan Zora, dia mencoba membantu menjelaskannya.
“Melakukan perjalanan waktu, hal itu sebenarnya sangat tidak diperkenankan bagi makhluk fana maupun para dewa sekalipun.” ujar Neirda serius, “Mengganggu sebuah perputaran waktu, dapat menciptakan munculnya sebuah labirin lain.”
“Labirin lain? Aku tidak paham maksudmu!” sahut Zora penasaran.
“Jika sebuah labirin normal atau labirin waktu hanya dapat menghubungkan perjalanan menuju dunia masa lalu, dunia masa depan maupun dunia masa sekarang, maka sebuah labirin lain akan tercipta dari sebuah labirin waktu yang terhubung dengan sebuah labirin ruang. Labirin lain tersebut juga akan menghubungkan beberapa dunia yang berbeda seperti dunia paralel maupun dunia fantasi.”
Zora mengangguk, penjelasan Neirda telah berhasil dipahaminya.
“Aku mengerti, jadi perjalanan waktu akan menciptakan sebuah labirin lain. Apakah kau juga bisa menjelaskan, jika sebuah portal waktu dari duniaku terbuka, apakah seluruh portal dari setiap dunia akan ikut terbuka?” tanya Zora penasaran.
“Tidak!”
“Itu tergantung dari tujuanmu, dan tergantung jenis portal yang kau gunakan.” jawab Neirda, “Sebuah portal hanya akan terbuka jika diaktifkan terlebih dahulu."
Zora berpikir sejenak.
Di dalam benaknya masih banyak pertanyaan yang membuatnya semakin penasaran.
“Sebenarnya aku ini ada di mana? Mengapa aku bisa berada di sini?”
“Ini adalah dunia hampa. Dunia ini adalah tempat Neirda mengatur waktu.” jelas Neirda, “Kau telah memasuki sebuah portal kosong yang belum ter-setting, Zora. Sebenarnya portal tersebut sudah tidak dapat berfungsi lagi, namun pertemuan Neirda denganmu ini sudah diramalkan oleh para Dewa Aorda, maka Neirda harus membuka kembali portal tersebut.”
***

Book Comment (73)

  • avatar
    RafiFauzia

    terimakasih memuaskan

    14d

      0
  • avatar
    BaqiAhmad azzam baqi

    bagussss 😎

    09/07

      0
  • avatar
    ManaluDame

    cerita nya sangat seru

    11/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters