logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 3 Misteri

Daniel yang kemudian melihat mereka sedang melakukan sebuah upacara membuatnya penasaran dan memperhatikannya dalam waktu yang lumayan lama. Di sana ada sekitar 10 orang bersama dengan pria yang terlihat seperti tetua mereka. Di sana memang pemandangannya sangat indah. Beberapa pepohonan menjadi hiasan yang sangat memanjakan mata. Setelah dirinya bersama dengan temannya itu sampai di puncak, akhirnya dirinya mencoba untuk melakukan meditasi sebentar. Kali ini Daniel duduk dan melakukan meditasi tersebut sambil merasakan sensasi alam yang menyegarkan. Tidak lama kemudian, sialnya hujan turun dan mereka berdua yang masih berada di puncak gunung merasa panik dan kemudian membuat tenda mereka kebanjiran. Perkiraan cuaca sebelumnya tidak akan turun hujan. Tapi ternyata semua berubah dengan cepat. mereka berdua kini menerima kesialan mereka dan berdiam di dalam tenda dengan badan yang sudah basah oleh air hujan. Hari berlalu dengan lama. Biasanya selalu terasa cepat tapi kali ini sedikit berbeda dan itu membuat mereka berdua merasa frustrasi dengan kejadian tersebut. Selama 2 jama lamanya, hujan akhirnya berhenti dan mereka berdua kini membersihkan tenda dan berniat untuk kembali ke bawah. Karena hujan yang turun deras membuat mereka berdua kesulitan untuk turun dari gunung tersebut. Dengan hati-hati mereka mulai turun. Kabut menyelimuti jalan dam membuat mereka berdua sedikit kesulitan.
Ketika Daniel ikut turun, dirinya kemudian melihat sesuatu di gunung tersebut. Di balik kabut yang tebal terlihat seperti sosok manusia dan itu berwarna gelap. Daniel mencoba memberitahukan kepada temannya tentang apa yang baru saja di lihat olehnya. Tiba-tiba, dirinya yang sedang fokus melewati jalanan curam itu tepat di bawah kaki gunung, Daniel terpeleset hingga dirinya terjatuh karena begitu licin. Temannya yang melihat Daniel tergeletak di tanah dengan cepat dirinya kemudian membantunya.
“Kau tidak apa-apa?” ucap teman Daniel dengan wajah yang terlihat khawatir.
“Ah, sial. Tubuhku sakit sekali.”
Melihat Daniel yang terlihat sengsara, temannya itu pun berteriak dan kemudian meminta bantuan. Untungnya mereka membawa sebuah walkie talkie dan menghubungi penjaga gunung. Di saat yang bersamaan tepatnya di sebuah pos penjaga gunung, mereka menerima panggilan suara dari temannya Daniel dan dengan cepat pergi ke lokasi mereka berdua. Daniel yang terduduk dengan keadaan mengenaskan itu membuat temannya merasa semakin cemas. Tanah yang mereka lalui sangat licin hingga menyebabkan Daniel terjatuh dan saat itu lah tim penyelamat datang menghampiri mereka berdua. Daniel langsung di bawa oleh mereka begitu juga dengan temannya itu. sesampainya di sebuah pos akhirnya mereka memanggil ambulan dan kemudian membawa Daniel yang terluka dan juga temannya itu ke rumah sakit. 30 menit menuju ke rumah sakit. Di dalam perjalanan, Daniel sempat mengobrol dengan temannya itu kemudian dalam kepalanya terlintas apa yang ingin di katakan olehnya sebelumnya. Namun, Daniel merasa ini bukanlah waktu yang tepat dan juga dirinya sedang di bawa ke pusat medis untuk mendapatkan perawatan karena tubuhnya memang terasa sakit sekali. gunung yang merupakan tempat terbaik bagi wisatawan untuk melakukan pendakian rupanya tidak selamanya berjalan dengan mulus seperti kehidupan ini. Salah satu tim medis tersebut memberikan pertolongan pertama sehingga dirinya tidak terlalu sakit. Kali ini Daniel menyesali keputusannya yang mengharuskan mendaki di berbagai cuaca. Kejadian ini membuatnya merasa begitu traumatik.
Di saat yang bersamaan, tepatnya di sebuah tempat yang merupakan tempat Rebecca bekerja paruh waktu. Setelah selesai dengan pembelajaran di kampus, dirinya selalu bekerja di sebuah toko roti dan menjadi salah satu pekerjanya. Rebecca dengan semangat mengawali harinya dan kemudian dirinya teringat akan tugas yang harus di kerjakan dalam minggu ini. Ketika dirinya yang sedang bekerja itu, tiba-tiba saja, dirinya merasa ada sesuatu yang membuatnya terganggu. Setiap kali dirinya pulang dan pergi rupanya di jalan yang di laluinya sebelumnya selalu saja terlihat seorang anak kecil yang sedang berdiri di depan toko mainan tersebut. Rebecca mulai kepikiran akan hal tersebut dan setelah selesai bekerja, dirinya kemudian melewati tempat tersebut dan di sana dirinya melihat anak kecil tersebut sedang berdiri di sana. Dengan cepat Rebecca pergi ke arahnya dan kemudian menanyakan sesuatu kepada anak tersebut.
“Hey, masih belum pulang?” ucap Rebecca.
“Hai. Iya.”
“Ibumu pasti menanyakanmu jadi cepat pulang sana.”
“Itu...”
“Kenapa? Apa terjadi sesuatu?”
Rebecca yang sedang berbicara bersama anak kecil tersebut kemudian dirinya di lihat oleh banyak orang yang melewati tempat tersebut dan mereka yang melihat terlihat aneh dengan apa yang sedang di lakukan oleh dirinya itu. Rebecca yang menyadari akan lirikan orang-orang membuatnya seketika melihat ke arah mereka dan benar saja, mereka sedang memperhatikan dirinya. Rebecca kemudian melihat kemungkinan ada yang salah dengan dirinya dan bertanya kepada anak perempuan yang ada di depannya itu.
“Apa ada sesuatu yang aneh denganku?” tanya Rebecca kepada anak kecil tersebut.
Rupanya anak itu hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian dirinya menatap lagi ke arah toko mainan yang ada di depannya. Rebecca kemudian mendatangi toko tersebut karena penasaran. Ketika dirinya memasuki toko tersebut, di sana, banyak sekali mainan anak-anak salah satunya yang menarik perhatiannya adalah sebuah boneka beruang berwarna pink. Rebecca yang menyukai warna pink kemudian mendekat dan memegang boneka tersebut. Ketika dirinya sedang melihat-lihat, tiba-tiba penjaga toko tersebut kemudian menghampirinya dan di sana dirinya di tawari sesuatu.
“Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya penjaga toko kepada Rebecca.
“Ah, ini...”
“Oh, boneka itu memang cocok sekali sebagai hadiah. Jadi apakah anda akan memilih yang itu atau yang sebelah sini?” ucap penjaga toko tersebut sambil memperlihatkan boneka yang berwarna cokelat.
“Tunggu dulu, aku ingin memikirkannya dulu.”
“Silahkan.”
“Sepertinya saya akan memilih yang ini saja,” ucap Rebecca yang menunjuk ke arah boneka warna pink.
“Hanya ini saja?”
“Benar.”
“Okay.”
Rebecca kemudian membayarnya dan setelah itu dirinya keluar dari toko. Ketika dirinya hendak memberikan boneka tersebut kepada anak perempuan yang dari tadi berdiri di depan toko itu, tapi tidak tahu kemana anak itu tidak ada di sana. Rebecca yang kebingungan dan juga lupa menanyakan namanya itu membuatnya memutuskan akan pulang saja ke rumah. Dengan cepat dirinya meninggalkan tempat tersebut dan berjalan pulang ke rumahnya.
‘Aneh sekali. kenapa anak itu pergi? Padahal aku ingin memberikan hadiah padanya dan lagi aku lupa menanyakan namanya. Bodoh-bodoh,’ batin Rebecca.
Dirinya kemudian sampai di depan rumahnya. Di sana, dirinya memasuki rumahnya dan kemudian meletakan semua barangnya di tempatnya. Rebecca juga meletakan boneka tersebut di meja. Setelah dirinya selesai berganti pakaian, akhirnya memutuskan untuk menonton siaran berita hari ini. Rebecca menikmati acaranya sambil memakan cemilan. Di tempat yang berbeda, tepatnya di sebuah kediaman seorang wanita muda. Di sana, dirinya tinggal seorang diri karena merupakan anak rantau. Tempat yang terlihat indah dengan rumahnya yang menghadap ke arah matahari terbenam. Wanita tersebut bernama Sena. Dirinya merupakan seorang pekerja kantoran yang bekerja di perusahaan percetakan. Kehidupannya yang tidak lepas dari kesibukan membuat dirinya merasa tertekan dan sering kali berhalusinasi. Saat ini, Sena sudah pulang dan kemudian dirinya memasuki rumah barunya itu. awalnya dirinya tinggal di sebuah apartemen. Namun, karena tempat kerjanya sudah berpindah sehingga rumahnya juga harus pindah. Di sini rumah yang sudah lama di tinggali oleh seseorang dan di jual kepadanya membuatnya merasa akan nyaman karena kondisinya yang terawat.
Sena yang kelelahan itu kemudian mandi di kamar mandinya sambil menyanyikan sebuah lagu. Ketika dirinya sedang mandi, tiba-tiba saja terdengar bunyi dari arah pintu kamar gudang. Awalnya dirinya hanya menganggap itu hanya salah dengar dan suara tersebut semakin lama semakin nyaring dan membuatnya kesal.
“Astaga apa itu,” gumam Sena dengan kesal.
Begitu selesai mandi, Sena mendengar lagi bunyi. Namun, kali ini adalah buyi bel rumahnya. Dengan perlahan dirinya mebuka pintu rumahnya setelah dirinya selesai berpakaian rapi. Di depan rumahnya ada tamu. Sena kemudian mempersilahkannya masuk dan orang itu tidak lain adalah teman kerjanya yang bernama Loli. Mereka berdua kemudian duduk di ruang tengah dan menikmati makanan yang di beli oleh Sena. Mereka bedua tertawa dan kemudian menghabiskan waktu di rumah itu dengan bermain dan bercanda layaknya teman pada umumnya. Karena hari sudah larut malam, Loli akhirnya menginap di rumahnya itu.
“Kau tinggal di sini sendiriankan?” tanya Loli kepada Sena dnegan wajah yang penasaran.
“Iya, aku tinggal di sini seorang diri. Apa kau berniat menginap tiap hari? Jangan khawatir, pintu akan selalu terbuka.”
“Jika kau mengijinkannya tentu saja.”
“Oh iya, kau juga sudah lama tinggal di rumah bibimu kan? Apa kau tidak berniat untuk membeli atau menyewa rumah sendiri?”
“Tidak. Aku nyaman di sana. Lagi pula akan merepotkan jika bibiku mengetahui kalau aku ingin tinggal sendiri.”
“Seperti itu ya. Sulit juga.”
“Benar.”
Perbincangan mereka berlangsung singkat dan kemudian pergi tidur. Sena yang saat itu masih belum tidur, dirinya melihat Loli yang terdiam memandangi jendela. Dirinya merasa heran dan kemudian menyapanya. Loli tidak menjawab apa-apa dan Sena kemudian pergi ke kamarnya untuk tidur. Ke esokan paginya, mereka berdua berangkat kerja bersama. Tempat kerja mereka juga sama dan kemudian pergi meninggalkan rumah. Beberapa orang berkata bahwa anak itu cukup pemberani. Ucapan yang di katakan oleh tetangganya itu tidak pernah di tanggapi dan berpikir itu hanya sebuah ungkapan untuk seeorang perempuan yang berani tinggal sendirian jauh dari keluarganya. Kali ini Sena bersama dengan Loli berada di sebuah restoran dan dirinya bertanya kepada Loli mengenai tadi malam dirinya melihat Loli menatap ke arah jendela dan mengabaikan pertanyaan darinya. Loli dengan bingung kemudian mengatakan sesuatu.
“Apa? tadi malam?” ucap Loli dengan wajah yang bingung.
“Iya, apa yang kau lakukan? Kau tidak menjawabku.”
“Kurasa aku mengatakannya sendiri kalau aku akan tidur.”
“Apa?”
‘Lalu, yang tadi malam menatap jendela itu siapa?’ batin Sena

Comentário do Livro (34)

  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    Sakit sihir

    02/07

      0
  • avatar
    Yanii Yanii

    Rebecca

    24/05

      0
  • avatar
    OriHansss

    mantap seru

    09/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes