logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 4. Will You Marry Me?

Menjadi Youtuber untuk konten kecantikan dan fashion kadang memiliki keuntungannya sendiri. Bukan karena banyaknya hasil monetisasi, tetapi karena tanpa terduga memperoleh hadiah-hadiah istimewa dari beberapa perusahan yang item-itemnya tidak sengaja dipromosikan. Seperti hari ini, Naura mendapat sebuah hadiah dari seorang desainer busana modern. Baru sebulan yang lalu ia me-review sebuah gaun pesta dari sang desainer muda tersebut.
Dibukanya kotak kado ungu dengan pita pink dan tersenyum lebar melihat sebuah gaun merah marun yang sangat cantik. Ia mengambil gaun itu, berdiri di depan cermin, memutar badan dan memuji kecantikan gaun serta dirinya sendiri. Pujian untuk diri sendiri adalah suatu hal wajib yang dilakukan olehnya. Baginya, cantik di mata orang lain tidak sesempurna cantik menurut dirinya sendiri. Sebuah pujian untuk diri sendiri sebagai wujud syukur.
Puas menikmati gaun pemberian itu, ia membuka kartu ucapan yang masih tergeletak di dalam kotak kado. Sebuah tulisan tangan yang rapi tercatat di sana.
Dear Naura,
Terima kasih untuk apresiasi kamu atas hasil kerjaku. Aku sangat menghargainya. Minggu depan aku akan berulang tahun, aku harap kamu bisa hadir dalam acara sederhana yang kubuat dengan mengenakan gaun yang kukirim untukmu. Aku menunggumu. Alamat seperti yang tertulis.
With Love
Chloe Alexandra
“Of course, Dear. Aku akan hadir di sana dengan gaun secantik ini.”
***
Gaun merah marun dengan belahan yang tidak begitu rendah, sangat sesuai dengan bentuk dan warna tubuhnya. Bagian punggung yang sedikit terbuka memamerkan bahu putih pucatnya. Make up dengan sentuhan elegan, dilengkapi aksesoris yang didominasi warna emas. Anting kecil satu setengah sentimeter menjuntai menghiasai telinganya, kalung kecil menghiasai leher jenjang, high heels, dan tas tangan yang cantik menjadi pelengkapnya.
Keluar dari mobil jazz merah yang menjadi kebanggaannya, ia disambut oleh sang empunya pesta. Chloe Alexandra sang desainer muda yang mengenakan gaun peach tanpa lengan, sangat menonjolkan kulit kuning eksotik yang indah diterpa lampu restoran.
“Kamu sangat cantik, Chloe,” puji Naura saat mereka bercipika cipiki.
“Kamu juga sangat cantik, Naura.”
Chloe merangkul pinggang Naura dan mengantarnya masuk ke dalam restoran Italia yang disulap menjadi tempat pesta. Naura mengibaskan rambut yang setengah disanggul dan sebagian digerainya menampilkan dua warna berbeda, baru dan segar. Merah maroon yang agak gelap di bagian pangkal dan dibagian ujung didominasi merah terang. Warna rambut baru diganti tiga hari yang lalu.
“Rambut kamu cantik sekali, Naura.”
“Terima kasih, Chloe. Ini hasil karya asisten kepercayaanku di tempat salon aku sendiri. Sekali-sekali datanglah ke tempatku, aku akan memberimu diskon,” kata Naura sambil mengerlingkan sebelah matanya.
“Aku akan singgah nanti, Ra.”
Chloe menepuk pundak seorang lelaki yang mengenakan tuxedo hitam yang membelakangi mereka. “Hai, Beb, guest start dalam acara aku udah datang, nih.” Lelaki itu berbalik. “Kenalin, ini Naura yang kemarin aku cerita, dan Naura ini Gio, pacar aku.”
Seketika kedua manusia itu terbelalak saat saling menatap.
“Giovano Gilbert?”
“Naura Lazaren?”
“Wow, it’s long time no see. Apa kabar, Gio? Kamu makin keren, deh.” Naura segera mengulurkan tangan dengan riang, menjabat tangan dengan erat dan lama sambil berbasa-basi selayaknya teman lama yang baru bertemu.
“Aku baik. Kamu apa kabar, Ra?” Makin cantik aja.”
“Baik. Aku nggak nyangka kamu itu pacarnya Chloe.”
“Dan aku juga nggak nyangka kamu adalah guest starnya Chloe.” Gio mengedipkan sebelah mata pada Chloe yang segera minta diri untuk menjemput tamu lainnya. Gio menuntun Naura untuk mengambil tempat duduk. “Mau minum?”
“Boleh.”
“Minum apa, nih. Red wine, sampanye …,”
“Tidak, Gio. Yang tidak beralkohol.”
“Pumpkin jus?”
“Hahaha aku bukan kelompok Harry Potter yang butuh jus labu, Gio.”
“Ya, kamu kan dulu disebut penyihir.”
“Hahaha, iya juga, ya. Tapi, ada yang lebih parah lagi, loh. Aku pernah disebut—”
“Vampir,” sela sebuah suara yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Gio dan Naura segera berbalik dan mendapati seorang lelaki tinggi dengan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupu datang bersama Chloe. Keanu Danuarta. “Kok, bisa sih lo ada di sini? Ini kan acara keluarga, yang hadir cuma keluarga sama sahabat dekat Chloe doang. Lo sebagai apa di sini?”
“Gue—”
“Plis, Nu, ini pesta gue. Gue mohon banget untuk tenang.” Pemilik acara segera melerai sebelum Naura sempat menyelesaikan perkataannya dan menjelaskan alasan mengapa Naura ada di sana bersama mereka.
“Gue sih aman aja, Chloe, tapi yang bikin enek dan risi itu, ya, seseorang,” sarkas Keanu melirik Naura dengan sudut mata yang terbingkai kacamata. “Kok bisa sih dia diundang.”
“Tenang aja, Chloe. Aku nggak bakal terpancing, kok.” Naura santai menimpali. “Lagian di sini ada Gio jadi aku bisa ngobrol sama dia. Kamu, silakan menerima tamu yang lain, Chloe.”
Chloe memberi tanda pada Gio lewat matanya untuk membuat Naura senang. Bagaimanapun mereka berdua yang merencanakan ini semua. Chloe yang tahu cerita masa lalu kedua manusia itu melalui Gio berusaha mempertemukan mereka. Yang tidak disangka adalah sesi perkenalan yang sempurna direncanakan gagal sia-sia.
“Keanu dan Naura tidak pernah bertemu selama belasan tahun, Chloe. Jadi, pasti nanti mereka bakal bingung dan kita yang akan memperkenalkan mereka. Kita harus buat senatural mungkin.”
Rencana senatural mungkin itu tidak berlaku. Baik Naura maupun Keanu sudah menyalakan obor pertengkaran lewat sorot mata yang saling menantang saat pertama kali bertemu sebulan yang lalu. Waktu ternyata terlalu cepat berlalu, tetapi tidak dengan dendam yang telah membatu. Ia tidak mengenal waktu, selalu beku dan tetap eksis tak peduli pada waktu.
Ferdian dan Jay datang kemudian, sama-sama mengenakan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupu. Naura mengerutkan kening, heran oleh kekompakkan empat serangkai yang masih dan tetap kompak sejak belasan tahun yang lalu dan dress kode yang sangat formal untuk acara ulang tahun. Jay dan Ferdian datang bersama istri masing-masing. Yulia dan Natali.
“Lo udah nikah apa belum, Ra?” tanya Ferdian setelah sesi perkenalan Naura dan istri-istri mereka.
“Belum,” jawab Naura singkat.
“Kenapa belum?” Natali segera mencubit lengannya melihat wajah Naura yang sedikit cemberut mendengar pertanyaannya. “Gue cuma nanya, Ma,” bisiknya di telinga sang istri yang masih bisa didengar oleh orang-orang di sekitarnya.
Jay yang pura-pura kalem di depan istrinya memberi kode lewat mata untuk Ferdian. Seperti menyilakan untuk bertanya lagi.
“Udah punya calon apa belum, Ra?” tanya Ferdian lagi.
“Belum.”
“Loh, kenapa belum? Nggak ada yang mau jadi pacar kamu, ya?” Jay akhirnya buka suara setelah berusaha untuk diam. Yulia seketika menginjak kakinya dengan tumit high heels yang tumpul. Ia menjerit kesakitan.
“Kalau nggak mau dicubit atau diinjak dengan high heels istri, lebih baik diam. Kalian emang selalu kompak, tapi kompak yang negatif. Kasihan aura pesta jadi suram,” ketus Naura dan berlalu meninggalkan mereka membawa segelas Rose Lemon Spritzer.
“Uh, mulutnya masih aja pedis. Nggak pernah disekolahin kali, ya,” gerutu Jay yang kemudian kembali menjerit karena high heels sang istri.
“Tau, tuh, coba tanyaain ke Keanu,” cetus Ferdian. Keanu seketika menatap Ferdian dengan tatapan tajam dari balik kacamata.
Percakapan mereka berakhir karena acara akan dimulai. Gio yang sejak tadi sibuk di belakang meja melayani minum untuk tamu-tamu yang datang, bergabung bersama sahabat-sahabatnya.
Sebelum Lagu happy birthday untuk Chloe dinyanyikan, Chloe terlebih dahulu menyilakan para tamu terutama tamu-tamu wanita maju ke catwalk mini—restoran Gio benar-benar disulap menjadi tempat fashion show—untuk sesi pemotretan. Acara ulang tahunnya kali ini memang sengaja dirancang untuk mempromosikan hasil karya tangannya. Gaun-gaun cantik yang membalut tubuh wanita cantik dipamerkan.
Satu per satu MC memanggil nama wanita yang tertera dalam daftar. Lenggak lenggok bak model bergantian masuk dan keluar dari catwalk. Di antara sekian banyak wanita yang dipanggil, ada nama Natali dan Yulia, istri-istri sahabat Gio. Dan yang terakhir dipanggil adalah Naura Lazaren.
Wanita itu maju dengan percaya diri, memasang senyum profesional, memutar tubuhnya, membiarkan lekuk sempurna dalam balutan gaun merah maroon yang cantik ditonton oleh mata yang melihatnya. Sekali lagi, inilah candu. Diperhatikan oleh puluhan pasang mata dengan tatapan kagum. Sesuatu yang selalu diinginkannya.
Beberapa kali berputar untuk memperoleh gambar yang tepat, ia mundur ke belakang disambut pelukan Chloe.
“Makasih banyak, Ra. Kamu cantik banget!” teriak Chloe berusaha menyamai suara musik. Sesaat kemudian suara MC kembali menggema memanggil sang desainer. Chloe maju, membungkuk hormat kepada semua orang yang bertepuk tangan untuknya. Acara promosi yang terbungkus dalam pesta ulang tahun belangsung meriah.
“Baik, ladies and gentleman, mari kita nyanyikan lagu happy birthday untuk Chloe Alesandra,” sseru sang MC yang disusul gemuruh suara yang kompak menyanyikan lagu istimewa ulang tahun.
Gio yang berdiri di samping Naura mendekatkan mulutnya ke telinga Naura yang ikut bernyanyi. “Abis ini gue mau lamar Chloe, Ra. Doain, ya, dia terima.”
Naura menutup mulut keheranan kemudian mengangguk dan menepuk bahu Gio. “Semoga diterima. Chloe cocok banget sama kamu.” Giovano tersenyum lebar. Wajah tirus dengan rahang keras dan hidung mancung yang tajam khas Italia sangat serasi ketika berdiri bersama Chloe yang kuning langsat dan sangat Indonesia.
“Makasih, ya, Ra. Makasih juga sudah mau datang. Chloe itu suka banget sama kamu. Dia nge-fans. Tiap kali kamu buat video baru pasti langsung ditonton.”
“Makasih juga sudah menerimaku di sini. Teman-teman kamu ternyata masih suka usil, ya.”
Mereka terkekeh sebelum Gio dipanggil oleh Chloe yang telah membawa sepotong kue untuk maju dan menerima suapan yang romantis. Ternyata sesi pemotongan kue sudah berlangsung. Ruang yang tadinya disorot khusus untuk fashion show sudah berubah menjadi tempat pesat yang meriah.
Setelah pemotongan kue dan ucapan terima kasih untuk tamu yang hadir, yang kebanyakan adalah rekan kerja dan sahabat baik Chloe, serta beberapa wartawan dari majalah fashion, Gio meraih mik dan berlutut di depan perempuan bergaun peach itu. Semua orang yang tidak menduga kejadian itu menganga tak percaya. Hanya tiga teman lelakinya dan Naura yang senyum-senyum melihat tingkah Gio.
“Chloe Alexandra, aku tidak tahu momen mana yang tepat untuk melakukan hal ini. Setiap momen bersamamu adalah indah, termasuk saat ini, tetapi tidak semua momen akan dilihat dan diingat oleh banyak orang.” Chloe sudah menutup wajah karena malu. “Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang sudah lama aku inginkan.” Gio merogoh sesuatu di balik saku celana bahannya. Keluarlah satu kotak kecil berwarna merah yang tergenggam di tangannya. Chloe sudah menolehkan kepala ke kiri kanan seperti mengalihkan rasa malu. Gio membuka kotak itu, tersembul sebuah cincin platinum yang menunggu sang pemilik.
"Will you marry me?”
bersambung …

Comentário do Livro (49)

  • avatar
    LimHyeRie

    belom ada kelanjutannya nih.. nungguin banget endingnya.. semoga cepet diupdate

    05/05/2022

      0
  • avatar
    Callestty Lim

    ceritanya best

    03/10

      0
  • avatar
    ArtadmediaReza

    Hay

    08/09/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes