logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Tertangkap Basah

Sayyidah dan Sofyan terkejut, terlebih Sayyidah. 
"Kamu?!" Sayyidah segera menarik tubuhnya dari dekapan Sofyan.
"Sayyidah, mari pulang!" ajak Abbas dengan ekspresi datar.
"Siapa dia?" Jari telunjuk Sofyan mengarah kepada Abbas.
"Ummm ... nanti gue jelasin ke lo,"
"Sofyan gue harus pulang dulu sekarang, maaf ya, gue tinggal." Sayyidah menarik tangan Abbas dan membawanya keluar.
"Siapa Sofyan?"
"Bukan urusanmu."
"Aku adalah suamimu, aku berhak tahu urusanmu. Sudah kewajibanku untuk menjagamu."
"Omong kosong." Sayyidah menatap Abbas sinis.
"Tolong maafkan aku, ikutlah tinggal bersamaku!"
“Setelah akad itu aku merasa tugas di pundaku semakin berat, karena kamu adalah amanah yang harus aku jaga di dunia ini sampai ke akhirat," balas Abbas dengan muka memelas.
Ucapan Abbas menguapkan sedikit kemarahan Sayyidah, ia merasa berempati dengannya.
***
Kedua insan itu bergegas meninggalkan perpustakaan. Mereka harus segera berkemas dan mempersiapkan diri sebelum berangkat ke asrama Abbas. 
 "Kenapa dia tidak mencaciku?" 
"Padahal dia bisa aja mengamuk seperti di drama ketika istri ketahuan selingkuh."
Tanpa sadar matanya sudah meneliti jeli di wajah laki-laki yang sedang memperhatikan jalan itu. Wajahnya terlihat cukup manis, walaupun berkulit sawo matang. Hidungnya mancung, alisnya tebal dan terlihat bulu-bulu hitam tumbuh di ujung dagunya. 
"Aduh! Kenapa aku ini? Bisa gawat kalau Abbas menyadarinya." Ia segera mengibaskan pandangan matanya dari wajah Abbas.
***
Selepas waktu subuh, Marwah mengantarkan kedua anaknya ke sebuah daerah yang cukup terpencil di Pasuruan, jauh dari kota Jakarta tempat tinggalnya.
Marwah dan Sayyidah sangat menikmati udara segar yang mereka hirup. Sangat jauh berbeda dengan suasana kota dan polusi udara yang menyesakkan dada.
Terlebih pemandangan alam pegunungan dan area pesawahan di samping asrama yang memanjakkan mata. Tak jauh dari tempat asrama yang Abbas tinggali, terlihat deretan gedung bertingkat tiga. Terdengar suara lantunan Al Quran dari sana.
"Sofa sangat bijak memilih Abbas mendapatkan pendidikan di tempat ini, nyatanya tempat ini berhasil mencetak Abbas menjadi orang baik dan berakhlak." Marwah begitu iri dengan Sofa, karena ia tak bisa seperti Sofa dalam mendidik anaknya. Menyesal, tentu. Setidaknya Marwah telah memutuskan jalan hidup untuk Sayyidah saat ini.
Dunia bisa di cari, tetapi akhirat siapa yang bisa menjamin bisa selamat, sedangkan kehidupan akhirat itu kekal.
Marwah mengerti mengapa Abbas betah disini setelah sempat dibujuk untuk tinggal di Jakarta. Tidak mudah meninggalkan tempat indah yang mampu mendamaikan jiwa.
"Nak, mamah titip Sayyidah. Tolong jaga dan bimbing dia, ya!" pinta Marwah kepada Abbas sebelum beranjak menuju mobil yang terparkir didepan asrama. 
"Iya, Mah. InsyaAllah saya akan berusaha menjaga Sayyidah, mohon do'akan kami selalu, Mah." Dengan sopan Abbas mencium punggung tangannya.
"Sayyidah!"
"Jadi istri yang baik, ya, Sayang! Belajar menjadi wanita yang lebih taat dan sholehah untuk mama dan Abbas."
Tanpa sepatah katapun Sayyidah segera berhambur memeluk tubuh Marwah. "Mamaaaaaa! Hiks ... hiks ... hiks." Air mata Sayyidah pecah.
"Aku ngga bisa jauh dari Mama, kenapa Mama tega ninggalin aku?" 
Bulir bening jatuh di pipi Marwah, tangannya berusaha melepaskan tubuh Sayyidah yang terkungkung di dadanya. Ia menangkupkan kedua tangannya di wajah Sayyidah dan menciumi setiap inci di sana.
"Mama tidak akan meninggalkan kamu Sayang!"
 "Mama kapan-kapan main kesini, ya. Buat jenguk anak mama yang cantik ini." Tangannya mencubit hidung mancung Sayyidah.
"Sudah jangan nangis! Nanti cantiknya memudar, hehehe." Marwah segera menghapus air matanya dan menyeka  bulir bening di pipi mulus Sayyidah.
Pemandangan di depan matanya membuat tenggorokan Abbas terasa tercekat. Ia sekuat tenaga menahan air matanya. Ia tak ingin terlihat lemah di depan mertuanya, ia harus kuat menjaga amanah dari Marwah.
***
Beberapa jam kemudian
Setelah penat membereskan barang-barang. Sayyidah membaringkan tubuhnya di atas kasur berukuran sedang, tak sebesar kasur miliknya di Jakarta. Ia menelan pahit kenyataan harus satu kamar dengan Abbas. Lagi pula kamar sebelah yang ia harap bisa jadi miliknya. Ternyata berisi beberapa rak berisi buku, bisa di katakan ini perpustakaan kecil milik Abbas.
Asrama Abbas begitu sederhana dengan dua kamar, ruang tamu, dapur, kamar mandi. Tidak ada halaman yang luas di luar, semua deretannya sama. Bisa di katakan ini perumahan khusus mahasiswa yang sudah menikah.
Tanpa Sayyidah sadari, Abbas sudah berdiri di ambang pintu dan memperhatikannya, "Say, kamu mau makan apa? Ayo kita keluar! Biar kamu tau makanan khas Jawa Timur." Sebenarnya tujuan Abbas ingin menghiburnya dengan mengajak keluar. Setidaknya bisa sedikit mengalihkan kesedihan Sayyidah.
"Jangan sok-sokan manggil saaaaaay ...," potong Sayyidah tak jadi melanjutkan kata-kata.
"Nama kamu ‘kan Sayyidah, jadi aku pakai kata depannya." jawaban Abbas membuat Sayyidah tertunduk malu.
Sayyidah hanya menurut, beranjak dari kasur, lalu menuju ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. 
Abbas mengulum senyum melihat istrinya akan bersiap-siap. Ia segera meraih sebuah kunci motor di atas nakas dan berjalan keluar lebih dulu.
Sebuah motor terhenti ketika melewati gerbang besi setinggi pundak orang dewasa.
"Assalamuallaikum, Bas. MasyaAllah kapan balik? Penganten baru mau ke mana?"
"Ini mau nyari rujak cingur, ana kangen makanan Jawa Timur." 
"Ajib! Baru seminggu di Jakarta udah kangen aja, ngga betah antum ya, hahaha." 
Tertawa menampakkan dereten gigi serinya.
"Besok ada tugas ngajar kelas awal, antum mau gantiin?" 
"Ngga, terima kasih banyak tawarannya."

Book Comment (461)

  • avatar
    RosaAtd

    cerita nya bangus banget banyak pelajaran yg di ambil dalam cerita ya.....

    22/05/2022

      0
  • avatar
    XenografAthala

    bagus bgt si, asal endingnya ngga gantung aja si😭😭😭😭😭😭😭buruan kaaaaaaaaaaaaaaaa kelanjutan dan endingnya selalu aku tungguuu untukkk alur cerita yg satu ini🥰🥰🥰🥰

    28/02/2022

      1
  • avatar
    BilaSalsa

    ceritanya sangat bagus dan saya tertarik dgn novel nya

    19/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters