logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 Mencari Sekutu

Kumandang azan subuh membangunkan Rayya. Gadis cantik itu menggeliat di bawah selimut bermotif bunga. Sesaat kemudian ia menyingkap selimutnya dan bergegas ke kamar mandi, ada kewajiban yang harus ditunaikan.
Usai salat Subuh dan mengaji, Rayya beranjak menuju dapur. Tak lupa dipakainya sandal bulu berbentuk kepala kucing dan jilbabnya. Dua pelengkap pakaian itu tak boleh ketinggalan sebab kakak iparnya sedang di rumah.
Sebagai anak bungsu, Rayya tidak diijinkan untuk tinggal sendiri. Pernah ia merengek untuk indekos agar bisa belajar mandiri. Tapi orangtuanya tetap tidak mengijinkan. Pilihannya hanya dua, menurut atau tidak kuliah. Mau tidak mau, agar tidak mati kebosanan dan tiap hari menjadi korban keusilan Haikal di rumah, ia menurut. Meskipun ia tahu bakalan repot dengan urusan hijab karena tinggal serumah dengan ipar laki-laki. Bagaimana pun, suami kakaknya bukan mahram bagi Rayya.
“Eh anak perawan, kok mukanya kusut gitu?” Nadya tengah sibuk membuat adonan panekuk, menakar susu dan tepung. Tidak mendapat jawaban dari Rayya, ia melanjutkan, “Ada masalah, Ayy?” Sekarang ia memecahkan telur.
“Ayy nggak mau pulang,” jawab Rayya sambil mengupas kulit mangga.
“Kenapa, nunggu Papa yang jemput?” Dua butir telur sudah pecah. Nadya senang tidak ada telur yang jelek.
Rayya cemberut. Ia tahu tak bisa lari. Jika papanya tidak bisa menyeretnya dari sini, maka Haikal pasti bisa. Kakaknya itu selalu punya cara mendapatkan apa yang ia mau.
“Ish, Kakak ini, bantuin dong! Buatkan alasan apa kek, biar Ayy gak pulang.” Rayya selesai mengupas dan memotong buah mangga. Ia kini beralih ke buah naga. Dipotongnya tepat di tengah lalu memasukkan semua daging buahnya ke dalam juicer. Keluarga ini senang sekali minum jus buah segar setiap pagi.
“Papa sudah tua, Ayy." Nadya mengaduk semua bahan hingga tercampur rata. Siap untuk dipanggang di atas teflon. “Jangan menambah beban pikiran Papa,” katanya lagi.
“Terus, kalo nanti Ayy gak bahagia setelah menikah, apa gak bikin Papa kepikiran?” Rayya masih mencari celah. Berharap Nadya membantunya membujuk papanya.
“Yang nyuruh kamu nikah itu siapa?” kata Nadya sambil menuang adonan ke atas teflon panas, menyebabkan bunyi ‘cess’ saat adonan menyentuh teflon.
“Papa kan Cuma mau ngenalin calon pendamping kamu ke rekan bisnisnya. Dengan begitu Papa gak perlu pusing lagi nolak terus.” Aroma panekuk tercium menggugah selera. Nadya tengah menunggu waktu yang tepat untuk membalik sisi panekuknya.
“Kamu tahu kan, pentingnya membangun hubungan baik dengan rekan bisnis? Papa gak mau penolakan demi penolakan membuat hubungan itu renggang, bahkan berimbas pada perusahaan. Kamu mau karyawan Papa di PHK karena perusahaan kehilangan investor?” Nadya selalu tahu kelemahan Rayya, libatkan saja nasib orang kecil, Rayya pasti goyah. Benar-benar kakak yang licik!
“Curang, dulu Kakak nikah gak ada urusannya dengan bisnis Papa. Kenapa sekarang Ayy diseret-seret?” Rayya merasa tidak adil. Saat Nadya menikah, papanya tidak banyak ikut campur. Nadya bahkan menikahi lelaki yang basic-nya bukan bisnis. Suami Nadya adalah seorang Akademisi. Dosen yang kepincut dengan mahasiswinya.
Nadya tersenyum, “Jadi ceritanya cemburu nih?” katanya kemudian. Rayya memonyongkan bibir.
“Nasib orang beda-beda, Ayy. Dulu Papa masih muda, masih kuat berbisnis. Juga ada Ikal yang bisa diandalkan.” Nadya menuang adonan terakhir, cess.
“Sekarang Papa sudah tua, gak boleh lagi banyak pikiran. Papa pengen kamu ada yang jaga.” Semua adonan sudah matang. Waktunya menambahkan toping.
“Kalau begitu biarkan Ayy milih sendiri. Lagian nih ya, acara besok tuh akal-akalan Papa doang. Katanya perkenalan, habis tuh pasti disuruh nikah. Ayy gak mau nikah dengan pilihan Papa, gak ada yang bener.” Rayya membantu Nadya memotong panekuk dengan pisau.
“Memangnya kamu punya calon sendiri?” tanya Nadya sambil menata hidangan untuk sarapan.
“Eem kalo ada, Kakak mau bantu?” Wah, Rayya sedang mencari dukungan.
“Bantu apa nih?” Hanif, suami Nadya bergabung ke meja makan, diikuti empat bocah yang sudah rapi dengan seragam sekolah masing-masing.
Pasangan Hanif dan Nadya selalu kompak. Setiap pagi Hanif akan mengurus keempat anaknya sementara Nadya menyiapkan sarapan. Si Sulung Nabila yang kini usianya sebelas tahun akan memandikan dan mengurus si Bungsu, Kinan yang usianya baru lima tahun. Sementara si Kembar Umar dan Utsman adalah tanggung jawab si Ayah.
Masing-masing kini menikmati jus buah naga dan panekuk hangat. Keempat bocah makan dengan lahap. Benar kata orang, masakan Bunda selalu yang terbaik. Si Bungsu Kinan makan dengan lelehan madu menetes dari bibirnya. Buru-buru Nadya mengelapnya denga tisu agar tak mengenai seragamnya. Sementara si Kembar selalu setia dengan ritual meja makan mereka, saling cicip jatah kembarannya, padahal sama persis. Adapun Nabila, ia selalu makan dengan anggun.
“Kak Hanif, gimana dulu Kakak menaklukkan Papa saat ingin menikah denga Kak Nadya?” Pertanyaan Rayya membuat Hanif urung memasukkan potongan panekuk ke mulutnya. La mengernyitkan alis dan melihat sekilas istrinya.
“Oh itu. Tanya kakakmu, dia yang ngebet nikah sama Kakak.” Katanya dengan sedikit tersenyum menggoda istrinya.
“Ih, Ayah ngomong apa sih?” Wajah Nadya bersemu merah. Malu.
“Memang benar, kan? Bunda yang minta dilamar, plus siap pasang badan di depan Papa,” kata Hanif yang dengan jahil menowel hidung istrinya. Jangan tanyakan ekspresi Nadya, ia semakin tersipu malu. Apalagi di tambah “cie...cie...” dari si Sulung.
“Bener gitu Kak?” tanya Rayya sambil tertawa. Ia membayangkan kakaknya memohon dengan berurai air mata.
“Kenapa? Mau minta Kakak pasang badan juga?” Pertanyaan yang disesalinya kemudian. Rayya mengangguk dengan penuh semangat.
Nadya melirik suaminya yang asyik menusuk potongan daging buah mangga dengan garpu, masa bodoh dengan lirikan istrinya.
“Gak bisa Ayy, kasus kita beda,” Nadya menolak.
“Beda apanya? Kak Hanif juga bukan pengusaha.” Syarat yang diajakan papanya cukup berat. Jangankan pengusaha, Faisal bahkan masih kuliah. “Ayolah Kak. Tolongin Ayy. Keluarin jurus Kakak waktu membujuk Papa.” Rayya yang tadinya duduk di samping Kinan, kini sudah berdiri di belakang Nadya sambil memijit lembut pundaknya.
“Licker!” gerutu Nadya yang dibalas kekehan oleh Rayya. Dasar Rayya tidak tahu diri, gerutuan kakaknya dianggap isyarat bahwa ia bersedia membantu.
“Makasih Kakak cantik, Kakak memang the best.” Katanya girang sambil mencium pipi kanan Nadya lalu berlari ke kamarnya sebelum menerima protes.
***
Di sebuah kamar berukuran tiga kali empat meter, seorang gadis cantik mengerjapkan matanya. Memindai sekeliling. Ada sebuah meja rias, jendela dan pintu yang tertutup rapat. Gorden berwarna hijau, dinding kamar berwarna abu muda. Ini jelas bukan kamarnya.
Gagang pintu tiba-tiba bergerak, pertanda seseorang memutarnya dari luar. Gadis itu menutup mata, pura-pura belum sadarkan diri.
“Bangunlah, kamu butuh makan.” Suara bariton itu membuatnya membuka mata, percuma berpura-pura, dia sudah ketahuan.
“Tidak usah sok perhatian padaku! Lepaskan aku!” Gadis itu jelas sedang menentang, menolak sepiring makanan yang tampak lezat di atas meja.
“Jangan membuatku menggunakan cara kasar, makan atau aku yang akan memakanmu.” Lelaki itu meletakkan jempolnya di pipi kiri dan jari lainnya di pipi kanan gadis itu, sedikit memberi tekanan. Membuat pemiliknya meringis dan menatapnya takut.
“Habiskan makanmu, kau perlu stamina untuk tugas pertamamu.” Lalu lelaki itu melangkah keluar dan mengunci pintu.
Ia berjalan melewati koridor, lalu memasuki kamar yang lebih besar. Meja kaca menjadi tujuannya. Ia duduk pada kursi yang empuk sambil menyusun beberapa foto di atas meja. Semua berparas cantik dan masih muda. Beberapa foto telah dicoret, hanya menyisakan tiga lembar foto yang masih utuh.
“Selanjutnya giliranmu, Cantik," gumamnya pada selembar foto. Ada tulisan Virayya Inayah Rizal.

Comentário do Livro (67)

  • avatar
    NoepRoslin

    Ceritanya sungguh menarik..🥰🥰

    18/09/2023

      0
  • avatar
    LanchangVonica

    bagus

    06/03/2023

      0
  • avatar
    HandayaniSri

    bestt sekali

    05/03/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes