logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

bab 2 pertemuan pertama

"Saya tidak ingin tau, pokonya projects ini harus kita selesaikan dalam waktu yang sudah ditentukan. Dan kamu Kayana. Saya mau kamu awasi projects pembangunan hotel itu selagi saya mengambil cuti pernikahan!" perintah Dave, CEO perusahaan kontraktor di tempat Kayana bekerja.
Kali ini Kayana mendapatkan tanggung jawab yang sangat besar karena projects pembangunan hotel klien kali ini harus Kayana yang mengurusnya karena sang boss mengambil cuti, dan ini menambah beban pekerjaan Kayana sebagai sekretaris.
"Baik pak. Saya akan pastikan jika semua akan berjalan lancar lagi pula pembangunan ini hampir selesai." ucap Kayana.
"Iya saya tahu, maka dari itu saya mengambil cuti pernikahan saya mulai besok. Dan saya percayakan ini semua sama kamu dan juga Reno."
Setelah rapat dadakan itu selesai Kayana pun segera bersiap untuk pulang. Hari sudah sangat larut tinggal Kayana wanitanya sendiri.
"Kayana apa kamu ingin pulang bersama," tawar Reno asisten pribadi Dave. Reno adalah partner yang akan mengawasi projects yang telah di serahkan oleh Dave kepada Kayana bersama Reno.
"Tidak, terimakasih aku membawa mobil," tolak Kayana.
"Ayolah ini sudah sangat malam tidak baik jika wanita pulang sendiri."
"Sekali lagi terimakasih, tapi aku membawa mobil. Lagipula aku terbiasa pulang sendiri dan tidak terjadi apapun," ucap Kayana kemudian melenggang pergi meninggalkan Reno di lobi kantor.
Saat Kayana pergi, Reno hanya bisa menatapnya dari jauh. Kayana adalah wanita yang sangat sulit di dekati entah kenapa. Setiap cowok yang mendekatinya pasti tidak akan bertahan lama. Mungkin karena sifat Kayana itu yang cuek terhadap lawan jenis sehingga mereka memilih mundur.
Dan setelah melihat Kayana  pergi dengan mobilnya. Reno pun memilih untuk pulang. Meskipun ada rasa khawatir dalam dirinya kepada Kayana. Reno memilih untuk menahan untuk tidak memaksa Kayana pulang bersamanya.
***
Di perjalanan, saat ini Kayana tengah kalut dengan permintaan sang ayah yang ingin dirinya segera menikah. Tapi bagaimana ia bisa menikah jika calon pun ia tak punya. Di tambah projects pembangunan hotel ini menjadi beban pikiran.
"Ahh aku butuh refreshing. Apa aku  klub aja ya," gumam Kayana kemudian ia pun mengambil jalan yang berbeda yaitu ke klub malam.
Klub malam bukanlah tempat biasa Kayana menghabiskan waktu atau tempat ia menjernihkan otaknya. Namun, kali ini Kayana benar-benar kalut. Walaupun ia tampak tidak peduli dengan permintaan ayahnya. Tapi Kayana tetaplah seorang anak yang memikirkan kebahagiaan orang tuanya. Walaupun  terkadang ia egois.
Namun, saat di perjalanan menuju klub malam tiba-tiba saja mobil Kayana tiba-tiba berhenti. kayana yang merasakan hal itu mencoba memeriksa apa yang terjadi.
"Sial!" Umpat Kayana ketika mobilnya berhenti di tempat yang sepi. Walaupun begitu Kayana tetap turun dan memeriksa mobilnya. Kayana mengecek mulai dari ban mobil hingga kapnya.
"Mogok," 
Braakk!
Tiba-tiba saja segerombolan pria mencoba menghampiri Kayana.
"Hay manis, kenapa malam-malam begini sendirian mau ditemenin gak?"  kata pria jalanan itu. Kayana sudah hapal dengan wajah -wajah orang yang suka seenaknya itu.
"Jangan ganggu," ucap Kayana kemudian mengambil uang yang ada di dalam dompetnya. Semuanya ia keluarkan dan ia berikan kepada preman itu.
"Ini ambil jangan banyak bicara dan banyak tingkah." Kayana pun melempar uang tersebut.
"Hei nona apa cara ini kamu bersikap," ujar preman jalanan yang berjumlah tiga orang itu.
"Saya akan bersikap bagaimana itu tergantung dengan orang yang saya temui dan saya sangat hapal orang-orang tidak berguna seperti kalian itu bagaimana. Jadi sekarang kalian pergi dan jangan ganggu saya, dan silahkan. Ambil uang itu," kata Kayana menatap para preman itu dengan tajam.
Para preman itu pun mengambil uang yang Kayana lemparkan.
"Waw lumayan untuk mencicipi tubuh satu tubuh  gadis. Tapi sepertinya anda lebih menarik." Seringai preman itu menatap Kayana dengan tatapan melecehkan.
Kayana yang paham dengan kondisinya yang tidak bagus pun mulai waspada..
"Jangan mendekat!" teriak Kayana ketika salah satu preman itu mulai mendekati dirinya.
Jangankan di sentuh, di tatap seperti makanan oleh preman itu Kayana sudah amat merasa jijik.
"Ouh ayolah kita tidak cukup jika harus membayar satu wanita sedangkan kami bertiga. Jadi anda bisa menjadi salah satu wanita untuk kami jelajahi.
"Brengsek!" umpat Kayana. Kemudian ia pun segera lari, karena tidak mungkin ia akan diam terus. tapi dengan keadaanya itu ia tidak bisa lari dengan cepat. Heels yang ia gunakan dan rok span itu menyusahkan langkahnya. Satu -satunya yang Kayana lakukan adalah berteriak minta tolong. Walaupun keadaannya sepi Kayana berharap ada orang yang mendengarnya.
"Woy jangan lari loh," Kayana pun tetap berlari meskipun hasilnya akan sia-sia dan saat ini para preman itu mengejarnya.
"Astaga kemana aku harus lari dan bagaimana aku harus mencari pertolongan," gumam Kayana sesekali melirik ke belakang.
Dengan nafas yang memburu, Kayana sudah mulai merasa lelah.  Sedangkan para preman itu masih mengejarnya dan beberapa langkah lagi para preman itu akan sampai dan menangkap dirinya. Kayana yang melihat itu segera melanjutkan larinya. Namun, sayang, sepatu heels yang Kayana gunakan membuat larinya lambat dan.
Hap
Tangan Kayana pun sudah berada di genggaman salah satu preman.
"Lepasin! Lepasin tangan saya dari tangan kotor kalian!" Sentak Kayana.
"Ouh ayolah manis, jangan seperti itu. Dari pada kamu capek lari-lari lebih baik capek bermain sama kita iya gak. Hahaha," para preman itu pun tertawa.
"TOLONGGGG! TOLONGGGG! TOLONGGG!" Teriak Kayana sekencangnya.
"Percuma sayang, sekencang apapun kamu berteriak tidak akan ada orang yang mendengarnya karena daerah sini jauh dari pemukiman warga dan satu lagi kita akan bersenang-senang. Haha," preman itu pun mencolek dagu Kayana.
Kayana yang merasa di perlakukan tidak baik mencoba menghindar itu semua. Tapi karena kedua tangannya sudah di cekal Kayana tidak bisa menepis tangan kurang ajar itu menyentuh wajahnya.
"TOLONGGGG! TOLONGG! TOLONGGG!" teriak Kayana kembali. Kayana tidak akan berhenti berteriak meminta pertolongan, ia berjanji dalam hatinya siapapun yang menolongnya malam ini ia akan memenuhi keinginan sang ayah, bila perlu jika yang menolongnya adalah seorang pria ia akan menikah dengan pria tersebut.
"DIAM!" bentak salah satu preman tersebut.
Kemudian preman yang paling besar tubuhnya di antara mereka menyeret Kayana ke kebun yang berbeda di pinggir jalan tersebut secara paksa dan membekap mulut Kayana agar tidak berteriak.
Perasaan Kayana mulai tidak enak. Jantung Kayana tidak berhenti berdetak keras.
Ya ampun siapapun tolong aku. Aku berjanji jika ada yang menolongnya kali ini ia akan membantu orang tersebut.  Batin Kayana ketakutan bahkan air mata Kayana sudah keluar dari tempatnya membentuk sebuah aliran sungai.
"Ah sepertinya tempat ini cocok." Kata preman tersebut. Kedua preman yang memegang tubuh Kayana pun mengangguk dan menyeringai senang.
"Ok siapa dulu nih?" tanya permen yang memegang tangan Kayana di sebelah kiri.
"Gue dulu," kata preman yang berbadan paling besar.
Kayana yang sudah sangat lemas tak bertenaga pun mulai memejamkan matanya ia tidak siap jika kehidupan sempurnanya akan hancur malam ini.
Namun, tiba-tiba saja ada suara pukulan yang begitu keras dan suara orang meringis kesakitan.
"Ahh brengsek!" umpat preman yang berbadan paling besar.
Sedangkan preman yang memegang kedua tangan Kayana pun mulai melepaskan cekalannya dan mulai membantu temannya yang saat ini sedang di pukuli oleh seorang pemuda yang sama seperti mereka, kurus dan berpenampilan berantakan.
"Eh siapa lo main ganggu kita. Kalau lo mau tunggu giliran," Kata preman yang berbadan kurus berkulit hitam dengan warna rambut hijau berkalung rantai.
Sedangkan pria yang menolong Kayana itu tidak banyak bicara langsung saja menyerang kedua preman yang berwarna rambut hijau dan biru itu dengan dua pukulan masing-masing, tanpa menunggu persiapan kedua preman itu.
Berbeda dengan Kayana yang melihat itu bukan merasa tenang. Akan tetapi makin bertambah ketakutannya karena melihat orang yang telah menolongnya itu sama. Karena dari penampilannya yang memakai celana lepis robek-robek serta kaus yang sangat dekil. Kayana mengira jika orang yang saat ini tengah memukuli ke tiga preman itu adalah sama-sama preman tapi berbeda kelompok.
Ingin rasanya Kayana berlari ke jalan namun, kakinya terasa lemas dan rasanya sulit untuk di gerakan  lagipula jika  berlari pun hasilnya akan sama ia akan tertangkap.
Setelah pria jangkung namun kurus  berpenampilan preman itu selesai menghajar habis ke-tiga preman itu. Ia pun mulai menghampiri Kayana yang saat ini sudah sangat kacau. Mata yang sebab, baju yang sudah sangat acak-acakan karena kancing kemeja sudah terlepas dua bagian paling atas memperlihatkan teng-top warna hitamnya. Saat pria yang Kayana kira termasuk permen itu mendekat Kayana pun mulai berlari sekencang-kencangnya namun sayang Kayana malah terjatuh karena menginjak tanah yang berlubang.
"Jangan mendekat! Jangan sentuh saya. Saya mohon apapun yang kamu mau silahkan ambil tapi jangan sentuh saya." Kayana pun melepaskan jam tangan mahalnya serta cincin yang di pakainya.
"Ini silahkan kamu ambil tapi biarkan saya pergi," mohon Kayana.
Sedangkan pria yang melihat itu malah membuka jaktet lepisnya lalu memakaikannya kepada tubuh Kayana.
kayana yang melihat sikap pria yang ia kira preman itu pun menoleh dan menatap pria tersebut.
"Saya tidak meminta barang yang kamu punya. Saya ikhlas hanya ingin membantu mari," pria jangkung itu pun mengulurkan tangannya.
****
Gyus bisa bantu dengan komentarnya..bantu aku revisi cerita ini
Dengan menandai typo atau segala jenis tanda atau kalimat yang kurang tepat. Makasih.

Book Comment (68)

  • avatar
    FatimahSiti

    oke deh

    05/02/2023

      0
  • avatar
    CiyuEliyaciyu

    saya sangat suka🥰

    14/01/2023

      0
  • avatar
    Juliana

    best

    23/04/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters