logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 6

-Happy Reading-
"Itu mereka ngapain Sal?"
Salma ikut menoleh kearah pandang Fitri, lantas ia mangut-mangut faham.
"Mereka lagi baca note dari anak MIPA, mungkin."
Dahi Fitri berkerut, "Note?  Anak MIPA berapa yang mau bikin Note di mading sekolah?"
Gemas, Salmalangsung menonyor kepala Fitri, "Lo kira anak MIPA cuma berkutat sama yang namanya Rumus gitu? Gak, kalik."
"Nonton yuk, kok penasaran ya gue," kata Fitri.
"Gak! Gue harus ke ruangan Bu Mila. Lo kalau mau kesana, kesana aja sendiri. Paling-palingan cuma note biasa "
"Ayolah Sal, Penasaran gue," bujuk Fitri melas.
"Yaudah, nonton bentar abis itu kita Ke Kantornya Bu Mila, ya," kata Salma.
Bola mata Fitri berbinar, dengan langkah cepat ia langsung menarik Salma mendekati kerumunan anak-anak Cempaka di dekat mading.
Setiap sudut SMA Cempaka diberi 1 Mading khusus karya setiap kelas, namun ada satu mading utama yang isinya karya-karya unggul dari beberapa siswa terpilih. Mereka memberi nama mading itu dengan nama "Lapak Curhat". Biasanya, isi dari Lapak Curhat mayoritas karya anak Sastra yang sebagian besar masuk ke jurusan IPS, atau mungkin berisi promosi penerimaan anggota Teather atau ekskul yang lain. Dan kini, pantas saja sedikit booming saat mading utama terpapar karya anak jurusan MIPA.
"Permisiii, awas air panas awas air panas!" heboh Fitri.
Salma memutar bola matanya kesal, "Lo bisa gak malu-maluin gak sih?"
"Sal Sal! Lo liat ini! Bagus banget, astaga kelas berapa ini yang buat?"
Salma perlahan menggerakkan kepalanya menatap Mading di depannya kini.

Asmaraloka...
Kisah kita berakhir..
Tak ada lagi yang menganggu saya,
Yang selalu membawakan makan,
Yang sering maksa kalau ngajak jalan,
Yang suka ngilang kalau chat,
Yang suka memblokir akun,
Yang suka gak peka kalau saya ngambek,
Terimakasih telah menyadarkan saya bahwa pentingnya arti sebuah pengorbanan dan kasih sayang tulus itu seperti apa.
Singgahmu sejenak, lukamu abadi.
Degh..
Aliran darah Salma seolah berdesir kuat. Atsmosfer di sekelilingnya seakan menipis berubah seperti ruangan hampa.
"Woy Salma!"
"E--eh?"
"Ngelamu kan? Udah yuk balik," ajak Fitri.
Salma masih menatap tak percaya ke arah mading sekolah.
"Ayok, Sal."
Sepanjang perjalanan, Salma terus terfikirkan dengan  tulisan yang tadi terpasang di Mading Sekolah.
"Lo kenapa gak mau masuk Sastra aja sih? Ada gue lho."
Gery menggeleng, tangannya melempar jauh batu kerikil ke Tengah Lautan, "Anak Sastra itu ribet," jeda sejenak, kemudian lelaki itu menatap Salma teduh, "Terlalu bucin soalnya."
"Enak aja. Gak lah, lo cuma lihat dari apa yang mereka tulis aja, bukan apa yang mereka rasain."
"Terus, lo kenapa gak masuk Sastra sendiri aja?" tanya Gery.
Salma nampak berfikir sejenak, sembari membersihkan sisa-sisa pasir yang menempel pada baju pantai miliknya, "Gak ada lo."
"Astaga Salma, lo dari tadi ngelamun? Pantesan gue berasa ngomong sendirian."
"Sorry sorry  Fit. Udah sampai ruangan Bu Mila, ya?"
"Iya buruan sana! Gue balik dulu gak papa kan? Udah di jemput soalnya," kata Fitri.
Salma mengangguk santai, "Gak papa. Lusa jangan lupa kita diskusi dirumah!"
"Oughey siap!"
Perlahan, Salma memutar knop pintu ruangan Bu Mila, ia akan bertanya sesuatu.
"Permisi Bu, saya mau mengumpulkan tugas Puisi kelas 10 MIPA 3."
Bu Mila mendongak, kacamatanya otomatis kendur beberapa centi, "Kenapa lama?"
"Maaf, Bu. Tadi, jam pelajaran Pak Adi gak boleh ijin soalnya," jawab Salma.
Bu Mila mengangguk tanda mengerti, "Yaudah, kamu letakkan disitu saja."
"Oh iya Bu, saya mau tanya. Note di Mading Sekolah itu dari kelas berapa ya, Bu?"
Bu Mila mendongak, tangannya bergerak membenarkan kacamatanya yang kembali berubah posisi dari tempat semula.
"Kelas X MIPA 2, kenapa? Bagus kan? Itu materi kutipan, kelasmu baru minggu depan akan belajar materi itu," jelas Bu Mila.
"Ehehehe iya, Bu. Kalau begitu saya pamit dulu ya, Bu. Assalamualaikum."
"Wa alaikumussalam."
MIPA 2?
Siapa?
****
Sudah 15 menit lamanya Salma berguman tak karuan. 20 menit yang lalu, abangnya pamit pulang dahulu. Katanya, disuruh jemput Mama dari kantor karna mobil mamanya tiba-tiba mogok. Disinilah dia sekarang, duduk sendirian Di Halte SMA Cempaka.
"Bang Varo mana sih?" keluhnya.
Salma malas menunggu,  lebih tepatnya ia tak suka yang namanya menunggu. Pemborosan waktu, tenaga, dan energi untuk sesuatu yang tak pasti. Salma sempat berfikiran untuk naik angkutan umum saja, atau mungkin taksi online? Daripada, menunggu abangnya yang entah kapan datang?
"Lo jaga sebelah sana, Do!"
"Rantainya masih lo bawa kan?"
Samar-samar Salma bisa mendegar suara seseorang. Bola matanya memicing kearah Baratdaya sekolahan. Banyak sekali anak SMA, dan seragam merekapun seperti seragam anak Cempaka. Bukannya seharusnya mereka sudah pulang?
Salma mulai mendekat ke Arah Samping Gerbang Sekolah. Rasa penasarannya semakin memuncak saat melihat ada mobil Milik Gery yang masih terparkir manis di dekat gerbang sekolah.
"Salma? Lo ngapain disitu? Ger, ada Salma!" teriak Ghibran panik. Gery yang sedang menghajar habis-habisan anak Starland di depannya terpaksa berhenti dan menoleh cepat kearah Ghibran. Bola mata Gery membulat sempurna, "Sal, minggir!"
Brak__
"Gery!" pekik Salma histeris. Arkan mendekat, dan langsung membantai habis-habisan lelaki yang melempari Gery dengan batu, hingga hampir membocorkan jidat lelaki itu.
"Bawa Gery ke Mobil, Sal!" perintah Arkan yang masih kalut dengan musuhnya.
Salma yang masih terbawa rasa panik, langsung membantu Gery berjalan ke arah mobilnya.
"Kuncinya mana?"
"Biar gue aja yang bawa mobilnya Sal."
Bola mata Salma melotot tak percaya, "Lo ngelawak? Gak! Gue gak mau mati muda. Cepet, mana kuncinya," bantah Salma.
"Emang lo bisa bawa mobil?"
Pergerakan Salma yang sedang memasukkan kunci mobil  terhenti. Gadis itu menatap cepat ke arah Gery, "Lo ngeremehin gue?"
Gery menggalang, "Yaudah. Tapi jangan langsung kerumah, gue--"
"Terus mau kemana? Kuburan? Rumah sakit? Apartemen? Gak!" tolak Salma mentah-mentah.
Gery hanya bisa pasrah. Ia hanya tak mau membuat mamanya bertanya panjang lebar dan berujung membahas soal Salma lagi.
Tak sampai 20 menit, mobil yang di bawa Salma akhirnya sampai di pelataran rumah milik orang tua Gery.
Barusaja Salma hendak menekan bel rumah, Nathalia--mama Gery sudah lebih dahulu membuka pintu.
"Ya ampun Gery. Ini kenapa? Bawa masuk, Sal! Ya tuhan. Salma tante minta tolong ambilkan kotak obat ya," pinta Nathalia panik.
Salma mengangguk, tak perlu dikasih tahu  dimana letak kotak obatnya, karna tanpa itu, Salmapun masih hafal dengan setiap sudut rumah ini.
2 menit kemudian, Salma sudah kembali dengan membawa beberapa perlengkapan P3K ditangannya. Ia mendapati tante Nathalia yang sedang sibuk dengan ponselnya sembari menatap gusar Gery.
"Nah, Salma tante boleh minta tolong? Tante ada meeting dadakan sekarang. Kamu bisa tolong jagain Gery sebentar?" Salma mematung ditempat. Entah dorongan dari mana, ia tiba-tiba saja mengangguk.
"Terimakasih ya nak. Gery, mama tunggu penjelasan kamu nanti malam."
Suasana tiba-tiba berubah canggung, "Lo mau berdiri terus?"
"Biar gue obatin. Ngapain lo tawuran lagi sih Ger? Biar dicap jagoan? Semua masalah gak harus diselesaikan sama yang namanya kekerasan Ger!"
"Bahkan lo gak mau dengerin penjelasan gue dulu," potong Gery cepat.
"Sama aja Ger. Dari dulu, lo cuma banyak alasan buat jelasin satu masalah --"
"Apa kita harus  berantem dulu biar bisa ngobrol Sal? Apa kalau udahan itu wajib jadi musuh?"
Salma terdiam, "M-maksutnya?"
"Gue rindu Sal. Gue rindu sama semuanya, semenjak saat itu, lo bener-bener jauh dari gue. Kita kayak orang asing, gue pengen kita deket kaya dulu lagi. Sekalipun cuma sebatas teman."
Salma menarik nafasnya lelah, "Enggak segampang yang lo kira, Ger."
"Kenapa Sal? Apa yang difikiran lo? Kenapa seolah-olah gak cuma hubungan kita yang berakhir? Tapi kita kaya dua insan yang gak pernah saling kenal? Gue yakin kita bisa Sal." Gery memelankan suaranya di akhir kalimat.
Klakson mobil berbunyi dari luar. Salma hafal, itu suara mobil kakaknya, "Gue balik dulu Ger. Sorry."
Tubuh Gery melemas, "Dan satu lagi, gue yakin kok, lo bisa bahagia sama cewek lain," kata Salma sebelum menghilang dibalik pintu.
Itu yang lo mau Sal? Oke, gue bakal buktiin.
"Tumben kesini?" tanya Alvaro.
"Problem dikit. Udah, yuk balik."
Tbc.
Yogyakarta 3 April 2021
Puputtri_

Comentário do Livro (78)

  • avatar
    MulyaniSRI

    bagus

    4d

      0
  • avatar
    MuzzamirMuzzamir

    Oky

    25d

      0
  • avatar
    Andes Rabbal Kurnia

    anjay

    15/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes