logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Eva menemukan tespack milik Lena. Tama lebih peduli pada Lena yang tengah ngidam karena hamil muda dibanding pada keluarganya.

Setiap hari tugas Eva selain bekerja di rumah sakit, ia juga mengurus rumahnya seorang diri.
Saat tengah merapikan sprei di kamarnya, ia tak sengaja menyenggol tas Tama yang berada di nakas, isi dari tas tersebut menjadi berhamburan di lantai.
Eva segera merapikan kembali isi tas tersebut, ia tercengang saat menemukan alat uji kehamilan dan terlihat dua garis merah.
"Astagfirullah hal adzim, astagfirullah hal adzim, Ya Allah," Eva kaget dan menjatuhkan alat itu.
Ia menangis tersedu-sedu, menghadapi sikap Tama yang kian hari kian buruk pada keluarganya.
Ia yakin alat itu bukan miliknya, karena Eva telah menjalani tindakan steril paska melahirkan si bungsu, sehingga sulit kemungkinan baginya untuk dapat hamil lagi.
Setiap shalat dan sujudnya Eva terus memohon kekuatan untuk dirinya dan anak-anaknya. Eva juga selalu mendo'akan suaminya agar mendapatkan hidayah untuk segera sadar dan kembali pada keluarganya.
Satu- satunya tempat untuk mencurahkan hatinya adalah Tuhan. Pada saat berdo'a  ia terus menerus memohon kekuatan dan kesabaran agar dapat lulus melewati ujian hidupnya.
"Ya Allah beri hamba kekuatan dan kesabaran menjalani semua ujian ini," pintanya tiap shalat.
Sikap Tama yang berkali-kali menyakitinya, membuatnya kehilangan beberapa kilogram berat badannya, hingga membuat tubuhnya  kian kurus kering.
Siang malam Eva menangis, tak nafsu makan karena memikirkan sikap Tama.
Teman-temannya di rumah sakit selalu mendukung Eva agar tetap kuat demi buah hatinya. Mereka menasehati Eva untuk tak menangisi lelaki yang tak bertanggung-jawab seperti Tama. Air matanya terlalu berharga untuk lelaki itu.
Berbulan-bulan ia menghadapi ujian ini, membuatnya memikirkan solusi cepat dan tepat atas masalah yang menimpanya.
Air mata tak lagi tumpah, ia telah kebal menghadapi ulah Tama.
Ia mengatur strategi agar saat bertemu Tama dan Lena tak ada lagi kesedihan dan mencoba kuat.
Berbekal nomor telepon yang didapatnya dari gawai Tama, ia mencoba mengirimkan pesan pada Lena.
Ia mengajak Lena dan Tama untuk bertemu untuk membicarakan masalah diantara mereka.
Bertempat di restoran suatu Mal, ketiganya bertemu.
Eva ingin mengetahui sosok gadis muda yang mampu mencuri hati suaminya dan  mencuri kebahagian dirinya dan anak-anaknya.
Eva memperkenalkan dirinya dengan ramah.
Sembari makan siang, ketiganya mengobrol. Tama yang kikuk, hanya dapat terdiam melihat Eva dan Lena berbicara.
Lena akhirnya mengenal sosok istri Tama.
Lena di mata Eva, terlihat centil dan manja, bahkan sepanjang pertemuan itu Lena tak melepas genggaman tangannya pada Tama.
Eva muak melihat pemandangan di hadapannya,  namun ia tak ingin merusak suasana pertemuan itu. Ia mencoba tetap tersenyum meski hatinya sakit.
Di hadapan Eva, Lena mengaku telah jatuh cinta pada suami Eva dan ia rela menjadi istri kedua Tama.
Eva bukanlah sosok istri yang mampu merelakan suaminya menikah lagi, ia manusia biasa, hatinya pun dapat terluka bila sang suami mendua.
Ia tak ikhlas bila harus berbagi hati dan cinta. Terlebih madunya adalah seorang gadis muda baru lulus sekolah.
Eva berusaha membaktikan hidupnya demi ridho sang suami, namun cinta Eva tengah diuji kesabaran dan keikhlasannya.
******
Saat Eva dan Tama tengah berada di kamar, Eva bertanya pada Tama dengan selembut mungkin dan menyiapkan sikapnya agar tak emosi saat membicarakan hal ini dari hati ke hati.
Meski keduanya tengah bermasalah, Eva tetap melayani suaminya dengan ikhlas.
Keduanya tengah bersiap untuk tidur, Eva tetap menyiapkan air putih di nakas untuk Tama dan memijat kaki Tama menjelang tidur.
Tama yang tengah berkirim pesan dengan Lena, tersenyum membaca balasan pesan Lena.
"Pa ... Papa kenapa sih Pa? Papa masih cinta Mama nggak sih Pa?" Eva mencoba mengorek alasan Tama.
"Cinta Ma, tapi Papa kan boleh menikahi 4 wanita Ma," jawab Tama dengan tenangnya.
Panas telinga Eva mendengar hal ini, Tama dengan tenangnya menjawab hal itu tanpa mempedulikan kondisi Eva yang telah mendampinginya dari kondisi tak berpunya hingga kini sukses dan memiliki 3 putra.
"Papa cinta Mama atau cewek itu, Pa?"
"Dua- duanya Ma."
"Papa udah berapa lama kenal, Pa?"
"Setahun Ma."
"Papa penginnya gimana, Pa?"
"Papa penginnya nikahin Lena dan Lena tinggal disini, Mama ma anak-anak bisa tinggal di atas."
"Apa?" Eva tercengang mendengar jawaban Tama.
"Tapi Mama kan PNS Pa, aturannya nggak boleh poligami," Eva mencoba menolak keinginan Tama.
"Papa nggak peduli, Mama tinggal pilih punya madu atau keluar dari rumah ini," jawab Tama dengan sengit.
Secara santai Tama menjawab semua pertanyaan Eva.
Napas Eva memburu, ingin sekali ia memaki dan memukul Tama, tapi ia tak ingin terjadi keributan malam ini.
Tak tahan dengan sikap Tama, Eva memilih keluar dari kamarnya untuk menuju ke dapur. Ia perlu segelas air untuk menyegarkan pikirannya.
Setelah tenang, ia mengambil wudhu dan melakukan shalat. Ia mencurahkan segala isi hatinya pada Sang Maha Cinta.
Tersungkur Eva di sajadah memohon ampun atas segala salah dan dosanya selama ini. Ia puaskan menangis agar segala sesak di hatinya menjadi plong.
Meski tinggal beda kota dengan orang tuanya, ia merahasiakan segala pelik rumah tangganya, ia tak ingin menambah beban pikiran orang tuanya.
Saat Eva akan kembali ke kamar, ia mendengar sayup-sayup suara orang tengah menelpon.
Rupanya Tama tengah menerima telpon dari Lena.
"Ap-paa? Mangga muda?" tanya Tama.
"Sekarang?"
"Malam -malam begini cari dimana?"
"Iya iya kucarikan sekarang!"
Tama segera beranjak dari tempat tidur dan berganti baju, bersiap pergi.
Eva yang mengetahui hal itu. Hanya bisa beristighfar dan bersabar.
Setelah  suara deru mobil menjauh, badan Eva luruh ia menangis tersedu-sedu.
Demi Lena, Tama rela pergi malam-malam mencari mangga muda  agar ngidam Lena terpenuhi.
******
Pada awalnya ketiga anak-anaknya masih terus menanyakan kehadiran Tama.
Namun Tama seringkali tak muncul, bahkan lebih sering berada di luar rumah dibanding menemani mereka di rumah.
Tama tak pernah lagi mengajak mereka shalat ke masjid, menemani mereka makan, mendampingi mereka belajar dan membawa mereka pergi mancing.
Semakin menjauhnya Tama pada keluarga, membuat anak-anaknya tak lagi merindukan kehadiran Tama.
Mereka bahkan telah melihat perilaku Tama yang tak pantas dijadikan panutan yang baik, hal ini juga membuat mereka pun  tak lagi peduli pada Tama.
Di hadapan anak-anaknya Eva harus terlihat kuat dan menahan air matanya agar tak tumpah. Ia tak ingin anak-anaknya membenci Tama.
Ia selalu mengajak anak-anaknya untuk terus mendoakan Tama agar mendapat hidayah.
******
Pukul 23.30 Tama terpaksa keluar rumah demi memenuhi ngidamnya Lena.
Tama berburu mangga muda, dari arah Gunung Pati ia menuju Pasar Karang Ayu, ia tak menemukan mangga muda, hingga akhirnya ia menemukan mangga muda itu di sekitar lapangan Simpang Lima.
Saat sampai di kost Lena, Lena sudah tak menginginkan mangga muda itu. Mengetahui hal itu, Tama menjadi dongkol.
Tak ingin mengecewakan Tama, Lena  hanya mencicip mangga muda yang terasa asam itu, setelah itu ia menyerahkan kembali mangga muda itu ke Tama untuk dibawa pulang.
Tama tak ingin pulang, ia lebih memilih menginap di kost Lena dibanding pulang ke rumahnya malam itu.

Comentário do Livro (122)

  • avatar
    IrafRafaini

    Bagus ceritanya kak. Terasa sangat dekat degan kehidupan. Best👍

    16/05/2022

      0
  • avatar
    WidiyastutiReniasih

    Semangat lanjut, Thor! Cerita yang keren! 😍😍🔥🔥

    07/04/2022

      0
  • avatar
    RachmawatiLeny

    bagus banget ceritanya..sekilas hampir mirip sm crt rmh tanggaku...di tunggu lanjutan ceritanya ka

    30/01/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes