logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 7 Rindu sekali

Di rumah tak bosan Andi selalu memandang foto Citra, begitupun Citra yang tak pernah lelah memandang foto Reno.
"Kata Citra, tingkah Reno sebelas duabelas dengan tingkahku. Semakin membuatku penasaran padanya," Andi berbicara pada foto Citra.
"Kepala batu, aku sangat mencintaimu. Sangat, bahkan ketika kamu bercerita tentang Reno aku sangat cemburu," lirih Andi.
"Apa aku perlu menghubungi si kepala batu, ya. Aku kangen tapi pasti nanti ujung - ujungnya ribut. Tapi aku suka jika bisa ribut dengannya," Andi memandang langit - langit kamar.
"Tak apalah, ku telfon saja. Rinduku tak dapat dibendung, terlalu jauh sudah aku mencintainya."
Segera Andi menghubungi Citra untuk mengobati rasa rindunya.
Tuuuuutttttt
"Halo, kepala batu!" sapa Andi.
"Iya, ada apa kak?" jawab Citra di seberang sana.
"Tak apa, lagi ngapain kamu," Andi ingin tahu kegiatan Citra ketika malam hari.
"Nulis surat untuk Reno, kak,"
Nyesss
"Owh, kakak ganggu ya?" Andi berusaha menyembunyikan kecewanya.
"Tidak juga, barusan selesai. Kak Andi ada perlu apa malam - malam telepon?"
"Hmm tak ada apa - apa," jawab Andi.
"Lagi diputusin pacara ya, hahahah." Citra kembali menggoda Andi.
"Kamu sepertinya mau ngajak ribut malam - malam," pungkas Andi.
"Hanya bercanda aja, Kak! Gitu aja marah, cepet tua loh," tukas Citra.
"Sudah makan malam belum, Cit?" Andi berbasa basi supaya bisa mendengar suara Citra.
"Tumben panggil namaku. Aku udah makan kak, mama masak enak hari ini," jawab Citra.
"Owh. Cit, besok minggu joging yuk! Anggap aja persiapan untuk seleksi," Andi berharap Citra menerima ajakannya.
"Minggu ya, sepertinya aku--
"Kamu tak bisa ya? Ya sudah tak apa lain kali saja," Andi terlihat kecewa. Sepertinya Citra gak mau joging bersamanya.
"Buka begitu, kak. Aku mau, di deket taman Gelora gimana?" Citra menyetujui ajakan Andi. Andi seketika tersenyum bahagia.
"Benarkah? Baiklah aku tunggu jam enam pagi, atau aku jemput kamu aja," tukas Andi.
"Terserah kakak aja,"
"Oke kakak yang jemput kamu aja ya," ucap Andi, rasa bahagia menyelimuti dirinya.
"Oke, Kak!" Citra terlihat senang karena Andi udah bicara halus tanpa ngegas seperti biasanya.
Klik. Sambungan telpon ditutup.
'Akhirnya bisa berdekatan dengan Citra lagi. Hanya berdekatan saja udah membuatku bahagia, sereceh inikah kebahagiaanku?' bantin Andi.
"Citra, kamu membuatku bahagia dan melupakan rasa sakitku. Aku ingin bersamamu selamanya, tapi hatimu sudah berpaling dariku sejak dijodohkan. Itu membuatku sangat sakit' Andi masih membayangkan jika dirinya bersama Citra.
'Reno, kamu beruntung sekali. Aku iri denganmu, semoga kau selalu membahagiakan Citra saat diriku sudah tak ada. Aku janji aku akan menjaganya sampai kau pulang dari masa pendidikanmu," di saat hatinya sedang sakit, Andi masih saja mendoakan kebahagiaan Citra dan Reno.
**********
Di kediaman Citra.
Drrttttt
Ponsel Citra berdering, terlihat nomer tak dikenal sedang menghubunginya.
"Hallo, Citra," sapa seseorang di seberang sana.
"Reno," Citra terkejut setelah mendengar suara yang sangat dia senang.
"Iya, Citra. Aku kangen, kkamu bagaimana kabarnya? Udah sebulan aku gak denger suaramu!" suara Reno menunjukkan rasa rindu yang mendalam.
"Aku kangen kamu, Ren. Sangat kangen, semua yang ada di kamu aku kangen semua," Citra terlihat bahagia saat mengungkapkan isi hatinya.
"Cit, kata mama kamu--
"Iya, aku bingung Ren. Aku gak mau menikah dengan orang yang kucintai. Cintaku hanya untuk kamu!" Batin Citra menangis saat Reno sudah mengetahui perjodohan yang dilakukan keluarganya.
"Cit, bukan karena aku tak mencintaimu lagi. Tapi jika memang itu akan menjadi kebahagiaan untuk keluargamu aku akan mengikhlaskanmu," ucapan Reno semakin membuat perasaan Citra teriris. Cinta mereka kandas karena perjodohan.
"Ren, tapi aku--
"Aku percaya, jika memang kamu jodohku maka suatu saat pasti akan kembali padaku," Reno masih memberikan semangat pada Citra agar tak merasa tersakiti.
"Jadi hubungan kita selesai, Ren?" terdengar suara Citra seakan menahan tangis.
"Aku hanya percaya cinta sejati, Cit. Jika memang kau cinta sejatiku maka kamu pasti akan kembali padaku meskipun penuh jalan terjal untukmu kembali padaku," tukas Reno. Sebenarnya bagi Reno sendiri ini adalah hal paling menyakitkan. Sebisa mungkin Reno tak menunjukkan rasa sakit agar tak menjadi beban pikiran buat Citra.
"Ren, tapi aku--
"Bersikaplah dewasa, Cit. Urusan cinta kita aku serahkan pada Allah. Aku masih menyebutmu di sepertiga malamku. Apapun yang terjadi esok, aku siap menerimamu dengan ikhlas," Reno berusaha setegar mungkin untuk mengatakannya.
"Hiks hiks," suara tangisan terdengar menyayat hati Reno.
"Cup, jangan menangis. Aku selalu mendoakanmu, semoga kau selalu bahagia bersama siapapun. Semoga kamu dikelilingi orang - orang yang baik," tukas Reno. Citra masih terisak dengan tangisannya.
"Ren, terimakasih atas doamu. Aku mencintaimu!" ungkapan hati Citra terlontar begitu saja.
"Sama - sama Citraku sayang, udah malam. Segera tidur dan jangan begadang!" pesan terakhir dari Reno sebelum memutus sambungan telponnya.
"Iya, aku akan tidur. Kamu juga, jangan sampai bolong salatnya," pesan yang disampaikan Citra pada Reno.
"Assalamu alaikum,"
"Waalaikum salam."
Sedikit lega setelah berbicara dengan Reno, kangen sedikit terobati meskipun hanya mendengar suaranya.
*******
Hari minggu
Pagi sekali Andi sudah bersiap untuk menjemput Citra, dia memakai celana trining pendek dan kaos tanpa lengan. Terlihat gagah ditambah perut yang sixpack. Ketika sudah siap gegas Andi melajukan motornya ke rumah Citra.
"Assalamu alaikum," salam dari Andi saat akan memasuki rumah.
"Waalaikum salam, Nak Andi kok tumben sekali datang pagi - pagi," jawaban salam dari mamanya Citra. Mamanya Citra terkejut kedatangan Andi pagi - pagi.
"Tante, Citranya ada?" Andi kembali bertanya soal Citra
"Ada, dia masih di kamarnya. Tadi sepertinya dia tidur lagi setelah subuh," jawab mamanya Citra.
"Boleh saya bangunkan dia, tante!" Andi memberanikan diri untuk bertanya pada mamanya Citra. Ingin sekali Andi melihat muka bantal calon istrinya.
"Boleh jika Nak Andi tak keberatan, apa hubungan kalian sudah membaik?" tanya mamanya Citra.
"Alhamdulillah, meskipun masih sering berdebat," jawab Andi.
"Syukurlah, ya sudah Nak Andi bisa membangunkan Citra," tukas mamanya Citra.
Gegas Andi menuju kamar Citra, melihat isi kamar Citra membuat Andi tertegun.
"Rapi amat, dan assesoris tinju terpajang rapi di dinding dan di atas lemari," lirih Andi.
"Cit, citra ayo bangun. Katanya mau diajak joging," Andi berusaha menggoyang - goyangkan tangan Citra agar segera bangun.
"Kok tangannya berasa panas, apa dia sakit?" Andi segera menyentuh dahi Citra dengab punggung telapak tangannya.
"Benar, dia lagi sakit," Andi masih berbicara sendiri.
"Kompres, ya dia harus dikompres agar panasnya hilang," Andi masih panik melihat keadaan Citra.
"Tante, boleh Andi minta saputanga dan air! Badan Citra panas sekali," Andi segera menemui mamanya Citra untuk meminta air dan saputangan.
"Citra sakit? Semalam dia baik - baik saja," mamanya Citra menjadi terkejut saat Andi berkata jika Citra sakit.
"Iya sudah, tante siapkan. Nak Andi jagain Citra sebentar ya," tukas Mamanya Citra.
"Siap, tante. Andi akan jaga Citra sampai sembuh!" Andi bersemangat mendapat mandat untuk menjaga Citra. Kesempatan yang akan pernah ditolaknya. Memandang Citra adalah hal terindah baginya.
Saat dikamar Citra, Andi hanya memandang Citra yang masig tertidur. Muka bantalnya membuat gemas, tetapi ada sebuah benda yang memancing penglihatan Andi.
"Foto siapa ini?" Andi melihat sebuah foto, foto itu berisi Citra dan seorang laki - laki. Foto saat sedang dihukum di halaman sekolah.
"Apa ini Reno?" Andi merasa sakit saat melihat foto itu.
'Seistimewa itukah Reno di hati Citra?' batin Andi kembali teriris.
Citra menggeliat membuat Andi kaget dan segera meletakkan foto itu ditempat semula.
Mamanya Citra segera menyerahkan kompres pada Andi.
"Nak, Andi. Tante minta tolong, ini kompres---
"Andi siap untuk mengompres Citra, tante. Pokonya tante tenang saja, Citra aman bersama Andi," tukas Andi.
"Makasih Andi."
"Sama - sama."
Andi segera mengompres Citra agar panasnya cepat turun.
"Kak Andi!" Citra terbangun karena merasa ada sesuatu yang menempel di dahinya.
"Jangan bergerak! Aku sedang mengompresmu, badan kamu panas sekali!" Andi masih sibuk mengompres Citra.
"Makasih, Kak." suara serak Citra terdengar menyakitkan bagi Andi. Bagaimanapun Andi tak ingin jika Citra sakit. Keadaan itu akan membuat dirinya ikut sakit.
"Setelah ini makan!" pungkas Andi.
"Tapi kak--
"Tak ada alasan, kamu harus segera sembuh!" pungkas Andi.
"Baiklah, kak. Kak, Citra minta maaf karema tidak bisa ikut joging dulu," Citra merasa tak enak karena acara jogingnya batal sebab kondidi badan yang tak memungkinkan.
"Kalau kamu memaksakan joging dengan kondisi seperti ini akan membuatku marah padamu, sudah jangan banyak bicara. Akan Kakak suapin kamu makan," Andi segera mengambil sarapan yang sudah disiapkan mamanya Citra.
"Tapi jangan banyak - banyak, Kak!"
"Iya, sedikit - sedikit tapi sering ya," Andi merawat Citra dengan penuh kasih sayang dan sabar.
"Makasih, Kak. Maaf sudah merepotkan," ucapan Citra membuat hati Andi bergerimis. Andi tidak merasa direpotkan. Malah Andi sangat senang berkesempatan menjaga dan merawat Citra saat sedang sakit.
Andi dengan telaten menyuapi Citra, tak terasa sarapan sudah habis setengahnya. Kemudian Andi memberikan obat untuk Citra, setelah meminum obat, Citra kembali tidur karena pengaruh efek obat. Pada kesempatan itu Andi memanfaatkan untuk memandang wajah Citra sampai dirinya pun tertidur di kursi samping ranjang Citra.

Comentário do Livro (29)

  • avatar
    AprianiSiti nur

    bagus kisah nya

    21/08

      0
  • avatar
    SulastriReni

    bagus dan sangat menarik udah itu aj

    29/07

      0
  • avatar
    AjahArka

    sangat kagum

    16/04

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes