logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 3

"Baiklah, A Roo akan coba mencari tau dan bertanya pada Ayah," jawab Lim A Roo setelah 15 menit berdiskusi.
"Iya, tolong ya A Roo. Perasaanku mengatakan ada hal aneh tentang tanaman obat itu," ujar Li Soon Sae.
"Iya Kak Shin, A Roo pasti bantu," balas Lim A Roo.
"Terima kasih ya, kamu ini kelewat baik daripada orang itu tuh. Lihat saja gayanya yang sok, beneran minta dihajar tuh orang," tutur Lee Rui Yoo berterima kasih.
A Roo hanya tersenyum menanggapi perkataan Lee Rui Yoo terhadap kakaknya, bagaimanapun Lim A Raa dia tetap kakak satu-satunya Lim A Roo yang ia sayang.
"Oh ya A Roo, bagaimana kuliahmu? lancar bukan?" tanya Sae Ah Gu.
"Lancar Kak Lee," jawab Lim A Roo.
Hanya pada Sae Ah Gu A Roo memanggilnya dengan marga keluarga, entah kenapa ia merasa harus memanggilnya dengan nama depan Sae Ah Gu.
Sae Ah Gu sendiri tidak begitu memikirkannya kalau A Roo memanggilnya dengan panggilan Kak Lee, mengingat A Roo selalu memanggil teman lainnya dengan nama mereka.
"Kau ini sudah semester berapa A Roo?" tanya Eun Na Gun menyadari kalau hanya Lim A Roo yang masih kuliah diantara mereka.
"Baru semester 4 Kak Joon, masih lama lulusnya... Hee," jawab Lim A Roo tersenyum.
"Jangan terlalu sering mengambil Job manggung, tetap prioritaskan belajarmu," tutur Eun Na Gun.
"Iya, siap Kak Joon." Sahut Lim A Roo.
Seperti yang sudah sudah, saat para pria tampan ini berkumpul mereka pasti saling membahas masing - masing dari mereka.
Bagaimana sibuknya Sae Ah Gu dalam pekerjaan, karier Lee Rui Yoo yang semakin meningkat, popularitas duo kakak beradik, banyaknya cabang restoran dan kafe Eun Na Gun yang semakin meluas, suka duka Li Soon Sae sebagai Dokter tampan yang menjadi idola kaum milenial hingga kinerja dan persaingan Rama di dunia mafia.
Mereka membahas semua itu dengan perasaan senang, karena dengan berkumpul seperti ini sedikit menghilangkan beban pekerjaan yang cukup menguras tenaga dan pikiran mereka, kecuali Lim A Raa yang asyik sendiri duduk di sudut sofa memainkan game.
Sae Ah Gu sendiri juga menyukai permainan game, akan tetapi saat berkumpul seperti ini dia mengesampingkan hal itu.
Jika saja ada pelanggan lain yang datang ke bar itu, sudah pasti mereka akan heboh melihat ketujuh tuan muda yang tampan dan sangat berkharisma.
Untungnya Eun Na Gun selalu mengosongkan satu bar miliknya untuk dijadikan markas mereka saat akan melakukan diskusi.
"Aaaaa, Lee Rui Yoo disini. Ada duo penyanyi tampan juga yaitu Lim A Raa dan Lim A Roo, aaaaa," teriak orang-orang yang selalu menyebut diri mereka sebagai k-lovers, itulah bayangan dalam benak Eun Na Gun.
Belum lagi kalau penggemar Sae Ah Gu yang selalu memantau kegiatan CEO tampan itu dan juga para pasien Li Soon Sae yang selalu menjadi sakit saat melihatnya, bisa bisa mereka malah minta di periksa disini.
Itulah alasan Eun Na Gun mengosongkan satu bar miliknya seperti ini, apalagi kalau sampai salah satu dari pelanggan lainnya mengenali Rama dan mereka sempat terlibat dalam persaingan geng, bisa kacau dan berantakan usahanya nanti.
"Tidak bisa, tidak bisa. Mau tidak mau aku harus mengosongkan satu tempat untuk mereka," batin Na Gun, pikirannya kacau balau setelah membayangkan semua itu.
Drrrtt..Getar ponsel milik Sae Ah Gu sejenak mengalihkannya, melirik sebentar nama yang tertera di ponselnya, Asisten Yan memanggil.
"Permisi sebentar," tutur Sae Ah Gu sebelum mengangkat telfon.
"Ya, ada apa?" tanyanya pada Asisten Yan.
" … "
"Oke oke, aku kesana sekarang," jawabnya sebelum akhirnya menutup panggilan telfon.
"Ada apa?"
"Ada apa?"
"Ada apa?" tanya Rama, Na Gun dan Soon Sae bersamaan.
"Aku pergi duluan, ada urusan. Besok kita bahas lagi," pamit Sae Ah Gu buru-buru.
Ketiga teman yang menanyakannya tadi hanya mengangguk, melihat tingkah Sae Ah Gu yang begitu terburu-buru.
"Bae Yang, bagaimana?" begitulah panggilan Sae Ah Gu pada Asistennya.
Sae Ah Gu meninggalkan pertemuan dengan keenam temannya karena terjadi masalah yang cukup serius dimana ia sendiri yang harus menyelesaikannya.
"Mereka semua ada di ruang rapat," jawab Asisten Yan.
Terdengar suara bising dari dalam ruang rapat, entah apa yang membuat mereka semua berkumpul disini. Sae Ah Gu harus segera menyelesaikan masalahnya hari ini juga.
Sesaat Sae Ah Gu memasuki ruangan, semua orang tampak bersikukuh dengan argumennya. Namun seketika senyap saat melihat CEO LeeJoon Group hadir dalam rapat.
"CEO, anda disini," tutur lelaki paruh baya dalam perasaan gemetar.
Jujur saja, meskipun para pemegang saham kebanyakan lelaki yang berusia lebih tua dari Sae Ah Gu namun mereka semua merasa segan, takut dan menghormati Sae Ah Gu.
Pengaruhnya yang kuat, kecerdasan dan ketegasan Sae Ah Gu dalam memimpin sebuah perusahaan memang patut diacungkan jempol. Pasalnya ia tak segan bertindak tegas, keras dan tak kenal ampun terhadap siapa saja baik itu kawan maupun lawan.
Tahun lalu saat terjadi masalah mengenai tender yang diikuti oleh Sae Ah Gu ternyata ada pihak yang ingin menyabotase hasil tender dengan cara mendiskualifikasi LeeJoon Group.
Sehingga Sae Ah Gu tidak lagi mempunyai kesempatan untuk memenangkan tender. Namun ia berpikir dengan tenang dan matang menyelidiki sampai ke akar siapa dalang dibalik ini semua.
Sae Ah Gu menemukan titik celah dimana lawan tersebut mempunyai sedikit kelemahan yang sangat menguntungkan LeeJoon Group.
Tanpa kenal ampun ia membuat kelemahan lawannya menjadi titik utama hancurnya perusahaan mereka, Sae Ah Gu memastikan bahwa perusahaan tersebut benar benar bangkrut tanpa sanggup berdiri lagi.
"Mengapa kalian semua berkumpul disini?" ucap Sae Ah Gu dengan tegas duduk di kursi utama, diikuti oleh Asisten Yan.
"Begini, Ah Gu," jawab salah satu dari mereka.
"Berani sekali menyebut nama CEO LeeJoon Group seperti itu, siapa dirimu hingga berani memanggilku dengan nama itu?" bentak Sae Ah Gu dengan lantang.
"Ma-maaf CEO Lee, saya adalah paman dari saudara ibu anda CEO," jawab lelaki yang terlihat lebih muda dibanding pemegang saham lainnya.
"Bahkan Ayahku pun yang seorang Presdir, beliau memanggilku dengan nama CEO Lee saat di kantor. Keluar dari sini, kau tidak berhak mengikuti rapat." Lelaki paruh baya itu membuat Sae Ah Gu geram, hingga mengusirnya dari ruang rapat bahkan sebelum rapat dimulai.
Dengan ekspresi menahan marah dan malu, lelaki paruh baya yang menyebut dirinya sebagai paman dari saudara Ibu Sae Ah Gu keluar ruangan.
"Awas kamu Sae Ah Gu, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu karena telah menghinaku seperti ini," gertak lelaki itu dalam hati.
Semua para pemilik saham dibuat takut oleh sikap dan tindakan Sae Ah Gu, pasalnya bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi.
Mereka yang merasa masih keluarga Sae Ah bertindak seenak dan semau mereka, bahkan ada diantara mereka yang berani menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang mereka untuk kepentingan pribadi.
"Maaf CEO Lee, kami semua berkumpul disini karena ingin memastikan dan membahas rumor yang beredar beberapa hari ini." Salah satu pemegang saham yang terlihat lebih tua dan senior karena rambut putih di kepalanya membuka suara.
"Rumor? Mengenai apa?" Telisik Sae Ah Gu.
"Mengenai hadirnya Prof.Han Ji Moon di LeeJoon Hospital, rumor itu mengatakan kalau Prof.Han sedang meneliti tanaman obat yang menyebabkan terjadinya penyakit aneh," tutur lelaki tua berambut putih tadi.
"Bagaimana bisa rumor itu sudah menyebar? Bahkan sampai ke telinga para pemegang saham. Dampak buruk akan melanda perusahaan ini kalau masalah ini terus berlanjut," batin Sae Ah Gu berkecamuk.

Comentário do Livro (88)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    KhoirurRizki

    𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜

    29/07

      0
  • avatar
    Viina Siagian

    keren banget ceritanya

    22/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes