logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Tes DNA

Lagi dan lagi, hari ini Elisa kembali menyambangi dan mengganggu pekerjaan Arya yang sempat terbengkelai dari kemarin.
Walaupun harus keluar rumah dengan susah payah,dan memohon pada Mbok Nah, selaku orang kepercayaan papinya. Gadis itu tidak peduli dengan apapun demi bisa menemui orang yang dia cintai.
"Kak..." Elisa berdandan secantik mungkin demi bisa menarik perhatian Arya, tapi malah membuat laki-laki itu semakin benci saat melihatnya.
Hari ini tidak seperti biasanya, Elisa jelas melihat wajah Arya yang tampak kusut dan sedikit berantakan.
"Apa Kak Arya baru bertengkar dengan Rengganis? Baguslah kalau memang iya." Terlihat senyuman terbit dari bibir Elisa, dia malah semakin senang jika Arya bercerai dengan istrinya. Dengan begitu Elisa akan semakin leluasa mendekati laki-laki itu.
"Astaga, mau apa lagi Lis?" Rasanya Arya ingin kabur dan memilih kembali ke rumah daripada dia harus meladeni perempuan satu ini.
"Kenapa? Aku hanya ingin menemani Kak Arya." Dengan tidak tau malu Elisa duduk bersandar di sofa, sambil sesekali memandangi wajah tampan laki-laki itu.
Huhhh
Arya hanya bisa bersabar dan membiarkan gadis itu mendekatinya. Mungkin sampai ia bisa mememukan rekaman CCTV yang asli, atau Arya harus menunggu beberapa bulan lagi sampai hasil tes DNA di lakukan.
"Ngomong-ngomong, kakak ingin anak laki-laki atau perempuan?" Elisa mengusap perutnya sendiri, sambil menatap Arya yang terlihat tidak peduli.
"Kak...?"reriaknya kesal.
"Laki-laki atau perempuan, bagiku sama saja. Yang penting dia anak dari istriku!" jawab Arya dingin.
"Aku juga istrimu, beberapa bulan lagi." Elisa tampak percaya diri saat mengatakan itu, namun Arya tersenyum sinis dan mengejeknya.
Jangan mimpi kamu, Lis? bisik Arya dalam hati.
"Apa kamu benar-benar tidak sadar, saat melakukan itu?"
"Apa maksud kak Arya?" tanya gadis itu bingung.
"Aku sungguh heran? bagaimana bisa kamu melakukan perbuatan seperti itu, tanpa tau siapa laki-laki yang bersamamu, dan sekarang, kamu malah menuduhku yang melakukan."
Jawaban Arya sontak membuat Elisa tersedak. Air yang hampir mencapai tenggorokan, seketika berbalik dan dia semburkan begitu saja.
"Jangan ngaco, Kak? Saat itu aku memang mabuk. Tapi, aku tidak mungkin salah mengenali Kak Arya!" jawab Elisa tegas.
"Kamu yakin? Atau jangan-jangan, kamu sengaja ingin menjebakku, lalu membuat rumah tanggaku hancur." Lagi-lagi jawaban Arya membuat hati Elisa teriris, sakit namun tidak berdarah. Mungkin itu lah yang sekarang dia rasakan.
"Kak...!"
"Terserah apa yang mau kamu lakukan, Lis? Tapi jangan pernah mengganggu Rengganis, karena aku tidak akan pernah memaafkanmu, jika sesuatu terjadi dengan anak dan istriku."
Elisa semakin sakit saat mendengar semua pengakuan Arya, tentang bagaimana laki-laki itu menunjukan cintanya yang begitu besar. Namun sayang, semua itu bukan untuk dirinya. Tapi, wanita lain.
"Aku sadar Kak, dari dulu Kak Arya memang tidak menyukai ku.Tapi, bisa 'kah kakak tidak terus mengelak, dan mau mengakui anak ini."
Elisa berusaha untuk tidak menangis, dia yakin dia kuat. Elisa hanya ingin memperjuangkan hak anak yang sekarang tengah ada di kandungannya. Meski dka harus terus mengemis cinta pada lelaki yang bernama Arya.
****
Tiga bulan berlalu dengan begitu cepatnya. Sekarang usia kandungan Rengganis, yang merupakan istri dari Arya memasuki minggu ke 28. Wanita itu nampak semakin cantik dan seksi, apalagi saat mengenakan daster rumahan yang biasa dia gunakan.
Setiap satu minggu sekali, Rengganis rutin mengikuti senam hamil seperti yang di sarankan oleh Dokter kandungan. Kadang dia akan pergi berdua bersama Arya, atau di antar sopir pribadi, saat Arya sedang tidak bisa menemani. Rengganis sangat bahagia menjalani kehamilannya ini, dia juga sudah sedikit membeli beberapa perlengkapan bayi untuk calon anaknya kelak. Baju-baju bayi yang lucu dengan motif yang sama, namun berbeda warna menjadi pilihannya.
Rengganis dan Arya memilih warna-warna natural, karena mereka sengaja tidak ingin mengetahui apa jenis kelamin anaknya itu.
Bagi mereka momen Rengganis melahirkan nanti akan jadi sebuah kejutan untuk keluarga besarnya.
Arya berharap,laki-laki atau pun perempuan dia tidak masalah, Arya akan tetap menerimanya dengan rasa syukur. Yang terpenting adalah melihat istri dan anaknya dalam keadaan sehat dan tidak kurang suatu apapun.
****
Hari ini tepat lima bulan usia kehamilan Elisa. Seperti yang sudah di rencanakan sebelumnya, seluruh keluarga besar Pratama dan Andreas tengah bersiap-siap menuju Rumah Sakit, untuk melakukan tes DNA.
Arya yang pagi-pagi sekali sudah rapi dengan pakaian kerjanya, mengundang banyak pertanyaan di hati Rengganis.
Wanita itu melirik jam dinding di kamar tidur, di sana masih menunjukkan pukul enam pagi.
Tapi suaminya itu seperti sangat terburu-buru, terlihat dengan jelas saat laki-laki itu bergegas hendak keluar kamar, tanpa menyadari Rengganis yang tengah menatapnya sedari tadi.
"Mas?"
"Hemmm."
"Mas...!"
"Kamu mau kemana? Masih terlalu pagi," ucap Rengganis beranjak duduk, dan menyibakkan selimutnya.
"Tentu saja ke kantor, memang kemana lagi?"jawab Arya menghentikan langkah kakinya yang hampir mencapai pintu.
"Tapi ini masih jam enam pagi, Mas?"
"Iya, aku tahu. Papa menyuruhku untuk mampir ke sana dahulu," jawab Arya berbalik menghampiri istrinya.
"Untuk?"
"Ada beberapa berkas yang harus di tandatangani, Papa." Arya mendekat, dan memberinya sebuah kecupan singkat di bibir. "Aku pergi dulu, jangan lupa sarapan," mengusap pipi istrinya, kemudian beralih ke perut." Ayah berangkat dulu ya, Sayang?" mengusapnya dengan lembut, lalu memberinya kecupan juga.
Rengganis hanya tersenyum melihat tingkah Arya, yang menurutnya begitu sangat menggemaskan. Kemudian dia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Bagaimana? Apa kau sudah lakukan sesuai permintaanku?" tanya Tuan Pratama pada seseorang yang ada di seberang sana.
"Sudah Tuan. Lantai dua rumah sakit sudah saya kosongkan untuk dua jam ke depan, dan Dokter Rara sudah siap menunggu kedatangan Anda," jawab laki-laki itu.
"Bagus. Tugaskan beberapa orang untuk mengawasi Rumah Sakit itu, sampai hasil tes DNA nanti keluar. Aku tidak ingin sampai ada kecurangan."
"Baik Tuan."
klik,
Tuan Pratama menutup teleponnya, dia menghembuskan napas lega karena rencananya berjalan dengan lancar. Lelaki paruh baya itu hanya tidak ingin ada kesalahan ataupun kecurangan sedikitpun. Untuk itu, diam-diam, Tuan Pratama meminta orang suruhannya, mengawasi Rumah Sakit itu 24 jam tanpa sepengetahuan siapa pun.
🍀🍀🍀🍀🍀
"Mari Nona Elisa, silahkan ikut saya ke dalam, dan Tuan Arya nanti setelah pemeriksaan Nona selesai," ucap Dokter Rara menuntun wanita hamil itu, untuk segera masuk ke ruangan pemeriksaan, guna mengambil sampel air ketuban.
"Baik Dok," jawab Elisa, beranjak mengikuti Dokter Rara menuju ruangannya.
Beberapa menit kemudian...
Elisa keluar ruangan pemeriksaan bersama Dokter Rara yang tadi telah selesai melakukan tugasnya.
"Sekarang giliran Tuan Arya, mari silahkan."
Arya segera beranjak dari duduknya, mengikuti Dokter itu masuk ke dalam ruangan.
Di luar nampak dua keluarga besar tengah menunggu dengan cemas hasil pemeriksaan itu.Terlihat Nyonya Anggi dan Tuan Pratama yang duduk berdampingan menunggui putranya.
Dari keluarga Andreas juga terlihat Nyonya Sintia dan Elisa yang duduk tidak sabar di depan ruangan Dokter.
10 menit kemudian...
Dokter Rara keluar dari ruangannya bersama Arya, dan satu orang Perawat.
"Bagaimana Dok? Apa hasilnya bisa langsung di lihat?" tanya Tuan Andreas tak sabar.
Mereka sudah berdiri menghampiri Dokter Rara yang masih nampak kebingungan.
"Maaf Tuan dan Nyonya, hasilnya belum bisa di lihat sekarang. Silahkan menunggu dua minggu lagi." Dokter menjelaskan pada kedua keluarga itu.
'Kenapa lama sekali? Apa tidak bisa di percepat?"
"Maaf Tuan, memang hasil tes DNA akan keluar setelah dua minggu. Nanti jika hasilnya sudah keluar, kami akan menghubungi Anda."
Ah sial, kenapa harus menunggu lagi???
*****
"Sebenarnya Tuan Andreas hendak pergi kemana, kenapa tiba-tiba meeting di undur dua jam lagi?" gumam Roy dalam hati.
Ia begitu terkejut, saat pagi-pagi sekali Tuan Andreas menghubunginya ,dan menyuruh Roy mengundur meeting yang sudah di jadwalkan sejak jauh-jauh hari.
Tentu saja Roy kelabakan. Bagaiman dia akan berbicara pada para koleganya, dan mencari alasan yang masuk akal, jika keadaannya mendadak seperti ini.
Tak mau membuat koleganya kesal, Roy mengatakan bahwa Tuan Andreas sedang sakit, dan di haruskan untuk di rawat selama beberapa hari. Sepertinya nasib baik sedang menimpanya, para kolega memaklumi pengunduran waktu meeting, dan tidak akan mempersalahkan.
LIKE
KOMEN
AH,UDAH LAH BOBO UDAH MALEM BESOK BIAR NGGAK KESIANGAN 😉😉😉

Book Comment (250)

  • avatar
    Ina La Riski

    cerita bagus

    16d

      0
  • avatar
    Mohd Syafiq

    good sir

    19d

      0
  • avatar
    SubaktiAgus

    👍👍

    19d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters