logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 4 Faqih Bertemu Mantannya

Selamat Membaca
Salwa masuk ke rumah mengajak Ammar dan Amara. Ia tidak mau anaknya melihat perdebatannya dengan Kevin . Padahal dulu kesepakatan mereka Kevin tidak akan mengusik hidupnya dan anak-anak. Namun, Kevin mantan calon suaminya itu memang egois dan lebih memikirkan dirinya.
"Sayang, kalian belum tidur?" tanya Salwa ketika mereka sudah duduk di ruang keluarga.
"Kan, nungguin Bunda pulang. Bunda, darimana, kok, lama banget pulangnya? Lihat, nih, Bunda aku dibelikan boneka besar banget oleh ayah," ujar Amara putrinya. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB.
"Maaf ya, Sayang. Tadi Bunda ada kerjaan di luar," jawab Salwa.
"Robotku lebih keren. Lihat, nih, Bunda," ujar Ammar tidak mau kalah dengan Amara.
"Iya, Sayang pasti belikan mainan yang bagus untuk kedua anak kesayangannya," balas Salwa untuk menyenangkan hati kedua buah hatinya.
"Iya, tapi kenapa ayah nggak tinggal bareng kita? Sedangkan ayah teman Ammar tinggal bareng mereka," tanya Ammar membuat Salwa kaget mendengar pertanyaan itu.
Sekarang kedua anaknya sudah beranjak besar,mereka sudah sekolah di TK sehingga mempunyai banyak teman. Jadi, mereka sekarang merasakan kejanggalan yang terjadi di keluarganya.
"Ayah kerja, Sayang. Tempat kerja ayah jauh dari sini. Jadi, ayah harus tinggal di sana," jawab Salwa yang belum bisa menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
"Tapi, Ammar ingin ayah sering di sini, Bunda. Ammar sayang banget sama ayah," balas Ammar sambil memeluk bundanya.
"Buktikan kalau kalian sayang, dengan menjadi anak sholeh dan sholeha serta selalu doakan yang terbaik untuk kita," balas Salwa yang berusaha menahan rasa sedih mendengar ucapan Ammar.
Seorang anak memang butuh sosok seorang ayah dalam mendidik dan membesarkan mereka, apalagi Ammar anak laki-laki.
"Sama bunda, kalian sayang, nggak?" tanya Salwa sambil mencubit kedua hidung anaknya bergantian.
"Sayang, donk, Bunda. Sayang banget ...," jawab Amara dan Ammar sambil memeluk ibunya.
"Ya udah, sekarang kalian ke kamar. Oh ya, kalian udah salat Isya? Kalau belum nanti kita salat bareng, ya. Tapi, Bunda mau ganti baju dulu."ajak Salwa.
"Siap, Bunda," balas Amara dan Ammar bersamaan.
Salwa segera menuju kamarnya untuk bersih-bersih dan berganti pakaian. Tubuhnya pasti sudah sangat gerah, karena seharian di luar rumah.
Sesampai di kamar Salwa meletakkan tasnya,lalu membuka hijab dan tanpa membuang waktu ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Ia memilih melap badannya, karena sudah malam jadi tidak baik juga untuk mandi.
Selesai bersih-bersih dan berpakaian rumah, Salwa menuju keluar. Amara dan Ammar sudah menunggunya untuk melaksanakan salat Isya berjamaah di ruang keluarga. Di rumah Salwa membiasakan salat berjamaah dengan kedua buah hatinya.
Kemudian mereka pun salat Isya berjamaah. Selesai salat, Salwa membiasakan juga anaknya untuk membaca Al-Qur'an. Si kembar memang sudah bisa membaca ayat suci, karena dari usia empat tahun mereka sudah Salwa ajarkan membaca Iqra. Tidak ada keterpaksaan yang terlihat karena mereka sudah terbiasa dan juga melihat kebiasaan ibunya.
"Udah selesai semuanya, sekarang waktunya tidur," ujar Salwa.
Mereka melangkah menuju kamar. Seperti biasa Salwa membaca dongeng untuk pengantar tidur anaknya. Ia biasanya membacakan dongeng Islami atau dongeng anak yang berfamaat dalam mendidik anaknya. Setelah anaknya terlelap tidur, Salwa keluar dan melangkah menuju kamarnya untuk beristirahat.
***
"Pagi, Mbak! Mbak Salwa nggak ke lokasi syuting hari ini?" tanya Faqih yang baru datang. Ia bertanya karena melihat Salwa hanya berpakaian santai dan sibuk mengurus persiapan kateringnya hari ini.
"Enggak, Ga. Aku nggak diharuskan tiap hari juga ke sana. Lagian aku percaya mereka bisa menyuguhkan film yang bagus," jawab Salwa.
"Oke, deh. Oh ya, Mbak, ada yang bisa bantu aku di sini? Aku sepertinya harus kerja, nggak mungkin numpang makan terus dengan Pak Darman."
"Banyak, Ga. Tapi kamu harus janji nerusin kuliahmu. Sayang berhenti di tengah jalan," balas Salwa.
Faqih terdiam mendengar ucapan Senja. Faqih kuliah sudah semester enam di Fakultas Ekonomi kampus swasta yang terkenal. Dulu ia memilih kuliah di sana, karena memang sesuai dengan standar hidupnya anak seorang pejabat. Namun, tidak bisa diduga sekarang kehidupannya berubah drastis.
"Enggak usah bahas itu lagi, Mbak, itu udah enggak penting," balas Faqih yang membantu Salwa menyiapkan kotak-kotak untuk makanan.
Mengingat soal kuliah membuat Faqih teringat semua hal yang ia alami. Dimana kehidupannya berubah drastis. Ibu dan kakaknya menghilang pergi meninggalkannya. Teman-teman serta keluarganya menjauh darinya.
"Qih, maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Oh ya, gimana kalau kamu pindah kuliah ke kampus lain. Kamu juga boleh kerja di sini. Karena kamu mahasiswa ekonomi, kamu juga harus janji denganku untuk membantu mengembangkan usaha katering ini," ujar Salwa.
"Iya, Mbak, nanti aku pikirkan lagi. Sekarang yang penting aku pikirkan ginana menjalani hidup ini dan mengisi perut," balas Faqih tersenyum simpul.
"Tidak ada yang tidak mungkin bila kita selalu berusaha dan berdoa, Qih" balas Salwa sambil menepuk pundak Faqih.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan di dalam Al-Qur'an surat Al Insyirah ayat 5. Jika seorang hamba menghadapi sebuah ujian dan menghadapinya dengan ikhtiar dan doa serta dalam kesabaran maka Allah akan menunjukkan baginya petunjuk berupa jalan keluar atas kesulitan yang dialamiya.
"Om Faqih, main sama kita, yuk," ajak Amara dan Ammar. Si kembar kelihatan sudah akrab Faqih.
"Bentar, Om beresin ini dulu. Habis itu baru kita main," jawab Faqih . Si kembar senang mendengar jawaban dari Faqih.
"Amara, Ammar, jangan nakal sama om Faqih," ujar Senja menegur si kembar.
"Mereka nggak nakal, kok, Mbak. Kita, kan, bestfriend," sahut Faqih tersenyum.
"Bunda gimana kalau kita berempat jalan-jalan. Kita kan udah lama nggak jalan-jalan Bunda," ujar Amara mengemukan ide yang baru terlintas di kepalanya. Salwa terdiam untuk berpikir sejenak.
"Boleh, deh. Tapi Om faqihnya mau, nggak?"
"Mau-mau," teriak Amara dan Ammar sambil menarik-narik tangan Faqih.
Faqih jadi tidak bisa menolak ajakan kedua bocah itu. Tidak menunggu waktu lama mereka segera bersiap untuk jalan-jalan. Masalah katering Salwa tidak perlu khawatir, karena ada Bu Jum dan Pak Darmab yang mengurusnya. Tujuan mereka hari ini ke daerah puncak.
"Lets go!" seru Faqih pada Amara dan Ammar ketika mereka sudah siap untuk berangkat. Mereka segera masuk ke mobil dan mobil berwarna silver itu pun mulai bergerak meninggalkan halaman rumah Salwa.
Diperjalanan Amara dan Ammar terlihat bahagia sekali. Itu terlihat dari wajah dan kehebohan mereka. Salwa ikut larut melihat buah hatinya bahagia. Ini untuk pertama kalinya mereka jalan-jalan ke puncak. Biasanya Salwa hanya mengajak ke arena permainan atau mall yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Menempuh perjalanan lebih kurang empat jam mereka sampai di tempat yang dituju. Faqih segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk si kembar. Mereka berhenti di salah satu tempat wisata di puncak. Taman yang luas, di sana ada kelinci, kuda yang dipelihara, bisa diberi makan makanan yang tersedia di sana, dan juga ada tempat untuk latihan berkuda serta memanah.
"Faqih ," sapa seseorang wanita yang terlihat seumuran Faqih .
"Ratu" Faqih kaget bertemu wanita itu di sana.
"Faqih , sejak kemarin aku capek nyariin kamu. Ternyata kamu asyik jalan dengan tante-tante," ujar wanita itu melihat Faqih jalan dengan Salwa dan dua orang anak kecil.
"Nyariin? Kamu nggak salah ngomong, bukannya kamu sibuk pergi dengan pria lain setelah tahu aku udah nggak punya apa-apa lagi," balas Faqih sengit.
Faqih lalu mengajak Salwa dan si kembar pergi meninggalkan Ratu yang merupakan mantan kekasih Faqih . Sejak mendengar ayah Faqih tertangkap dan Faqih tidak punya apa-apa lagi Ratu yang susah dihubungi dan meninggalkan Faqih .
Liburan mereka jadi terusik, karena bertemu dengan Faqih . Faqih juga jadi tidak enak hati dengan Salwa karena tadi mendengar ucapan Ratu .
"Mbak Salwa, aku minta maaf soal yang tadi, ya" ujar Faqih pada Salwa sewaktu Amara dan Ammar sibuk memberi makan Kelinci.
"Enggak apa-apa,Qih. Disini kami yang salah karena mengajak kamu," balas Salwa.
"Aku bahagia bisa bersama kalian seperti ini," ujar Faqih dan tidak sengaja netranya bertemu dengan Salwa.
Salwa segera mengalihkan pandangannya. Sejak berpisah dari Kevin , ia selalu menjaga sikapnya. Salwa dan Faqih terlihat sedikit kikuk. Kemudian, suasana terpecahkan oleh si kembar yang mengajak mereka ke tempat latihan memanah
Di tempat objek wisata Amara dan Ammar mencoba semuanya mulai dari memberi makan kelinci, memanah, dan berkuda. Mereka terlihat bahagia sekali. Selain mencoba semuanya hal di sana, mereka juga mencicipi berbagai jajanan yang dijual di sana.
Sehabis salat Magrib mereka baru bergerak pulang dari sana. Di perjalanan Amara dan Ammar tertidur karena kelelahan.
"Faqih , makasih kamu sudah mau menemani kami berlibur," ujar Salwa di mobil.
"Sama-sama," balas Faqih menoleh ke arah ke Salwa, lalu kembali fokus nyetir.
Liburan seperti tadi juga membuat Faqih bahagia. Padahal dulu Faqih bisa berlibur kemana pun ia suka. Hampir semua tempat wisata terkenal di Indonesia dan beberapa di luar negeri sudah ia kunjungi bersama teman-temannya. Namun, sekarang semua tinggal kenangan. Tidak tahu kapan ia akan bisa mengulanginya lagi. Ayahnya sepertinya akan mendekam lama di penjara, karena kasusnya berat. Sedangkan ibu dan kakaknya pergi menyelamatkan diri mereka dengan cara masing-masing, karena tidak bisa hidup tanpa kemewahan. Faqih sudah mendengar kabar kalau kakak dan ibunya lari ke pelukan pria yang bisa menghidupi mereka dengan kemewahan.
"Astaghfirullahaladzim, Ga, kamu tadi melamun?" ujar Senja yang kaget ketika mobil di rem mendadak, ketika hampir saja menabrak pembatas jalan tol.
"Maaf, Mbak." Faqih juga kaget dengan yang hampir mereka alami. Untungnya Amara dan Ammar tidak tahu, karena sudah terlelap tidur.
Faqih menenangkan diri sejenak, lalu menjalankan mobil pelan. Kemudian, Faqih mengemudikan mobil dengan kecepatan rata-rata, karena tidak mau hal tadi terjadi lagi.
"Makasih, Qih, untuk semuanya," ujar Salwa ketika Faqih izin pamit pulang, Faqih cuma mengangguk menanggapi.
Faqih pamit pulang setelah menggendong Amara dan Ammar bergantian ke kamar mereka. Kedua bocah itu terlihat sangat kelelahan sehingga tidak terusik tidurnya waktu digendong.
"Faqih , kalau ada masalah kamu bisa cerita denganku. Kamu bisa menganggapku kakak sendiri," ujar Salwa pada Faqih di depan pintu rumah.
Faqih kembali mengangguk memberi jawaban. Tidak tahu apa yang membebani pikirannya sehingga ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Setelah Faqih pergi, Salwa pun menutup pintu rumah.
Bersambung

Comentário do Livro (42)

  • avatar
    EdiCarlos simbolon

    bgs

    8d

      0
  • avatar
    ElepJumani

    saya suka

    30/05/2022

      0
  • avatar
    Muhammad R

    asd

    15/05/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes