logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Catatan Kelima : Kunjungan Tuan Presiden

"Dova, bantu kami...!"
"Iya, aku datang! Ayo segera bawa ke ruangan."
"Bruuk!"
Debu berterbangan di dalam ruangan membuat kami terbatuk sesaat. Mesin penghisap debu otomatis di dalam ruangan segera bekerja. Kini ruangan kembali bersih. Benda hitam kotak apa ini? Seluruh lapisan benda ini ditutupi kain hitam.
"Ini alat elektronik jaman dulu?"
"Sepertinya bukan Artemis, lebih baik kita buka dulu."
Kami mencoba membuka kain penutupnya terlebih dahulu. Barulah nampak ini adalah sebuah kotak kayu. Dova membersihkan permukaannya dengan kain tadi.
"Hanya kotak kayu biasa, tapi kenapa bisa seberat itu ya?"
"Supaya kita tahu, buka saja dengan Laser Pembelah."
"Kalian berdua minggirlah! Biar aku yang membukanya."
Dova mulai membelah kotak itu dengan sangat hati-hati. Aku dan Serenada hanya bisa melihatnya sampai akhirnya satu sisi kotak itu terbuka dan isinya berhamburan.
"Astaga! Apa ini?"
"Ini disebut buku, Tuan Putri. Jaman dulu orang membuat buku dengan kertas yang berasal dari pohon. Rupanya benda itu tetap awet berada di dalam kotak kayu. Seharusnya sudah hancur."
"Pohon? Maksudnya itu masih jenis tanaman?"
Hanya anggukan kepala yang ditunjukkan Dova sambil ia membetulkan letak kacamatanya. Aku tak tahan dengan baunya. Aneh sekali!
"Bisa memakan banyak tempat kalau buku dibuat seperti ini. Kita saja bisa akses buku dimanapun asal internet terhubung dengan perpustakaan pusat."
"Dan disimpan di data pencadangan awan. Lebih praktis dan tidak perlu repot saat mencarinya."
"Bukannya kita sempat mengalami masa transisi dimana buku semacam ini masih ada ya, Artemis?"
"Ah, ya! Tapi kita lebih banyak akses apapun melalui internet, Dova."
Kami membersihkan satu per satu buku yang ada sambil bercerita tentang masa kecil. Terutamanya aku dan Dova yang banyak mengalami peralihan dari teknologi yang biasa saja hingga secanggih sekarang. Hanya Serenada yang diam, sebab tak mengalami masa itu.
"Entah, apa yang diberikan oleh ibuku saat itu semuanya sudah serba modern. Bahkan dongeng yang dibacakan untukku sebelum tidur sudah menggunakan Chrobook."
"Buku ini kita letakkan dimana?"
Barulah Dova beranjak dari duduknya, meraba dinding dan pintu rahasia itu terbuka lagi. Ia hanya memintaku dan Serenada melemparnya melalui jalan masuk menuju ke sana. Lorongnya berbentuk menurun dan nantinya semua buku ini akan mendarat di ruangan itu.
"Aku tidak paham, ini buku tentang apa?"
"Iya, bahasanya berbeda dengan yang kita gunakan saat ini."
"Kalau melihat sekilas, ini buku tentang pengetahuan alam. Profesor Sanders pernah membuat alat khusus untuk bisa membaca bahasa manusia jaman dulu."
Dova jadi sibuk mencari kemana alat yang dia maksud. Akhirnya ketemu juga di rak yang cukup tinggi. Setidaknya dia harus loncat terlebih dahulu untuk mengambilnya. Kenapa tidak minta tolong padaku saja? Aku bisa mengambilkan benda itu untuknya.
"Ugh...! Apa aku harus memakai sepatu hak tinggimu itu, Tuan Putri? Susah sekali mengambilnya!"
"Nih, alat ini bukan?"
"Ah, ya! Terima kasih, Artemis. Duh, aku lupa kalau kau lebih tinggi dariku ya."
Alat yang disebut Dova sebagai Penerjemah Bahasa itu bentuknya pipih lonjong. Terdapat sensor di bagian ujungnya. Jika ditekan tombol kecil diatasnya sambil disorot ke tulisan tertentu, maka sensornya akan menyala. Terjemahannya berupa audio yang akan terdengar melalui speaker kecil di samping alat ini.
"Coba satu buku ini dulu, Dova!"
Kusodorkan buku yang baru saja kubersihkan. Serenada sibuk memasukkan buku yang sudah dibersihkannya ke ruang rahasia. Baru ia berlari kecil menghampiri kami berdua.
"ENSIKLOPEDIA ALAM"
"Hah? Buku apa itu?"
"Ensiklopedia adalah buku berisi ilmu pengetahuan apa saja. Khusus buku yang dipegang oleh Artemis ini tentang pengetahuan alam. Sudah aku bilang sejak awal bukan, buku ini isinya tentang itu."
"Serenada tidak pernah baca buku seperti ini? Ada di perpustakaan digital. Sayangnya, hanya ada tentang luar angkasa saja."
"Aku tidak suka buku yang isinya terlalu serius! Lagipula daripada membaca buku biasa lebih enak baca komik."
"Haah... pantas saja pengetahuanmu nol!"
"Apa? Ulangi kata-katamu Dova!"
"Pengetahuan anda NOL BESAR, Tuan Putri!"
"Buuk!"
"Uugh... sakit!"
Inilah sifat jelek lainnya dari Tuan Putri Serenada. Dia suka sekali meninju orang lain. Dova juga suka mengerjainya dan membuatnya marah. Pantas saja dia selalu jadi sasaran tinju.
"Mau lagi?"
"Sudahlah, Tuan Putri."
"Aah...! Memang kenyataannya begitu bukan? Bagaimana bisa ada orang yang tak pernah mau membaca...."
"Dova! Nanti kau kena tinju lagi dari dia."
Tak ada lagi kata-kata yang meluncur dari mulut Dova. Dia fokus menahan rasa sakit akibat pukulan Serenada yang tepat mengenai perutnya.
"Tapi dengan kertas yang berasal dari pohon ini, tentu membuat jumlah tanaman itu habis. Lalu akibatnya seperti sekarang."
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan ke hal lainnya. Suasana sepertinya mulai mereda.
"Aah...! Tidak juga, Artemis. Menurut informasi yang ku tahu, sudah ada aturan dalam penggunaan bahan dasar kayu."
"Yaah... tapi kita tahu. Manusia yang membuat aturan lalu dilanggar sendiri."
"Itulah sebabnya pohon banyak yang habis akibat tidak memperhatikan hal semacam ini. Pohon semakin sedikit, suhu Bumi jadi memanas. Seperti yang kita rasakan sekarang."
"Tapi bukannya kegunaan kayu itu banyak, bukan hanya untuk buku ini saja? Justru itulah yang membuatnya habis."
Dova hanya mengangguk sebab ia masih fokus menggunakan alat penerjemah itu. Alat itu terus membaca dan kami jadi paham bahwa buku ini menjelaskan tentang tanaman dan binatang. Tuan Putri Serenada nampaknya kagum akan isi dalam buku itu.
"Jadi, dulu makhluk hidup itu beragam ya. Aku jadi tertarik sekarang dengan buku ini."
Kembali Dova hanya mengganguk. Barulah ia bisa menyimpulkan ini hanya buku biasa yang masih bisa diselamatkan. Tuan Putri Serenada ingin membawanya ke rumah, namun dicegah.
"Ayahmu pasti tidak suka dan Tuan Putri bisa berada dalam masalah besar."
"Apa yang dikatakan Dova itu benar, Tuan Putri. Lebih baik kita simpan disini dan... apa ini?"
Secarik kertas jatuh dari selipan buku tadi. Dova mengambilnya dan mencoba untuk membacanya dengan alat penerjemah tadi.
"BAHASA TIDAK TERDETEKSI."
"Hah? Apa maksudnya?"
"Bahkan mesin buatan Profesor pun tak mampu untuk menterjemahkan apa isinya."
Tuan Putri Serenada merebutnya dari tangan Dova. Ia penasaran dan melihat lebih dalam.
"Ini sebuah kode!"
"Darimana Tuan Putri bisa tahu?"
"Aku sering baca komik cerita tentang detektif, biasanya yang seperti ini bisa dibaca dari kiri ke kanan atau harus dibalik dulu."
"Tunggu jika ini sebuah kode...."
Pintu terbuka, kami nyaris saja panik. Dova langsung memasukkan buku tadi ke ruang rahasia dan menutup pintunya. Untunglah waktunya tepat! Rupanya Tuan Presiden yang datang kemari. Bisa kutebak beliau ingin mengecek kinerja kami selama ini.
Nampak robot penjaga berjalan mengiring Tuan Presiden. Mereka baru berhenti mengikuti saat telapak tangan ayahnya Serenada itu terangkat keatas.
"Ayah?"
"Bagaimana hasil penemuan benda-benda yang ada Tuan Dova dan Tuan Artemis?"
"Kami letakkan di bagian sana, Tuan Presiden. Mari ikut saya."
Dova mengantarkan Tuan Presiden ke bagian ruangan lainnya. Memang barang-barang itu sudah bertumpuk banyak. Sengaja ada yang belum dihancurkan untuk menunggu peninjauan Tuan Presiden.
"Sudah aman semua barang ini?"
"Sudah saya periksa, Tuan Presiden! File berbahaya sudah saya hancurkan. Isinya ada yang bentuk propaganda."
Tuan Presiden mengangguk pelan, lalu pandangannya berubah ke arah anaknya sendiri.
"Kau sudah memastikan orang yang menemukan benda-benda ini tidak ingat lagi bukan?"
"Tentu saja, Ayah."
"Kerja bagus, anak gadisku sayang. Kau juga Tuan Artemis! Pertahankan ini, kalau perlu cari di area Z. Aku curiga disana sudah ada penyusup yang tidak terdeteksi oleh robot penjaga."
"Baik, Tuan Presiden."
Dova diminta menghancurkan semua barang yang sudah ditemukan agar bisa dilebur dan didaur ulang. Ia sempat menanyakan apa ada benda yang mau diambil? Tuan Presiden hanya menggelengkan kepala. Ia kini mulai membuat peraturan baru yaitu pembatasan barang peninggalan jaman dulu untuk menjadi koleksi. Peraturan ini akan dibicarakan lebih lanjut oleh Dewan Keamanan dan petinggi lainnya.
Semakin banyak benda peninggalan jaman dulu yang dijadikan koleksi, akan membuat banyak pejabat di dalam Dome berpikir tentang dunia luar. Hal itu sangat berbahaya, sebab diluar sana sudah tidak ada apa-apanya lagi. Itu menurut pendapat Tuan Presiden.
"Baik, pertahankan kinerja kalian semua. Aku harap tidak ada dari kalian yang mencoba untuk mengelabuiku, seperti Profesor Sanders."
Tatapan mata Tuan Presiden berubah seketika. Beliau tujukan itu pada Dova beberapa detik, barulah langkahnya menuju ke luar ruangan ini. Kulihat Dova berusaha tegar, namun pada akhirnya ia terjatuh juga setelah semuanya pergi. Bulir-bulir keringat turun membasahi wajahnya.
"Kenapa Tuan Presiden menatapmu seperti itu?"
"Aku tak bisa mengatakannya disini, Artemis."

Book Comment (78)

  • avatar
    AmaliaRedyta

    Bagus, kak, ceritanya. Ditunggu update babnya

    09/04/2022

      1
  • avatar
    Lenora Johannis

    bagus

    22/06

      0
  • avatar
    PutraDodi

    okee

    25/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters