logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

EPISODE 23

Kantor Luis Group, Ruang Rapat
“Kita harus segera mengeluarkan vaksin.” Badra berkata di depan pengurus dan para ilmuan Luis Farma Medica.
“Kami sudah mulai meneliti virus ini. Cukup sulit membuat vaksinnya. Sifat virus ini sangat unik, ia mampu berkamuflase,” tutur salah satu ilmuan.
“Berapa lama waktu penelitiannya?” tanya Badra.
“Paling cepat satu tahun.”
“Apakah bisa lebih cepat?”
“Mungkin saja, jika kita membuat sebuah virus sintetis. Kita kembangkan menjadi vaksin. Durasinya bisa jauh lebih singkat,” katanya.
Markas Besar Polisi RI, Ruang Rapat
“Kami sudah mendeteksi pergerakan Dazo. Sudah bisa dipastikan tempat tersebut bukan sekadar pabrik. Ada berton-ton narkotika di dalamnya.” Raka menjelaskan.
“Kami memiliki bukti rekaman,” imbuhnya.
“Putar rekamannya,” ucap sang komandan.
Rekaman CCTV yang dipasang di sekitar area target memperlihatkan mobil Dazo memasuki PT Luis Nature Indah. Sekilas kondisi di luar pabrik tak ada yang mencurigakan, tampak normal layaknya pabrik pada umumnya. Intel kepolisian sudah menyelidiki pergerakan di sana. Ada transaksi narkotika yang jumlahnya fantastis.
“Kalian sudah bekerja dengan baik. Kita mendapatkan banyak informasi tentang kelompok ini,” kata sang komandan memberi pujian.
“Mungkin tak lama lagi kita akan melakukan penyergapan.”
“Bagaimana strategi penyergapannya komandan?” Mayang bertanya.
“Ini tidak mudah. Kita akan butuh puluhan personil atau bahkan ratusan. Kita tak punya pilihan lain selain membunuh
mereka semua jika kondisinya tidak memungkinkan untuk menangkapnya hidup-hidup.”

Mayang langsung teringat kakaknya. Tentu pilihan yang sulit baginya jika harus membunuh kakak yang selama ini ia cari. Raka yang duduk di samping Mayang berusaha menguatkan dengan menggenggam tangan Mayang.
“Baiklah, untuk strategi penyergapan kita bahas nanti. Kita akhiri rapat hari ini, tetap semangat, tetap waspada, dan jaga kondisi. Terima kasih.” Komandan berdiri meninggalkan ruang rapat.
Mayang tertunduk lesu.
Rumah Sakit Ari Lesmana, Ruang Dokter
“Bagaimana kondisi pasien nomor tiga-nol-nol-enam?” Badra bertanya pada dokter yang menangani pasien terinfeksi virus Emfilus.
“Kondisinya belum cukup stabil,” jawab dokter.
“Apa ada cara untuk menyembuhkannya?.”
“Sebenarnya kami belum menemukan obat untuk virus ini. Kondisi pasien betul-betul bergantung pada imun tubuhnya. Beberapa pasien yang berhasil sembuh memiliki imun tubuh yang baik. Yang bisa kami lakukan hanya merangsang imun dan memantau asupan nutrisinya. Selebihnya, kondisi pasienlah yang menentukan dia bisa sembuh atau tidak.”
Penjelasan dokter belum dapat memuaskannya.

Badra meninggalkan ruang dokter dan menuju ruang isolasi. Terlihat Dazo sedang berdiri di luar ruangan menatap tubuh Rahma yang terbujur lemas di atas ranjang terbungkus kaca. Badra menghampirinya, berdiri di sebelah Dazo.
“Maaf, aku tak memberi tahumu,” ucap Badra sembari melihat ke dalam ruang isolasi.
“Kau tahu, Badra? Apa keinginan terbesarku?” Dazo berbicara tanpa melepaskan pandangannya dari Rahma.
“Keinginan terbesarku adalah, memiliki keluarga yang utuh,” kata Dazo.
Badra menengok pelan ke arah Dazo. Melihat raut wajahnya yang tampak begitu sedih.
“Rahma hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Pada akhirnya, kau akan tahu, Badra, kalau harta yang paling berharga adalah keluarga. Aku telah kehilangan banyak waktu bersama putriku. Dan sekarang, aku hanya bisa berdiri, menatapnya dari balik kaca, menyaksikannya berjuang melawan kematian. Lihatlah, Badra, uangku tak bisa menjamin keselamatannya. Untuk apa semua kekayaan itu?” Dazo tertunduk sedih.
“Rahma!” Badra panik melihat sesuatu terjadi pada Rahma.

Dazo mengangkat kepalanya melihat ke dalam ruang isolasi. Terlihat tubuh Rahma bergetar hebat. Napasnya kembang kempis. Para petugas medis yang berjaga bergegas memberikan tindakan. Situasi terlihat tidak baik, salah satu pasien yang lain juga mengalami kondisi yang serupa. Dazo dan Badra hanya bisa menyaksikan tanpa bisa melakukan apa pun.
“Rahma. Putriku.” Dazo menepuk-nepuk tembok kaca sembari menangis menyaksikan pemandangan memilukan itu.
Badra menundukkan wajahnya, tak kuasa melihat kondisi Rahma. Tak lama kemudian, ruang isolasi berubah lengang.
Rahma dan pasien yang juga mengalami kondisi serupa mendadak terdiam. Petugas medis pun terdiam dengan napas yang tak beraturan.
“Apakah kondisinya sudah membaik?” tanya Dazo.
Badra mengangkat kepalanya, menatap penuh harap.
Salah seorang petugas medis keluar menghampiri Dazo dan Badra. Dari balik baju pelindungnya terlihat mata yang lesu.
“Mohon maaf, pasien tiga-nol-nol-enam telah meninggal dunia,” kata petugas mengonfirmasi kematian.
Hati Dazo langsung hancur berkeping-keping. Tubuhnya mematung. Wajahnya tak kuasa membendung kesedihan.Tangisnya tak bersuara, namun terlihat sangat hancur. Otot-otot wajahnya mengencang, melawan kepedihan.
Badra menatap nanar tubuh Rahma yang terbujur berbalut kain putih. Tiga petugas tampak sibuk mempersiapkan kantong jenazah di samping tubuh Rahma. Badra melihat dengan sangat nyata tubuh orang yang pertama memikat hatinya itu dimasukkan ke dalam kantong seperti seekor binatang.
Para petugas membawa beberapa kantong berisi mayat keluar menuju mobil jenazah untuk segera dikebumikan. Tak ada satu pun anggota keluarga yang diperbolehkan ikut dalam prosesi pemakaman pasien terinveksi virus Emfilus, hanya petugas yang diperbolehkan mengurusnya. Peraturan tersebut dibuat oleh pemerintah untuk mencegah penularan dari jenazah terinfeksi virus Emfilus.
Dazo hanya dapat menyaksikan dari jauh jenazah putrinya dimakamkan di salah satu lahan bersama puluhan jenazah terinfeksi virus Emfilus lainnya. Kesedihannya tak dapat disembunyikan. Dazo yang selama ini tampil kuat, hari ini memperlihatkan kelemahannya. Beberapa anak buahnya juga ikut hadir di acara pemakaman.
Badra maju satu langkah tepat di samping Dazo. Berbeda dengan Dazo, Badra lebih dapat mengontrol emosinya, meskipun hatinya sangat hancur. Di balik kacamata hitamnya, Badra menyembunyikan kesedihan di depan anggota Ghost Shadow yang lain.
“Rahma pernah mengatakan sesuatu padaku. Ia ingin hidup tanpa pistol dan tembakan. Dia juga mengatakan, ingin pergi berlibur, memancing, dan memanggang daging bersamamu,” ucap Badra.
Air mata mengucur deras membasahi pipi hingga janggut Dazo. Ia menangis terisak. Penyesalannya begitu dalam. Selama ini Dazo telah melewatkan banyak waktu berharganya. Hingga akhir hidup Rahma, Dazo jarang sekali menggenggam tangannya, apalagi memeluk putri semata wayangnya itu.
***
Satu bulan setelah kematian Rahma, Alice menyusul dengan kondisi yang sama, yaitu terinfeksi virus Emfilus. Badra sangat terpukul, hatinya hancur. Kondisi tersebut membuatnya tak bisa berpikir jernih hingga dirinya harus mengurung diri di kamar untuk waktu yang cukup lama.
Enam Bulan Kemudian
“Hari ini adalah hari yang bahagia untuk kita semua.” Jack berpidato disaksikan awak media.
“Mira Farma telah bekerja keras untuk ini. Dengan bangga hari ini kami atas nama Mira Farma resmi mengeluarkan vaksin Emfilus dengan nama Emvak. Secepatnya vaksin akan diterima oleh seluruh warga Indonesia.”

Seluruh masyarakat bersorak gembira menyambut kedatangan vaksin Emfilus yang akan segera didistribusikan ke seluruh daerah. Masyarakat telah menanti kehadiran vaksin ini. Raes dengan berat hati harus menerima tawaran vaksin tersebut untuk tetap mengambil hati rakyat. Sementara Luis Farma masih melakukan penelitian untuk memproduksi vaksin Emfilus. Dalam situasi ini, Luis Farma tertinggal satu langkah dari Mira Farma.
Badra melihat ada sesuatu yang aneh pada virus ini. Ia mulai mencurigai Mira Farma sebagai dalang di balik kekacauan yang terjadi. Badra tahu untuk menemukan sebuah vaksin dari virus baru tak mungkin secepat itu. Ia tahu betul kompetensi ilmuan yang bekerja di perusahaannya, tak secepat itu bisa menemukan vaksin dari virus mematikan ini, kecuali sudah dibuat sebelumnya.
Badra berjalan dengan cepat menuju ruangan Jeki dengan langkah panjang penuh kemarahan. Jeki yang terkejut melihat kedatangan Badra langsung berdiri dari tempat duduknya.
“Oh, Badra, ada ap—”
Dengan cepat, tangan Badra langsung mencekik leher Jeki hingga kakinya sedikit terangkat. Cekikan itu semakin lama
semakin kuat, membuat urat-urat wajah Jeki mengencang. Badra mengeluarkan handphone, menunjukkan rekaman di ruang kantornya sesaat setelah ia pergi dan mengalami kecelakan.

“Katakan, ada hubungan apa kau dengan Jack?.”
Wajah Jeki semakin memerah. Ia menepuk-nepuk lengan Badra yang mencekiknya kuat, berusaha memberitahunya bahwa ia sudah tak kuat menahan napas.
“Katakan!” bentak Badra.
Jeki memberi anggukan sebagai tanda ia bersedia untuk bercerita. Badra pun melepaskan cekikannya.
“Huh, huh, huh.” Jeki memegangi lehernya.
“Katakan, selagi aku masih menganggapmu sahabat,” ucap Badra.
“Maafkan aku, Badra. Aku diancam. Malam itu mereka membawaku ke sebuah gedung kosong dan menyiksaku. Aku disuruh membantu mereka untuk mencelakaimu, jika tidak, aku akan dibunuh.”
“Kecelakaan itu?”
“Ya benar”
“Bedebah kau!”
Sebuah pukulan mendarat tepat di wajah Jeki. Pukulan itu membuatnya tersungkur ke lantai. Jeki tak menyangka pengkhianatannya terbongkar secepat itu. Ia kembali berdiri dengan luka lebam di matanya.
“Aku minta maaf.Aku benar-benar tak berniat melukaimu” Jeki berusaha meyakinkan.

“Katakan. Apakah virus itu ada hubungannya dengan Jack?, Apa kau mengetahuinya?.”
Jeki menelan ludah. “Aku tak begitu mengetahui soal virus itu. Aku hanya tahu kalau Jack sedang berusaha menaikkan kembali nama Mira Farma, mencoba menggeser kedudukan Luis Farma.”
“Kau sudah kuanggap keluarga. Jangan sampai membuatku melukaimu.”
Badra berbalik pergi.
“Sial sekali. Hampir saja,” gumam Jeki.
***
Badra menyelinap ke kantor Mira Farma pada malam hari. Para pekerja sedang bersiap mendistribusikan vaksin ke dinas kesehatan pusat. Tiga mobil boks bersiap pergi membawa ratusan vaksin untuk disuntikan ke para pejabat negara sebelum didistribusikan massal.
Tepat pukul 23.30, mobil pembawa vaksin meluncur menuju lokasi yang sudah ditentukan. Salah satu sopir pembawa vaksin itu adalah Badra bersama satu rekannya yang melakukan penyamaran memakai seragam Mira Farma dengan mengenakan masker.
Esok harinya, acara pemberian vaksin kepada pejabat negara digelar. Semua pejabat wajib mendapatkan vaksin Emvak yang diproduksi oleh Mira Farma. Banyak yang antusias menyambut vaksin itu, namun ada pula beberapa yang menolak untuk mendapatkan vaksin. Mereka yang menolak langsung dicopot dari jabatan dengan alasan tidak patuh pada aturan negara.
Dari balik layar televisi, Badra menyaksikan jalannya vaksinasi ditemani secangkir kopi. Ia tersenyum menantikan pertunjukan yang sudah ia persiapkan. Sebuah cairan berbahaya bernama sarin telah disuntikan ke dalam beberapa vaksin Emvak. Sarin merupakan zat yang sangat cepat merusak saraf. Kebanyakan orang menyebutnya senjata kimia mematikan yang legendaris. Badra teringat sebuah sejarah tahun 1988, di mana zat tersebut pernah digunakan dalam pembantaian Halabja yang menewaskan sekitar lima ribu orang.
Rencana tersebut tak diketahui anggota Ghost Shadow yang lain, hanya satu anak buah yang Badra bawa untuk membantunya dengan syarat merahasiakan misi tersebut. Badra
tak ingin Jeki mengetahui misinya, karena ada kemungkinan Jeki telah bersekutu dengan Jack. Sejauh ini, Badra masih merasa Jeki adalah bagian dari Ghost Shadow, namun tetap saja kejadian tempo lalu membuatnya sedikit waspada.
Sebagian pejabat telah mendapatkan vaksinasi termasuk Raes. Belum ada tanda-tanda reaksi dari zat sarin yang Badra campurkan. Tidak semua vaksin dicampur zat sarin, hanya beberapa saja.
Tak selang beberapa lama, salah seorang pejabat tiba- tiba tersungkur. Napasnya cepat tak terkendali, sampai akhirnya lemas tak sadarkan diri. Hal yang sama terjadi kepada beberapa pejabat yang lain. Ada sekitar dua puluh orang yang mengalami kondisi serupa, hingga akhirnya tim medis memutuskan untuk melarikannya ke rumah sakit.
Badra tersenyum melihat momen itu. Rencananya berjalan dengan baik untuk menggagalkan Mira Farma sebagai pemasok tunggal vaksin virus Emfilus. Hal tersebut akan sangat menurunkan reputasi Mira Farma sebagai perusahaan yang baru saja bangkit dari tidurnya. Badra sudah sangat yakin dalang di balik kekacauan ini adalah Jack. Ia sudah bersumpah akan membalaskan dendam atas kematan Rahma dan Alice.
“Tak akan semudah yang kau bayangkan Jack,” gumam Badra.
Kegiatan vaksinasi dihentikan sementara waktu. Banyaknya media yang datang memaksa Raes membuat keterangan pers terkait kejadian itu. Di depan media, Raes mengatakan telah menugaskan tim investigasi untuk segera menyelidiki penyebab terjadinya insiden tersebut. Sementara itu masyarakat yang telah menyaksikan jalannya vaksinasi melalui televisi menjadi enggan untuk divaksin. Mereka takut dengan efek yang ditimbulkan dari vaksin Emvak.
Esok harinya, media mengabarkan pejabat yang dilarikan ke rumah sakit setelah mendapatkan vaksin dinyatakan meninggal dunia. Dokter memberi pernyataan bahwa kematian kedua puluh pejabat akibat suntikan dari vaksin Emvak. Keterangan tersebut membuat masyarakat semakin enggan untuk divaksin. Di lain sisi, korban dari virus Emfilus semakin meningkat. Rumah sakit-rumah sakit kehabisan tempat dan oksigen.
Raes telah menghentikan vaksinasi sampai vaksin yang benar-benar aman ditemukan. Pemerintah juga tak dapat menahan Jack sebagai pemimpin dari Mira Farma karena dalam surat perjanjian disebutkan bahwa pihak Mira Farma tidak dapat dituntut hukum apabila ada insiden berkaitan dengan kegagalan penelitian, dikarenakan situasi darurat.
Di dalam ruangannya Jack berteriak kesal. Amarahnya meluap tak terkendali. Beberapa barang dilemparnya tak terarah. Matanya benar-benar menunjukkan kemurkaan.

“Bedebah kau! Aku tahu, ini semua ulahmu Badra! Argh!”

Comentário do Livro (171)

  • avatar
    SUPRIADICEPI

    Cerita yang banyak sekali dinamika yang terjadi dan ada inspirasi yang bisa kita ambil, Terimakasih kepada penulis sudah memberikan cerita yang kaya akan alur

    03/04/2022

      0
  • avatar
    francescaFioren

    ceritanya sangat menarik, ceritanya mudah di pahami, banyak pesan moral, wajar ratingnya tinggi, cerita alurnya sangat menarik, sangat bagus cerita nya, saya akan memberi tau temen saya untuk ikut melihat cerita/novel ini

    02/03/2022

      8
  • avatar

    Novel yang menceritakan kisah yang sangat menarik. Alur ceritanya sangat mudah dipahami. Bahasa yang digunakanpun mudah dicerna dan dimengerti. Bravo buat sang penulis.

    28/02/2022

      4
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes