logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Niat Terselubung

Pov Miranda
Tok tok tok
Pintu kamarku di ketuk.
"Ya?" seruku.
"Maaf Bu itu ada tamu menunggu di luar."  jawab Sahwa. Ya ternyata Sahwa lah yang mengetuk pintu.
"Baik saya akan segera turun."
Tak ada jawaban lagi dari luar, aku pun bergegas merapikan pakaian serta rambut yang sedikit berantakan lalu melangkah menuju ruang tamu. Namun sesampainya di ruang tamu tak ada keberadaan tamu pun barang seorang.
"Eh Bu Mira pasti sedang mencari tamunya ya? Itu tamu nya ada di teras."
Tiba tiba Sahwa ngomong dari arah belakang huft bikin kaget saja.
"Kenapa tidak di suruh masuk aja Sah?" tanyaku heran. Ku peluk kedua anakku yang tiba tiba berhamburan memeluk kakiku.
"Sudah saya suruh untuk menunggu di ruang tamu tapi mereka tidak mau Bu, mereka memilih duduk di kursi teras saja."
"Oh ya sudah em kalau belum di buatkan minuman tolong di buatkan dahulu ya Sah." titahku.
"Baik Bu." setelahnya Sahwa melangkah pergi ke dapur, anak anak bersamaku. Ku ajak mereka menemui tamu di teras depan.
Netraku membola saat melihat orang yang sangat aku rindukan tengah duduk dan menatapku dengan tatapan rindu juga kecewa. Papi dan Mami beralih menatap si kembar dengan pandangan sendu, mereka pasti sudah menduga kalau si kembar adalah cucu mereka.
Aku menghambur memeluk kaki kedua orang tuaku ini, tak tahan lagi menahan tangis lebih lama. Ku curahkan rasa rinduku seraya bersimpuh di kaki orang yang telah melahirkan dan merawatku sedari dalam kandungan sampai aku bisa mandiri.
Si kembar ikut menangis karena melihatku menangis. Beberapa saat kemudian tangisan si kembar reda datanglah Mas Andre juga bersimpuh di kaki kedua orang tuaku, tak terelakkan lagi tangisan kedua pecah kembali.
Sesaat setelah puas menangis Mas Andre meminta Mami dan Papi masuk ke dalam namun kedua orang tuaku menolak dengan alasan suka melihat taman bunga yang kurawat dengan sangat baik.
Iya dari dulu memang orang tuaku sangat suka melihatku merawat taman bunga di rumah karena hasilnya rapi dan bunga bunganya indah bermekaran.
"Papi dan Mami kok tahu aku tinggal disini? Siapa yang memberitahu?" tanyaku memastikan sekaligus membuang rasa penasaran.
"Frans yang kasih tahu sekaligus menawarkan diri untuk mengantar Mami dan Papi bertemu denganmu." jawab Mami sedikit ketus.
Aku menghela nafas berat, sebenarnya darimana Frans mengetahui tempat tinggalku saat ini? Apa dia mencari tahu tentangku? Untuk apa?
"Mira Papi ingin bertanya serius denganmu." ucap Papi dengan mimik wajah benar benar serius.
"Iya Pi tanyakan saja apa yang ingin Papi tanyakan." jawabku mantap.
"Apa kamu sangat bahagia dalam pernikahanmu saat ini nak?"
Deg
Pertanyaan macam apa ini? Tentu aku bahagia kenapa masih di...
Deg
Seketika teringat kembali kejadian kemarin siang saat aku melihat Mas Andre sedang dekat dekat dengan seorang wanita cantik di kantor yang sepi.
"Mira? Kenapa kamu diam saja nak? Apa kamu tidak bahagia hidup dengan Andre?" kini Mami menimpali ucapan Papi karena aku tidak segera menjawab pertanyaan Papi.
"Mami kok bilangnya gitu? Tentu saja Mira sangat bahagia hidup bersama dengan Mas Andre apalagi kami sudah punya si kembar, hidup kami bertambah bahagia dengan adanya Rendi dan Renda." timpalku berusaha menyanggah dengan keras tuduhannya. Mereka tidak boleh tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini.
"Iya Mami Papi, kami bahagia menjalani pernikahan ini apalagi sudah ada si kembar." tiba tiba Mas Andre menimpali juga dengan raut wajah yang sedikit ada rasa takut. Benarkah Mas Andra takut kalau aku bisa saja di bawa pulang oleh kedua orang tuaku?
"Kami tidak bertanya padamu orang yang telah membawa lari anak saya!" seru Mami emosi.
Deg
Ternyata Mami masih menyimpan kebencian pada Mas Andre. Ya Allah harus bagaimana ini?
Mas Andre menundukkan wajahnya sedih, sedangkan  Papi mengusap punggung Mami agar Mami tak menuruti emosi.
"Mi tenang ya, jaga emosi takut darah tinggi Mami kumat." ucap Papi lembut.
Dan apa? Mami punya penyakit darah tinggi? Sejak kapan? Ya Allah betapa berdosanya aku sebagai anak tidak tahu menahu keadaan orang tua sendiri.
"Mi...Mami punya penyakit darah tinggi sejak kapan? Maafkan Mira Mi, Mira anak yang tak berbakti sehingga tak tahu menahu tentang kesehatan Mami." ucapku kembali sesenggukan.
"Kamu memang anak yang tidak berbakti! Kamu rela meninggalkan orang tua kandungmu hanya demi cinta seorang lelaki! Kamu anak tak tahu diri!" seru Mami marah benar benar marah.
Aku menggeleng  cepat, aku tak sanggup melihat Mami marah marah seperti ini.
"Ma_maafkan Mira Mi, Mira mengaku salah. Hukum saja Mira Mi!"
"Huft! Kalau kamu memang ingin mendapatkan maaf dari Mami dan Papi ikutlah pulang bersama kami dan tinggalkan laki laki ini! Mami sudah mempersiapkan laki laki yang lebih baik dari dia!" seru Mami seraya menunjuk wajah Mas Andre.
Tidak!
Ini tidak mungkin terjadi! Kenapa dengan mudahnya Mami menyuruhku meninggalkan suamiku lalu menikahi pria lain? Apa Mami tak melihat sudah ada si kembar di pernikahanku dengan Mas Andra?
"Tidak! Tidak Mami tolong jangan bawa pergi Miranda! Saya tidak bisa hidup tanpa Miranda Mi! Tolong ingat sudah ada si kembar yang masih membutuhkan keutuhan kedua orang tuanya." suamiku mengiba dan memohon. Kasihan sekali suamiku.
"Diam kamu! Kamu tidak berhak berbicara! Saya tidak sudi bicara dengan orang yang sudah membawa lari putri saya!" teriak Mami lantang.
"Dan kamu Mira! Lihat ada Frans yang akan menggantikan Andre sebagai suamimu! Dia lebih baik segala galanya dari Andre! Mami yakin Frans mampu membahagiakanmu ketimbang Andre! Jadi ayo ikut pulang Mami nak! Bawa juga cucu cucu Oma ini." serunya egois sungguh egois. Ku lihat Frans menaikkan dagunya angkuh, dia benar benar merasa sedang di atas angin sekarang.
Aku menggelengkan kepala berulang kali, sedangkan Mas Andre menatap tajam Mami. Ia pasti syok dengan rencana mami yang seharusnya tidak boleh di ucapkan karena aku masih bersratus istri Mas Andre.
"Mira...ndok ayo pulang nak, Papi yakin kamu akan bahagia bersama Frans apalagi kalian sudah saling kenal sejak kuliah. Kedua orang tua Frans juga sudah  setuju dan menerimamu sebagai menantunya walaupun mereka tahu kalau kamu sudah bersuami dan mereka siap menunggu sampai kau resmi bercerai." kini gantian Papi menimpali.
Sungguh orang tuaku ini kenapa? Kenapa mereka sekejam ini?
"Maaf Papi Mami, Mira mohon jangan paksa Mira untuk bercerai. Mira sudah sangat bahagia hidup bersama Mas Andre dan si kembar. Dan tolong jangan menyuruh Mira meninggalkan Mas Andre karena selamanya Mira akan tetap menjadi istri Mas Andre." ucapku mantap. Aku yakin dengan keputusanku, aku tetap memilih Mas Andre lah yang akan tetap mendampingiku sampai maut memisahkan.
"Kenapa kau ini sangat pembangkang sih Mir!? Dari dulu sikap pembangkangmu tak pernah hilang! Dosa tahu Mir kalau melawan ucapan orang tua!" bentak Mami.
"Tapi Mi... Posisinya Mira ini sudah menikah Mi! Pernikahan itu bukan sebuah lelucon yang dengan mudah di suruh bercerai lalu langsung bercerai gitu aja! Mira mohon jangan paksa Mira!" seruku lantang, dengan berani aku terpaksa melawan kehendak kedua orang tuaku untuk yang kedua kalinya.
"Mira! Semenjak kau mengenal laki laki ini kenapa kamu jadi anak pembangkang? Sungguh laki laki ini hanya membawa dampak buruk untukmu! Pokoknya Mami tidak mau tahu! Kali ini kamu harus menuruti kehendak Mami!" bentak Mami.
Ku lirik si kembar yang mulai ketakutan karena mendengar bentakan Mami.
"Sudahlah Mir! Tinggalkan saja laki laki letoy begitu yang bisanya nangis doang, mendingan sama aku. Aku janji kamu akan lebih bahagia bersamaku." Frans yang sejak tadi diam kini ikut menimpali sehingga membuat hatiku semakin panas. Kugenggam tangan Mas Andra yang tengah mengepal erat. Aku tahu Mas Andra sedang menahan amarah sejak tadi demi menghormati keberadaan kedua orang tuaku.
Ku panggil Sahwa dan menyuruhnya membawa si kembar masuk ke dalam kamar agar tak melihat perdebatan sengit yang dilayangkan keluargaku sendiri.
"Sahwa! Bawa si kembar masuk ke kamar!"
"Baik Bu."
Kulihat mata Frans melihat tajam ke arah  Sahwa, matanya jelalatan ke arah tubuh Sahwa. Dasar mesum!
Setelah si kembar aman di dalam kamar, aku kembali menatap Frans.
"Frans tujuanmu mengantar orang tuaku kesini apakah  hanya untuk ini?"
Bersambung...

Book Comment (46)

  • avatar
    BarruRusmawan

    novel yg bagus

    22/08

      0
  • avatar
    azmin min

    good👍🏼👍🏼👍🏼

    21/07

      0
  • avatar
    amiranur

    good edit

    08/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters