logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 Wanita Penggoda

Pov Miranda
Masih flashback
Setelah lulus aku dan Mas Andre merencanakan kawin lari dengan menggunakan mobil yaris berwarna kuning pemberian Papi saat ulang tahunku yang ke 19. Iya aku sangat suka warna kuning, jelas Papi sangat mengerti warna kesukaanku.
Setelah berhasil kawin lari, kami melaksanakan pernikahan secara sederhana di kota Semarang, aku dibutakan oleh cinta. Aku korbankan semua kemewahan dari orang tuaku agar bisa bersatu dengan Mas Andre.
Kartu kredit dan kartu kartu lainnya yang bisa mengeluarkan uang sudah di blokir semua oleh Papi.
Huu huu astagfirullah.
Kenapa cinta ini di uji sedemikian rupa?
Untung saja perhiasan sebanyak tiga kotak, tas branded ada dua puluh jenis dan barang barang branded lainnya berhasil aku bawa dan aku jual untuk menopang hidup di awal pernikahan yang sebenarnya bisa di bilang miris.
Aku dan Mas Andre sama sama barusan lulus kuliah namun dengan nekatnya berani kawin lari demi cinta tanpa persiapan yang matang. Jelas kami belum mendapatkan pekerjaan, ternyata susah sekali mencari pekerjaan kalau belum mempunyai pengalaman kerja sebelumnya. Sehingga kami menggantungkan hidup dengan uang hasil menjual barang barang yang aku bawa dari rumah.
Jangan tanya Mas Andre bawa apa? Mas Andre hanya bawa uang dua juta sisa dari gaji sampingannya dahulu saat masih kuliah. Mas Andre berasal dari keluarga tak mampu jadi dia sering meminta maaf padaku karena merasa tak enak hati.
"Dek Mas merasa kalau Mas hanya menjadi benalu dalam hidupmu." ucapnya dengan wajah sendu.
"Kok mas bilangnya gitu sih? Kita ini sudah sah jadi suami istri jadi kita memang di wajibkan saling menopang, tak ada istilah benalu antara suami dan istri. Sudahlah Mas lebih baik kamu fokus cari pekerjaan, tidak perlu memikirkan hal hal seperti itu lagi." ucapku berusaha menyemangatinya.
Kasihan sekali suamiku ini, dia pasti merasa tertekan dengan keadaan ini. Tapi aku harus membuatnya selalu bersemangat agar suatu hari nanti hidup kami akan lebih baik lagi kedepannya.
"Mas janji dek, Mas akan berusaha keras mencari pekerjaan dan mengubah hidup kita menjadi lebih baik lagi dan mas juga hanya akan setia sehidup semati denganmu dek Mas janji." ungkapnya membuatku begitu terharu, janji yang terucap dari mulutnya saat ini semoga terealisasi sampai akhir hayat kami amin.
Aku mengangguk anggukan kepala dengan cepat tanda menyetujui semua ucapannya. Kepalaku menyender di dada bidangnya yang terasa hangat. Ia medekapku lembut. Lalu kami saling  berpandangan dan beberapa saat kemudian terjadilah hal hal yang diinginkan. Eheem!
Flashback off
Setelah mengenang awal mula hubunganku dengan Mas Andre sampai ke jenjang pernikahan hati ini serasa tambah di remas remas mengingat baru tadi siang aku melihatnya bermesraan dengan seorang wanita cantik.
Apa iya suamiku setega itu mengkhianatiku? Sepertinya tidak mungkin. Tapi tadi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Duh ya Allah aku harus bagaimana?
***
Pov Andre
"Pak Andre di luar sudah ada Bu Sinta."
"Iya tolong di persilahkan masuk Iz."
"Baik Pak."
"Wah Pak Andre ini tipe orang yang rajin ya, ruangannya saja terlihat rapi dan bersih seperti pemilik ruangan ini." pujinya seraya mengedipkan mata genit haa haa.
Aku hanya tersenyum tipis menanggapi pujian Bu Sinta, sudah biasa akan sikap Bu Sinta yang seperti ini. Dia memang suka sekali menggodaku dengan kecantikannya. Aku sadar itu bahkan dia pun sudah pernah mengungkapkan isi hatinya yang rela di jadikan istri keduaku.
Tentu saja aku menolak dengan tegas keinginannya itu karena aku tak pernah berniat untuk beristri dua, di hatiku hanya ada nama istriku tercinta Miranda.
"Pak Andre kok malah bengong? Emm saya tahu pasti bapak kali ini sudah terpesona dengan kecantikan saya kan? Ih jangan risau lagi pak, saya akan dengan senang hati menerima cinta bapak kok." ucapnya terlalu percaya diri seraya meraba bahuku serta mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lah sejak kapan dia sudah sedekat ini?
Di saat itu pula aku melihat sekilas bayangan istriku dari balik jendela, huh pasti Miranda salah faham nih huh gara gara nih cewek gak tahu aturan.
Tak!
Segera ku tepis tangannya yang mulai ingin meraba ke daerah dada.
"Mohon menjauhlah dan jangan sembarangan sentuh sentuh saya! Bukan muhrim!" seruku tegas.
Dia mengerucutkan bibirnya seraya menghentak hentakkan kakinya.
"Andre! Kamu ini kenapa sih menolakku terus? Apa kurangnya aku? Aku cantik tubuhku indah bohay dan kaya raya! Aku lebih baik segala galanya ketimbang istri kampunganmu itu!" ketusnya marah dan memanggilku tanpa embel embel 'pak' lagi.
Lah kenapa dia yang marah? Dia yang salah sudah menggoda suami orang eh giliran di tolak kok gak terima ck sakit nih perempuan.
"Maaf ya Bu Sinta sebenarnya tujuan anda kesini itu untuk membahas bisnis atau mau ngegodain suami orang? Kalau mau bahas bisnis mari duduk dan kita fokus ke apa yang akan kita bahas tapi kalau tujuannya mau ngegodain suami orang anda salah tempat, silahkan cari suami orang lain saja yang mau di goda oleh anda, jangan saya! Dan satu lagi jangan menghina istri saya!" terangku secara gamblang agar dia mengerti kalau aku memang benar benar tak tertarik dengannya.
Bu Sinta melengos sebal namun ia tetap mau duduk walaupun dengan keterpaksaan, akhirnya kamipun berhasil juga membahas kerjasama yang kami inginkan. Aku akui Bu Sinta adalah pebisnis yang handal, laki laki yang menjadi suaminya pasti bangga dan beruntung memilikinya.
Namun aku juga bangga dan merasa beruntung memiliki Miranda sebagai istriku, Miranda juga datang dari kalangan orang berada hanya saja gara gara memilih menikah denganku Miranda  rela hidup serba kekurangan demi bisa hidup seatap sebagai nyonya Andre.
Itulah alasannya aku tak akan pernah bisa menduakannya, walaupun di dunia ini ada banyak wanita cantik seperti Bu Sinta yang rela merendahkan dirinya demi memikatku, tetap saja istriku lah yang paling the best.
"Baiklah Bu Sinta terima kasih atas waktunya dan semoga kerjasama kita kali ini akan berjalan dengan baik dan berjalan dengan semestinya." ucapku dengan senyum mengembang puas, ya karena kerjasama ini kan sangat menguntungkan kedua belah pihak.
"Oke Pak Andre saya juga sangat berharap kerjasama kita berjalan dengan sangat baik sehingga perusahaan kita semakin maju lagi." tukasnya kali ini terlihat profesional. Aku pun mengangguk tanda setuju.
"Tapi Pak Andre, saya sangat serius lho dengan ucapan saya yang ingin menjadi istri kedua Pak Andre atau kalau Pak Andre takut ketahuan istrinya saya juga rela kok jadi istri simpanan yang penting bisa menjadi orang spesial bagi Pak Andre." timpalnya lagi yang isi ucapannya sungguh membuatku jengah juga bosan.
Sudah tak terhitung lagi Bu Sinta seperti memaksakan kehendak ingin menjadikanku suaminya, di tolak beberapa kalipun ia tak pernah putus asa mengejarku huft wes angeeel angel!
"Maaf ya Bu Sinta, sudah berapa kali saya bilang saya tak tertarik. Silahkan anda cari pria lain. Saya ini laki laki beristri, jangan anda merendahkan diri dengan mengejar ngejar suami orang." jawabku tegas. Pasti kali ini jawabanku sangat mengenai ulu hatinya.
Terlihat dari raut wajahnya yang langsung berubah pias, seperti menahan amarah dan kesedihan. Tapi aku bisa apa? Aku kan sudah menikah, salah dia suka sama suami orang. Kan resikonya di tolak gini.
"Jahat!"
Tiba tiba Bu Sinta berdiri, ternyata ia menangis. Di usapnya kasar sisa air mata yang jatuh di pipinya lalu pergi begitu saja tanpa berpamitan. Huh apakah aku baru saja menyakiti hati seorang wanita? Memangnya menolak cinta seseorang itu salah ya? Huft bikin pening saja nih orang.
Bersambung...

Book Comment (46)

  • avatar
    BarruRusmawan

    novel yg bagus

    22/08

      0
  • avatar
    azmin min

    good👍🏼👍🏼👍🏼

    21/07

      0
  • avatar
    amiranur

    good edit

    08/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters