logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Mengelak

"Jawab Nak, kenapa kamu diam saja?" Mama Anggi mengusap sisa-sisa air mata di pipinya, berharap Arya bisa membuktikan bahwa laki-laki itu bukanlah dirinya.
Sementara Elisa dan kedua orang tua nya hanya diam, sambil menunggu keputusan akhir yang akan di ambil Tuan Pratama untuk putranya.
"Aku tidak melakukan apapun pada Lisa, Ma." Arya menggenggam tangan Mama Anggi, berharap wanita itu percaya.
Arya masih berusaha mengelak, dia menolak kalau yang ada dalam video itu adalah dirinya.
"Apa kau yakin...?"
"Pa...? Aku tidak pernah punya perasaan apapun pada Lisa. Bagaima mungkin aku_....?"
"Kak....?" Elisa langsung berdiri di sertai air mata yang begitu deras di pipi, "Kamu tega Kak, ngomong kaya gitu?" Gadis itu kembali terisak.
"Itu kenyataannya Lis, aku tidak pernah ada perasaan apapun padamu." Arya mengulang lagi perkataanya tadi.
"Tapi malam itu____?" Elisa tidak sanggup lagi melanjutkan ucapannya, hatinya begitu sakit ketika Arya secara terang-terangan menolaknya di depan keluarganya sendiri.
"Cukup El! Kamu tidak perlu mengemis cinta pada laki-laki seperti dia." Tuan Andreas merasa tidak terima saat putrinya di permalukan seperti ini.
"Tapi Pi_...?"
"Diam...! Biar Papi yang bicara pada mereka," jawab Tuan Andreas tegas.
"Bagaimana Tuan Pratama? Saya ingin putra Anda segera bertanggung jawab pada Elisa." Tuan Andreas kembali berbicara baik-baik pada orang tua Arya.
"Sabar Tuan Andreas ,saya pastikan Arya akan bertanggung jawab jika memang dia yang melakukannya."
"Pa...?" Arya menyela cepat ucapan sang Papa karena merasa dia benar-benar tidak bersalah.
"Kamu juga diam! Papa hanya ingin kamu mempertanggung jawabkan perbuatanmu," ucap Papa Pratama tanpa mau di bantah.
"Tolong Pa, percaya sama Arya?" Laki-laki itu terlihat frustasi karena gagal meyakinkan orang tuanya sendiri.
"Papa harus bagaimana...?" Laki_laki paruh baya itu memijit keningnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri. Tuan Pratama benar-benar bingung harus percaya pada siapa. Sedangkan sudah ada bukti di depan matanya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Papa Pratama kembali.
"Aku akan cari bukti, kalau laki-laki itu bukan Arya. Tolong beri Arya waktu Pa."
Waktu?
Tuan Andreas merasa tidak terima karena melihat Tuan Pratama seakan membela Arya dengan membiarkannya berbicara lebih banyak.
"Tidak bisa!" jawab Tuan Andreas Tegas.
"Bagaimana dengan nasib Elisa? Saya minta Arya segera menikahinya." Tuan Andreas kembali memaksa.
"Tapi bukan Arya yang melakukannya, Om?" ucap Arya tegas.
"Cih, kau bisa saja mengelak. Tapi, apa kau bisa membuktikan kalau dirimu tidak bersalah?" Tuan Andreas tersenyum sinis.
Dia menatap laki-laki di depannya dengan pandangan yang meremehkan.
"Kau jangan coba-coba mengelak lagi Arya."
"Aku tidak mungkin mengakui sesuatu yang tidak pernah aku lakukan," awab Arya tegas.
Arya semakin frustasi karena tidak satu pun dari mereka yang mempercayainya. Apalagi Mama Anggi yang dari tadi tidak berhenti menangis.
Sedangkan Tuan Pratama tampak berpikir keras, mencoba mencari jalan tengah agar bisa menemukan solusi yang baik untuk semuanya.
Jujur saja. Dia sama sekali tidak percaya jika Arya yang melakukan. Tapi, melihat bukti yang di bawa keluarga Elisa, pria paruh baya itu menjadi bimbang.
Antara ingin membela putranya atau menyelamatkan harga diri seorang gadis yang kini tengah mengandung.
Semua kembali hening. Elisa yang dari tadi diam hanya bisa tertunduk malu di tempatnya. Jujur dia begitu terluka, saat mendengar Arya sama sekali tidak mengakui perbuatannya malam itu.
"Cukup!!!" Tuan Pratama menengahi perdebatan antara Tuan Andreas dan putranya.
"Kita akan tes DNA," ucap Tuan Pratama tiba-tiba.
Ya itu lah satu-satu nya cara agar bisa membuktikan siapa yang benar dan tidak. Meski sedikit beresiko. Tapi, itu lebih baik daripada harus terus berdebat dan saling menyalahkan.
Tes DNA? Mata Elisa membulat sempurna, membayangkan bagaimana nasibnya nanti selama menjalani kehamilan tanpa seorang suami.
"Apa maksud Anda?," tanya Tuan Andreas kembali.
"Kita akan menunggu usia kandungan Elisa sampai bisa melakukan tes DNA."
"Tidak. Saya tidak akan mengijinkan Elisa menjalani tes DNA,".sela Tuan Andreas cepat.
"Kenapa? Apa Anda takut hasil tes itu ternyata tidak cocok dengan Arya?" tanya Tuan Pratama menelisik wajah pria di depan sana.
Laki-laki menatap lawan bicaranya dengan tajam.
"Bu-bukan seperti itu." Tuan Andreas sedikit gugup. Dia takut kandungan Elisa tidak kuat dan beresiko nantinya.
"Lalu?"
"Tes DNA terlalu beresiko untuk bayi yang ada di kandungan Elisa. Saya hanya tidak mau terjadi sesuatu padanya," jelas Tuan Andreas.
"Tuan tenang saja, saya akan mencarikan Dokter khusus untuk merawat Elisa," Tuan Pratama memberi jaminan. Kali ini dia begitu mantap untuk melakukan tes DNA pada bayi di perut Elisa.
"Dan kalau memang benar anak yang di kandung putri Anda.adalah darah daging Arya. Maka, saya sendiri yang akan menyeret putraku untuk menikahi Elisa secepatnya." ucap Tuan Pratama panjang lebar.
Elisa berbinar senang mendengar perkataan Tuan Pratama, tidak masalah baginya untuk menunggu beberapa bulan lagi. Toh nanti dia pasti akan menikah dengan laki-laki itu.
Sedangkan Arya tampak bernapas lega mendengar keputusan akhir, kalau mereka akan melakukan tes DNA. Dia yakin kalau dirinya memang tidak bersalah.
🍀🍀🍀🍀
Keesokan Harinya...
"Lex, apa kau sudah menemukan bukti lain?" tanya Arya pada Asistennya.
"Belum Tuan, petugas hotel bilang dua bulan terakhir ini ada dua orang yang meminta rekaman CCTV hotel," jawab Alex di seberang sana.
"Dua orang?" Arya mengernyit heran.
"Iya, Tuan. Menurut saya salah satu dari mereka pasti suruhan Tuan Andreas. Tapi, kalau yang satu lagi saya kurang tahu,Tuan."
"Apa menurutmu ada orang lain yang mengetahui masalah ini, selain kita?"
"Mungkin saja Tuan. Saya curiga ada yang sengaja sabotase rekaman CCTV, hingga Tuan Andreas mendapat rekaman hanya sebagian, bukan rekaman aslinya."
"Lalu apa rencanamu selanjutnya? tanya Arya lagi.
"Tenang, Tuan. Saya akan berusaha mendapatkan bukti itu dan menemukan siapa pelakunya."
Arya memijit pelipisnya yang sedikit pusing. Saat ini dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia khawatir semakin lama Rengganis akan mengetahui kabar ini. Apalagi kini istrinya tengah hamil, Arya khawatir masalah ini akan mempengaruhi kesehatan keduanya.
*****
Elisa menggeliat, merasakan tidurnya yang begitu nyaman. Dia meraih handphone yang ada di atas nakas dan membukanya. Raut kecewa langsung terlihat jelas di wajah gadis itu, karena sudah dua hari Arya tidak menghubunginya sama sekali. Padahal dia begitu sangat merindukannya. Tak ingin menunggu lama, Elisa segera mengetikkan sesuatu dan mengirimnya pada laki-laki itu.
tring....
Arya mengerjap membuka mata, merasakan kepalanya yang sedikit pusing. Laki-laki itu meraih ponsel yang ada di atas meja lalu membukanya.
"Kak, aku merindukanmu," stiker gambar hati.
Arya memicingkan matanya, .embaca sebuah pesan yang baru saja dia terima.
Ah, sial lagi-lagi pesan dari gadis itu. Sungguh Arya sangat muak, kenapa pagi-pagi begini dia sudah mengganggunya?
Dia bergegas menghapus pesan itu, dan beranjak masuk ke kamar mandi.
"Sudah aku katakan, jangan pernah menghubungiku saat aku di rumah!" bentak Arya pada Elisa di seberang sana. Gadis itu hanya cemberut,.namun tidak merasa tersinggung sama sekali.
"Aku hanya kirim pesan Kak, lagian Mba Rengganis nggak bakalan tau," jawab Elisa polos.
"Tetap saja, kau tidak boleh," Aryaa mendengus kesal. Jika saja Rengganis tidak sedang keadaan hamil,.Arya tidak akan setakut ini dengan ancaman Elisa.
"Iya, iya maaf."
"Apa Kakak mau aku bawakan sarapan?" Elisa mencoba merayu Arya, tapi laki-laki itu tetap saja cuek dan mencoba menghindarinya.
"Kau tak perlu sepeduli itu, sudah ada istriku yang menyiapkan segalanya," ucap Arya ketus.
"Aku juga istrimu, beberapa bulan lagi," jawab Elisa dengan percaya diri.
"Jangan mimpi, Lis! Istriku hanya Rengganis," jawab Arya tegas, membuat Elisa langsung membeku dan meremat kain berlapis yang ada di dadanya.
Kenapa sesakit ini, Tuhan...
"Kak_..."
"Cukup Lis. Aku banyak kerjaan." Arya langsung menutup teleponnya. Menjambak rambutnya kasar. Bagaimana dia bisa berurusan dengan gadis seperti dia?
Dan apa tadi, ISTRI?
membayangkannya saja tidak pernah.

Book Comment (250)

  • avatar
    Ina La Riski

    cerita bagus

    16d

      0
  • avatar
    Mohd Syafiq

    good sir

    19d

      0
  • avatar
    SubaktiAgus

    👍👍

    20d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters