logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BAB 6 BERKEBUN

Siang ini Aji dan Andi sedang tidur dengan malasnya. Matahari yang begitu terik membuat mereka berdua berpikir dua kali untuk pergi bermain. Mereka sepakat untuk sore saja baru keluar bermain.
“Duk duk duk!” terdengar suara hentakan kayu di halaman depan rumah mereka.
“Kak, dengar suara sesuatu tidak?” Andi terduduk mendengar sesuatu yang membuatnya penasaran.
“Suara apa?”
“Itu ada suara seperti pukulan. Kita lihat yuk kak.” Andi sudah berdiri hendak menarik kakaknya agar ikut serta.
Dengan malas Aji mengikuti adiknya berjalan ke halaman depan.
“Oalah, ternyata Mas Mamat toh. Kirain suara apa tadi buat penasaran saja, Mas.” Ucap Andi menghampiri Mas Mamat.
“Eh iya dik, maaf mengganggu istirahat kalian. Mas lagi memasangkan cangkul ini. Mau membantu?” Tanya Mas Mamat kemudian.
“Apa yang bisa kami bantu, Mas?” Jawab Aji mendahului Andi yang sudah membuka mulutnya.
“Bagaimana kalau kalian membantu Mas hari ini memanen cabai?” Ucap Mas Mamat menatap kedua kakak beradik yang sudah berdiri di hadapannya siap membantu.
“Waah mau sekali, Mas. Aku kira Mas butuh bantuan memasang cangkul ini.” Jawab Andi semangat.
“Tapi kami ijin dengan Ibu dulu ya Mas, agar Ibu tidak khawatir mencari kami yang disangkanya bermain tidak kenal pulang.” Balas Aji sedikit nyengir memunculkan giginya yang kecil dan putih berbaris rapi.
“Tentunya kalian harus ijin. Satu jam lagi kita pergi, sepertinya matahari akan sedikit teduh sebentar lagi. Mas mau menyiapkan perlengkapan untuk memanen nanti.” Jelas Mas Mamat sambil membereskan cangkulnya yang telah selesai ia pasang.
***
“Mas, kata Ibu harus pulang sebelum adzan magrib berkumandang.” Jelas Aji memulai pembicaraan.
“Tenang saja, kita tidak akan sampai malam datang kok. Selesai penuh satu ember masing-masing dari kalian, kita segera pulang.” Jawab Mas Mamat sembari tersenyum.
“Siap laksanakan, Mas! Hehe..” Seru Andi yang selalu semangat.
Ladang cabai Mas Mamat terhampar cukup luas. Ada sekitar 11 gundukan tanah yang memanjang sudah dipenuhi cabai merah menyala, ada juga warna sedikit orange menandakan bahwa cabai itu akan segera berubah merah esok hari.
Mas Mamat menyerahkan ember kecil kepada keduanya dan menjelaskan bagaimana mereka harus memetik cabai.
“Petik cabai bersama tangkainya, tidak perlu menggunakan kuku kalian, cukup arahkan tangkai berlawanan arah, nah.. seperti ini, mudah terlepas bukan? Kecuali ada tangkai yang sulit dipetik boleh menggunakan kuku ibu jari kalian. Paham?” Penjelasan singkat Mas Mamat yang diikuti anggunkan pelan keduanya.
“Oh begitu ya Mas? Ada cara memetiknya ternyata, aku mengira asal petik saja tadi.” Jawab Andi polos tapi tetap serius melihat gerakan tangan Mas Mamat yang cekatan memetik seperti yang barusan ia ajarkan.
“Nah, Aji di baris pertama dan Andi di baris kedua. Cukup penuhi ember saja, kalau sudah selesai atau butuh sesuatu panggil Mas agak keras, soalnya Mas mau mulai memetik dari baris yang paling belakang.” Jelas Mas Mamat lagi.
Ketiganya lalu sibuk dengan barisan gundukan masing-masing. Tampak Aji yang sudah sedikit lihai memetik seperti Mas Mamat lakukan, dan begitu pula Andi, walaupun belum lihai seperti yang lain ia begitu menikmati pekerjaannya dan serius dengan ranting tanaman cabai dihadapannya.
Panas matahari sore ini sudah sedikit meredup, namun masih memancarkan suhu yang hangat. Sesekali Aji dan Andi mengelap keringat di dahi mereka yang turun dengan lengan baju mereka. Meskipun begitu, keduanya sangat senang karena pengalaman memanen cabai hari ini baru pertama kali mereka lakukan.
Hampir separuh warga di Kampung Menjelang Baru memiliki ladang atau kebun sendiri. Sehingga kampung ini sangat dipenuhi dengan petani-petani sayur dan bahan pokok lainnya. Sering kali Pak Amin ataupun Bu Sri ditawari sayur gratis saat para petani itu melewati rumah mereka. Hal itu menjadi sebuah kebiasaan, karena menurut mereka orang baik akan dibalas baik pula.
***
Di halaman depan rumahnya, Bu Sri bolak balik berjalan, ia sedang menunggu anak-anaknya belum kunjung pulang. Hari sudah mau gelap, sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang. “Kemana ya mereka, sudah hampir mau magrib belum juga pulang.” Bu Sri meremas tangannya khawatir.
“Mana bapak juga belum pulang.” Bu Sri semakin cemas.
Ketika samar-samar bedug magrib bertabuh, terlihat dua orang lelaki bersama dua orang anak berjalan di kejauhan.
Ternyata saat mau pulang dari ladang Mas Mamat tadi, mereka berpapasan dengan bapak yang mendorong motornya perlahan. Motor tua milik bapak mogok, jadi bapak mendorongnya dari gang depan saat akan memasuki kampung. Awalnya Mas Mamat sempat membantu melihat apa yang menyebabkan motor itu rusak, namun tidak kunjung bisa dihidupkan lagi. Akhirnya mereka memutuskan berjalan bersama dengan Mas Mamat yang memikul cabai hasil panen hari ini dan bapak yang menuntun motornya perlahan. Sedangkan kedua pendekar mengekori orang dewasa yang berjalan diantara mereka.
Keempatnya tiba di rumah saat adzan magrib sudah selesai berkumandang. Ibu yang sempat khawatir akhirnya bisa bernapas lega melihat suami dan anak-anaknya baik-baik saja.
Mas Mamat mengucapkan terimakasih kepada Aji dan Andi yang sudah membantu memanen hari ini, dan berjanji kepada keduanya untuk dapat memberikan sedikit hasil penjualannya nanti. Tentu keduanya sangat senang.
“Bu hari ini Andi memetik cabai penuh satu ember besaar! Hebat tidak?” Celoteh Andi sambil mulutnya dipenuhi nasi dan sayur bayam serta tempe yang dikunyahnya bersamaan.
“Ember kecil gitu dibilang besar. Aku lebih banyak dari punyamu!” Cetus Aji membalas adiknya.
“Sudah-sudah, nanti bicaranya. Habiskan dulu makanan kalian baru boleh bercerita.” Tukas Pak Amin melerai anaknya. Ibu yang duduk di sisi suaminya hanya tersenyum melihat keceriaan keluarganya.
Hari ini menjadi hari yang panjang untuk kedua keluarga ini, mereka bahagia dengan kesederhanaan mereka. Tidak ada iri dengki sama sekali melainkan bahu membahu saling melindungi.

Book Comment (186)

  • avatar
    AbilinaslpKatrina

    nice

    20/08

      0
  • avatar
    ZahroFatimatul

    iyo

    20/08

      0
  • avatar
    SAFITRINABILAH

    🙃🙃

    19/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters