logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

vika masuk rumah sakit

Aku sampai dirumah kontrakan, di tidurkan azka dalam ayunan. Lalu aku mengambil sayur untuk ku masak.
Saat sedang memasak, pikiranku masih terngiang ngiang pada ibu dan Vika.
Aku merasa sedikit lega, sudah ku keluarkan uneg uneg yang selama ini menyesakkan hatiku. Meskipun ada sedikit sedih karena membuat ibu merasa bersalah.
Aku hanya ingin ibu tahu, bahwa ada seorang anak yang hatinya terluka karena sifat ibu yang pilih kasih.
Aku hanya ingin ibu mengerti, bahwa aku cemburu dengan kasih sayang ibu kepada Vika yang melebihi kepadaku. Seharusnya akulah yang paling disayang, karena aku anak bungsunya. Tapi, malah anak sulungnya yang lebih ia sayangi.
Dan juga Vika, karena ibu lebih menyayanginya, sifat nya semakin semena mena padaku. Ia suka menghina, merendagkan bahkan sombong.
Ibu terlalu memanjakan Vika, makanya sifat Vika seperti itu.
Karena terlalu asik dengan pikiranku, sayur yang sedang ku masak jadi gosong.
"Aduh.. Jadi gosong sayur ku"
***
Semenjak kejadian hari itu, aku sudah jarang kerumah ibu. Bahkan sudah dua bulan ini aku tak kerumah ibu.
Tiba tiba gawaiku berdering, gehas langsung aku mengangkatnya.
"Hallo... Assalamu'alaikum.. "
"Waalaikumsalam sari. Ini ibuk"
"Iya. Ibuk apa kabar? " Tanyaku pada ibu yang sudah dua bulan ini tak ku kunjungi.
"Ibuk baik bak, tapi kakakmu.. " Suara ibu tiba tiba terputus.
"Kenapa buk? Ibuk mau bilang kalau Vika lagi ngidam? Terus mual mual, muntah muntah? "
"Bukan nak, kakakmu masuk rumah sakit" Ucap ibu dengan nada serius.
Setahuku kehamilan Vika sudah memasuki trimester kedua, ada apa tiba tiba ibu bilang Vika masuk rumah sakit.
"Masuk rumah sakit ? Kenapa buk? ''
" Kakakmu pendarahan nak"
"Kok bisa buk? "
"Ibuk juga gak tahu, kata dokter kandungannya bermasalah... Kamu gak jenguk kakakmu nak? " Tiba tiba ibu bertanya begitu, sudah ku duga ibu pasti bertanya begitu.
"Memangnya di rumah sakit mana buk? "
"Rumah sakit Melati lantai tiga nak"
"Baiklah buk, nanti kalau sempat sari kesana"
"Nak, ibu mohon datang lah. Lupakan apa yang terjadi sebelumnya, bagaimanapun Vika kakakmu satu satunya."
"Dan aku juga adiknya satu satunya"
"Kalian berdua sama sama anak ibuk"
Tapi ibuk lebih menyayangi Vika, batinku.
"Ya sudah. Kalau begitu ibuk tutup dulu ya teleponnya"
"Iya buk."
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Sebenarnya aku malas datang ke rumah sakit, karena saat aku operasi pun Vika tak datang menjenguk ku.
Bahkan ibuk tak menyuruh Vika untuk menjengukku. Dan sekarang, lihatlah bahkan saat Vika masuk rumah sakit karena pendarahanpun ibuk harus menelponku agar aku menjenguk anak kesayangannya.
Rasanya tak adil bagiku.
"Assalamualaikum... " Suara mas Fandi mengagetkan kan ku.
"Waalaikum salam mas.. " Ucapku sambil mencium punggung tangannya.
"Azka mana dek? "
"Masih tidur mas"
"Mas mau makan sekarang? Biar sari ambil nasinya? "
"Boleh dek, mas sudah lapar"
Aku segera ke dapur mengambil nasi untuk mas Fandi, suamiku.
"Ini mas nasi nya" Ucapku sambil menghidangkan nasi beserta lauk di atas meja makan sederhana yang kami punya.
"Makasih dek"
Setelah makan siang aku meminta ijin kepada mas Fandi.
"Mas.. Sari mau kerumah sakit jenguk kak Vika. Boleh gak? "
"Sakit apa kakak? "
"Kata ibuk pendarahan."
"Oiya, kata kamu Vika hamil? "
"Iya mas, sari juga gak tahu tiba tiba tadi ibuk telpon kalau Vika masuk rumah sakit"
"Kapan adek mau kesana? "
"Nanti malam"
"Ya sudah pergilah, biar azka mas jagain."
"Iya mas"
Aku kira mas Fandi tidak mengizinkan ku kerumah sakit, mengingat aku operasi saja Vika tak menjenguk, ditambah sifat buruk nya ketika aku dirumah ibu. Tapi ternyata suamiku tak sejahat itu.
Ia malah menyutuhku menjenguk Vika, seandainya pun kalau mas Fandi tidak memebriku izin aku pun tak mau datang menjenguknya.
Pukul 19.15 aku sudah bersiap siap untuk menjenguk Vika ke rumah sakit, ku titipkan azka pada Mas Fandi.
"Mas... Jagain azka ya, kalau dia bangun jangan lupa kasih susu, terus popok nya juga di ganti. Biasanya kalau bangun azka popok nya udah basah"
"Iya sayang, adek tenang saja, serahkan saja sama mas. Adek kerumah sakit terus jangan larut ya pulang nya? "
"Iya mas, sari berangkat ya." Ucapmu sambil mencium punggung tangan suamiku.
"Hati hati di jalan"
"Iya mas"
Aku berangkat mengendarai motor matic milikku, niat hati ingin membeli buah tangan untuk Vika. Namun, lagi lagi aku teringat kejadian dua bulan lalu. Dia menolak mentah mentah buah yang ku bawa untuk nya.
Maka dari itu, aku tak mau membawa nya buah lagi. Aku ingin membelikan Roti bakar saja, biar bisa dimakan ibu nanti.
Setelah membeli roti bakar, aku langsung menuju rumah sakit tempat Vika berada.
Tak perlu waktu lama, aku sudah sampai di area parkir rumah sakit. Langsung ku langkahkan kaki menuju ruangan Vika.
Aku mencari cari ruangan yang ibu bilang kemarin, agak susah untuk menemui ruangan itu, aku harus menaiki tangga hingga ke lantai tiga.
Huhhhhh..
Capek sekali naik tangga tiga lantai.
Aku pun sampai di depan pintu kamar Vika.
"Assalamualaikum.. " Salaku ketika masuk ke ruangan dimana Vika dirawat.
"Waalaikumsalam... " Ucap ibu dan suami Vika kompak, hanya Vika yang tak menjawab salamku. Biarlah, mungkin dia butuh banyak tenaga agar bisa menjawab salamku.
"Sari... Masuk nak" Ucap ibu sambil membuka pintu lebar lebar.
"Ini buk, roti bakar untuk ibuk" Ibu langsung menerima roti bakar yang ku bawa.
"Duduk nak, sama siapa kamu ke sisi? Azka mana? " Tanya ibuk kembali.
"Sendiri buk, azka sama ayahnya di rumah."
"Kok gak dibawa kesini? "
"Anak bayi mana boleh dibawa kerumah sakit buk, disini kan banyak orang sakit, kalau azka terkena virus orang yang sakit gimana? " Ucapku memberi penjelasan pada ibu.
"Oh.. Iya juga ya, ibu kok gak ingat kesitu"
"Gimana kabar kak Vika bang? " Tanyaku pada suami kakakku.
"Udah mendingan sekarang, udah habis lima botol infus." Jawabnya laki laki yang baru beberapa bulan menjadi suami kakakku.
"Kata ibuk kak Vika pendarahan ya? " Tanyaku pada Vika yang sedari tadi hanya diam saja.
"Cuma dikit" Sahutnya ketus.
Disaat begini pun, dia masih saja bersikap ketus padaku. Padahal aku sudah susah payah kesini naik tangga tiga lantai, dan meninggalkan anakku yang masih bayi dirumah. Tapi, respon yang diberikan Vika membuatku menyesal mengunjunginya.
Padahal aku berniat ingin memperbaiki hubungan kami yang renggang dengannya.
"Kandungan Vika lemah, dia mengalami kendaraan pada kandungannya, tapi beruntung cepat di tagani oleh dokter sehingga janinnya masih bisa selamat" Sahut ibu memberi penjelasan mengenai kondisi Vika.
Itu teguran buat mu kak, coba kalau kamu sadar dan tidak menyakiti orang dengan kata kata mu yang pedas, batinku.
"Syukurilah... " Jawabku singkat.
Aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibuk, sementara Vika asik bermanja dengan suaminya. Maklumlah pengantin baru, hamil pula.
Tapi aku risih, karena disini ada aku dan ibuk. Apa pantas bermanja manja dengan suami didepan orang tua dan adik?
Meskipun mereka sudah halal, tapi rasanya tak elok.
Jam sudah menunjukkan pukul 20.19 aku teringat sama si kecil di rumah.
"Buk.. Sari pamit ya, sari kepikiran azka di rumah"
"Kok cepet kali sih nak? "
''Namanya juga kita punya bayi buk, gak enakan kalau jauh dari anak."
"Ya sudah.. Kamu hati hati di jalan ya nak"
"Iya buk, sari pulang dulu ya. Bang... Kak.. Sari pulang dulu ya" Ucapmu meminta ijin pulang pada kakak dan abang iparku.
"Iya... " Sahut mereka serentak.
Aku langsung tancap gas menuju rumah, tak enak hati jika harus meninggalkan bayiku di rumah lama lama.
Sesampainya di depan rumah, aku langsung memanggil mas Fandi.
Tok.. Tok.. Tok...
"Assalamu'alaikum mas... " Panggil ku sambil mengetuk pintu.
"Mas... " Sepertinya mas Fandi ketiduran.
Aku lalu mengambil gawai di dalam tas dan menelpon mas Fandi.
Tiiiiittt... Tiiitt...
"Halo dek... " Ucapnya melalui panggilan Whatsapp.
"Mas.saei udah di depan rumah, bukain pintu dong"
"Ohh.. Iya dek.. Maaf mas ketiduran"
Langsung ia bergegas membuka pintu.
"Assalamu'alaikum... " Ucapmu ketika memasuki rumah.
"Waalaikumsalam.. "
"Gimana azka mas, ada nangis? "
"Enggak dek, dia anteng habis minum susu langsung tidur."
"Syukurilah... Aku khawatir mikirin azka terus tadi"
"Gimana kabar kakak dek? "
"Sudah mendingan mas, cuma pendarahan sedikit. Kata ibuk kandungannya lemah."
"Semoga cepat sembuh ya dek"
"Amin.. "
Aku tak menceritakan bagaimana sikap Vika padaku tadi di rumah sakit, biarlah mas Fandi tak tahu. Aku tak ingin menambah pikirannya.
Aku hanya bisa berharap semoga dengan diberikan cobaan ini, kakakku bisa sadar dan tak mengulangi kesalahannya lagi.

Book Comment (135)

  • avatar
    Norina Mohamad Najib

    πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌπŸ’—

    25d

    Β Β 0
  • avatar
    Konijali

    aku butuh duit

    17/08

    Β Β 0
  • avatar
    StwnFikri

    sangat cocok

    14/08

    Β Β 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters