logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 2 Indera ke Enam

Rebecca kemudian di buat bingung oleh orang yang ada di hadapannya itu. Rupanya dari tadi Julian sama sekali tidak mengikutinya dan justu pergi ke tempat yang berlawanan dengan dirinya. Di saat itulah dirinya sadar dan kemudian pergi dari sana dengan berlari. Julian yang melihat Rebecca seperti itu membuatnya merasa heran dan kemudian Julian melihat ke arah sekitar dan di sana tidak ada apa-pun. Rebecca yang perlari ke lantar bawah tidak lama kemudian dirinya terpeleset ketika sudah menuruni tangga. Kakinya terasa sakit dan sedikit memar. Lagi-lagi ketika dirinya sedang sendirian, Rebecca melihat sosok bayangan yang ada di hadapannya. Dengan menutupkan matanya, Rebecca kemudian mencoba untuk berdiri dan pergi dari sana secepat mungkin. Rebecca yang berlari dengan nafas terengah-engah membuatnya menyerah dan kemudian duduk untuk sesaat. Salah satu temannya yang melihat Rebecca seperti itu kemudian menyapanya dan dengan terkejut Rebecca melihat temannya itu.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya temannya itu
“Kau?”
“Hey, kenapa melihatku seperti itu?”
“Ah, tidak ini hanya dugaanku saja. Apa yang kau lakukan di sini?”
“Astaga baru saja aku bertanya seperti itu padamu.”
“Oh iya, kau sekarang mu kemana?”
“Pergi ke laboratorium.”
“Aku ikut.”
“Eh?”
“Ayolah. Ku bilang aku ikut denganmu.”
“Baiklah. Kau ini aneh sekali. memangnya ada apa?”
“Tidak ada apa-apa. sungguh.”
“Yasudah.”
Mereka berdua kemudian pergi ke laboratorium bersama. Tepat di depan laboratorium, mereka berdua kemudian memasukinya dan langsung bergabung dengan mereka yang ada di dalam. 3 jam berlalu, akhirnya Rebecca bisa pulang. Dalam perjalanan pulang, Rebecca kemudian menaiki bus. Begitu bus sudah datang dan dirinya dengan cepat menaikinya. Kali ini di dalam bus sangat ramai sehingga dirinya merasa aman. Beberapa saat kemudian, dirinya sudah sampai di depan rumahnya. Kali ini Rebecaa harus berjalan menuju ke rumahnya melewati lorong apartemen dan melewati lift. Ketika dirinya hendak menaiki lift, tiba-tiba saja di kejutkan dengan sosok seseorang yang ada di dalam lift tersebut sehingga membuat dirinya pinsan. Salah satu penghuni apartemen yang hendak naik ke lantas atas kemudian menemukan Rebecca yang tergeletak di lantai membuatnya seketika memanggil bantuan. Beberapa saat kemudian, Rebecca mulai sadar dan kali ini dirinya berada di sebuah rumah sakit. Dengan kebingungan dirinya kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan kemudian pergi. Sayangnya sudah larut malam. Rebecca yang kemudian pergi dengan menaiki taxi. Tepat di dalam rumahnya, dirinya sungguh ketakutan dengan berbagai penampakan yang muncul di hadapannya itu. Meski tidak terlalu sering, itu sudah cukup untuk membuatnya merasa ketakutan hingga ingin mati. Kehidupan Rebecca yang di penuhi dengan rasa takut membuat dirinya perlahan menjadi orang yang tertutup dan bahkan dirinya sering kali berada di keramaian namun tidak pernah merasakan kedamaian. Di dalam dirinya masih tersimpan rasa takut yang luar biasa dan itu membuatnya menjadi seperti ini.
Kali ini Daniel yang berada di rumahnya kemudian pergi dari kamar tidurnya dan menuju ke dapur untuk mengambil air. Setelahnya dirinya kembali ke kamarnya dan mulai mengerjakan tugasnya lagi. Di saat yang bersamaan pula, dirinya mulai merasa tidak tenang dan kepalanya hampir pecah. Semua pekerjaannya itu membuatnya sangat menderita dan kemudian dirinya meminum obat penenang untuk mencoba tidur nyenyak. Ke esokan harinya, Daniel kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan pergi untuk bersiap mengawali paginya. Di saat itu lah dirinya harus pergi ke tempat kerja paruh waktunya. Karena kebetulan hari ini adalah hari minggu sehingga dirinya merasa bebas melakukan apa pun. Daniel yang bekerja di sebuah Cafe yang tidak jauh dari rumahnya dengan perlahan dirinya memasuki tempat kerja dan kemudian melakukan pekerjaannya itu. beberapa jam kemudian, dirinya pergi dari sana dan hendak menemui seseorang. Daniel yang merasa bahwa kehidupannya penuh dengan penyesalan membuat dirinya tidak menikmati hidup. Kali ini dirinya pergi ke rumah salah satu temannya yang sudah lama tidak bertemu. Sesampainya di sebuah tempat yang berada di kaki gunung, dirinya kemudian bertemu dengannya yang sedang berada di sana.
“Oh, kau Daniel,” ucap temannya itu dan kemudian mendatanginya.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Daniel
“Aku baik-baik saja. Bahkan sangat baik. lalu kau? Apa kau tidak sedang baik-baik saja?”
“Ah, terlihat jelas rupanya.”
“Benar, kau terlihat seperti sedang frustrasi. Apa yang terjadi?”
“Aku hanya sedang berada di fase menyedihkan. Itu saja.”
“Kalau begitu nikmati saja.”
“Kau gila!”
“Maksudnya kau perlu menghadapinya. Tidak perlu terlihat menyedihkan seperti ini. Oh iya, kau mau teh hijau?”
“Iya. Bawakan saja.”
“Oke.”
“Ini,” ucap temannya Daniel yang membawakan segelas teh hijau ke hadapannya
“Terimakasih.”
“Kau tidak akan pernah berubah ya. Masih sama seperti dahulu.”
“Memangnya apa yang kau harapkan dariku? Konyol sekali.”
“Tidak. Lebih tepatnya.”
“Dasar kau ini. Oh iya, apa kau tidak berniat pergi ke pusat kota? Kau tahu tempat ini jauh sekali dengan peradaban.”
“Tidak masalah. Aku lebih menyukai di sini.”
“Sungguh?”
“Ya. Di sini aku tidak stres.”
“Terserah kau saja.”
“Kau datang kemari sendirian?”
“Ya. Memangnya bersama siapa lagi?”
“Ku pikir kau akan mengajak seseorang. Tapi kurasa itu mustahil,” ucap temannya dengan nada meledek.
“Menyebalkan saja.”
Mereka berdua terus berbincang sampai tidak terasa waktu sudah mulai sore. Pemandangan yang indah di sini terlihat jelas. Di mana langit yang berubah menjadi warna orange memberikan nuansa menakjubkan. Daniel memutuskan untuk menginap di rumah temannya itu. Di sana, mereka melakukan BBQ pada malam hari bersama dengan keluarganya. Daniel yang stres kemudian merasa jauh lebih baik dan saat ini dirinya sedang berada di depan pemanggang dan memanggang daging. Di tempat yang berbeda tepatnya di kediaman Rebecca. Di sana dirinya mencoba untuk tetap tenang walau itu sebenarnya menakutkan. Adik laki-laki Rebecca yang bernama Raimond kemudian datang ke kamarnya dan mengetuk pintunya.
“Kak, cepat turun. Makan malam sudah siap,” ucap adiknya
“Iya.”
Dengan cepat Rebecca pergi dari kamarnya dan menuju ke ruang makan. Di sana benar saja makanan sudah siap dan mereka berempat kemudian makan malam bersama. Ibunya Rebecca memperhatikan gerak gerik Rebecca yang terlihat aneh dan itu mengganggunya. Begitu juga dengan adiknya yang merasa aneh akan tingkah kakak perempuannya itu. berbeda dengan ayahnya yang hanya terlihat tenang.
“Apa terjadi sesuatu?” tanya ibunya
“Iya?”
“Kau terlihat aneh. Apa ada sesuatu yang terjadi?”
“Ah tidak ada apa-apa.”
“Sungguh?”
“Tentu saja. Memangnya ada apa?”
“Kau terlihat aneh belakangan ini. Jika ada sesuatu katakan saja. Kau tidak seharusnya menyimpannya seorang diri.”
“Benar. kakak terlihat aneh, seperti melihat hantu saja,” ucap Raimond.
Rebecca yang mendengar perkataan Raimond, saat itu juga dirinya tersedak dan kemudian meminum air putih. Melihat reaksinya yang seperti itu, mereka kemudian membiarkannya saja. Setelah makan malam berakhir, Rebecca kemudian pergi ke kamarnya. Di dalam kamarnya dirinya mengurung diri di balik selimut berharap agar tidak melihatnya. Malam sudah mulai larut namun dirinya masih belum bisa tertidur meski sudah beberapa kali memejamkan matanya. Rebecca kemudian melihat sebuah forum di internet dan di sana tertulis mengenai pengusiran hantu. Rebecca kemudian memasuki forum tersebut. Dirinya yang selama ini menyimpan sesuatu membuatnya merasa tertekan akan hal tersebut. Di hari itu, tepatnya ketika dirinya masih kecil. Seorang wanita paruh baya memberikannya sesuatu ketika dirinya bersama dengan keluarganya pergi berlibur ke gunung. Di sana, seorang wanita paruh baya itu mendatangi Rebecca yang masih kecil. Dirinya dengan perlahan kemudian mendekatinya dan mereka mengobrol untuk waktu yang lumayan lama. Rebecca kemudian menerima hadiah darinya. Ingatan itu terus bermunculan ketika dirinya tertidur. Tidak lama kemudian, suara alarm membangunkannya dan rupanya hari sudah mulai pagi. Dengan cepat dirinya beranjak dari tempat tidur dan pergi mandi.
“Kau sudah bangun?” tanya ibunya
“Iya.”
“Cepat mandi sana. Sebelum Raimond.”
“Baiklah.”
Rebecca kemudian pergi mandi. Setelah semuanya selesai, dirinya kemudian bergegas untuk berangkat. Di perjalanan, dirinya bertemu dengan seorang gadis kecil yang dari tadi hanya terdiam sambil menatap di jalan. Rebecca kemudian mendekatinya dan mencoba untuk berbicara dengan gadis tersebut.
“Apa yang kau lakukan di sini? Pergi lah kau bisa menghalangi yang lewat” ucap Rebecca kepada gadis tersebut.
“Tidak mau.”
“Kenapa? Apa kau menunggu seseorang?”
Gadis itu kemudian mengangguk. Di jalan tepatnya di depan sebuah toko mainan. Gadis itu terlihat berdiri di sana sendirian. Wajahnya terlihat pucat tapi gadis tersebut terus tersenyum ramah kepada Rebecca dan mereka terus berbicara. Beberapa orang yang melewati jalan tersebut merasa heran dengan Rebecca yang dari tadi hanya berbicara sendirian. Mereka terus berbisik. Rebecca yang kemudian harus bergegas pergi kemudian berpamitan dengan gadis tersebut dan melambaikan tangan. Akhirnya Rebecca sampai di halte bus dan kemudian menaiki bus tersebut. Tepat ketika Rebecca menaiki bus tersebut, rupanya semua orang memenuhinya dan dirinya terpaksa harus berdiri. Beberapa menit kemudian, Rebecca turun dari bus tersebut dan kemudian dirinya pergi ke suatu tempat.
Di tempat yang berada di gunung. Daniel kali ini sedang menikmati pemandangan sambil pergi menaiki gunung bersama dengan temannya. Mereka berdua ke sana dan rupanya banyak orang yang juga datang. pemandangan yang terlihat indah membuatnya bersemangat dan akhirnya mereka sampai di puncak. Dari atas sana terbentang pemandagan yang indah dan kemudian merasa damai. Daniel mencoba untuk meditasi bersama dengan beberapa orang lainnya di sana.
“Ini menakjubkan,” ucap Daniel
“Kurasa kau datang liburan kemari bukanlah sebuah kutukan.”
“Memang aku datang kemari hanya untuk menyegarkan pikiranku.”
“Itu ide yang tidak buruk.”
“Ada apa dengan mereka itu? kenapa mereka ada di sana?” ucap Daniel sambil melihat beberapa orang yang terlihat berkumpul di sana dan melakukan sesuatu.
“Oh, mereka penjaga gunung ini.”
“Apa?”
“Mereka biasanya selalu melakukan upacara seperti itu demi menghormati alam.”
“Aneh sekali.”
“Memang. Wajar saja karena ini pertama kalinya kau melihatnya.”

Comentário do Livro (34)

  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    Sakit sihir

    02/07

      0
  • avatar
    Yanii Yanii

    Rebecca

    24/05

      0
  • avatar
    OriHansss

    mantap seru

    09/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes