logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Mbak, Nikah Yuk!

Mbak, Nikah Yuk!

Queeny


Capítulo 1 Awal Mula

Suasana pesta di gedung itu sungguh meriah. Bunga-bunga menghiasi di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan datang silih berganti. Aneka menu tersaji di meja. Semua orang bebas memilih, sepanjang waktu yang telah ditentukan, jam dua belas siang hingga lima sore.
Kedua mempelai yang duduk bersanding di pelaminan juga tampak serasi, cantik dan tampan. Senyum dan tawa bahagia terpancar di wajah mereka saat menyalami satu per satu tamu yang hadir, sembari mengucap syukur atas hari yang penuh berkah ini. Sejak akad nikah hingga resepsi semua lancar tanpa kendala berarti.
"Gak usah cemberut gitu. Bentar lagi kamu nyusul, kok."
Bisikan seorang lelaki membuat Hayu kaget dan menoleh ke belakang.
"Aaaaa!" Gadis itu berteriak lalu menutup mulut dengan cepat karena malu terdengar yang lain.
"Dasar bocah!" umpatnya pelan. Hampir saja mereka bersentuhan karena ternyata dekat sekali.
"Ssttt. Jangan berisik. Nanti mereka pikir kamu diapa-apain sama aku," lanjut laki-laki itu iseng.
Hayu tak menanggapi ucapan tadi dan kembali duduk tenang menyaksikan acara berlangsung. Di tangannya ada sepiring snack dan buah. Untung saja tidak tumpah, dia bisa malu kalau sampai itu terjadi.
"Mbak cantik, deh," bisiknya lagi.
Hayu mengumpat lagi. Sedari tadi lelaki itu menggodanya terus, karena mungkin memang kurang kerjaan. Rasanya wanita itu ingin mengatakan agar dia membantu pelayan membersihkan ruangan. Banyak plastik minuman kemasan yang berceceran di lantai. Itu kotor dan tidak nyaman dipandang mata. Acara di gedung mewah begini tamunya jorok dan suka buang sampah sembarangan.
"Mbak ini sombong. Awas aja!" kata Aksa, nama lelaki itu. Dia kesal karena diabaikan, lalu dengan santainya berjalan ke depan.
Hayu menatap Aksa heran, lalu kembali mengabaikan dan mengambil sepotong cake. Dia melahapnya dengan cepat dan berhenti saat melihat lelaki itu berjalan menuju meja depan, tempat di mana orang tuanya duduk.
Hayu menatap intens ke arah Aksa saat asyik tertawa bersama keluarganya. Lebih mengesalkan lagi, lelaki itu malah mencium tangan orang tuanya dan menunjuk ke arahnya.
Hayu membuang pandangan, pura-pura tidak melihat. Aksa sepertinya nekat. Mengapa dia malah mendatangi orang tuanya? Mama dan papanya terlihat senang, bahkan beberapa kali tertawa sembringah. Entah mereka berbicara apa, dia juga tidak tertarik untuk mendengar.
"Hayu. Ayo, ke depan. Pagar ayu sama pagar bagus mau difoto sama manten."
Seseorang memanggil. Hayu meletakkan piring di kursi. Harusnya ikut duduk di meja khusus pendamping pengantin. Hanya saja, karena si bocah itu terus mengganggu, maka dia berpamitan mengambil makanan dengan alasan lapar untuk menghindar.
Ternyata Aksa malah mengikutinya, mengambil tempat duduk persis dibelakang, lalu mengajak bicara yang tidak penting. Lelaki itu juga menggoda dengan rayuan gombal. Sungguh, Hayu mual mendengarnya.
Hayu bergegas menuju panggung bersama dengan yang lain. Ada lima pasang yang didaulat sebagai pagar ayu dan pagar bagus. Dia, beberapa sepupu, termasuk Aksa salah satunya. Selama acara lamaran lelaki itu tidak pernah tampak, tahu-tahu muncul sehari sebelum gladi bersih.
Mereka berdiri berderet dengan rapi. Pagar ayu di sebelah pengantin wanita. Pagar bagus di sebelah pengantin lelaki. Hayu harusnya merasa lega karena sebentar lagi acara akan selesai. Memakai kebaya dengan sanggul ini membuat napasnya sesak, sekalipun banyak yang memuji kecantikannya. Nasib jomlo, harus menerima saat namanya dipilih eyang putri. Melawan? Itu berarti tanda tidak hormat kepada orang tua.
Sesi foto-foto terakhir selesai. Sejak acara dimulai, Hayu memilih diam menyaksikan semua sembari makan, berfoto-foto, atau beramah tamah. Bagian yang terakhir itu yang sama sekali dia tidak suka karena malas berbasa-basi. Pertanyaan mereka selalu sama.
"Kapan Hayu nyusul?"
"Sudah pantes, kok. Cantik, sukses, ayu begini."
"Ayo, jangan kebanyakan pilih-pilih."
Siapa yang memilih? Jika memang belum bertemu yang cocok, apa dia harus memakasakan? Hayu tidak mau menerima lelaki sembarangan untuk dijadikan suami demi status. Nanti malah menyusahkan kalau akhlaknya tidak baik. Bukannya menafkahi istri, malah menzolimi.
"Aku pamit dulu, ya. Udah, kan?" Hayu menyalami Tina, sepupunya, sang mempelai wanita yang terlihat cantik dengan baju adat Jawa.
"Iya. Kamu pulang aja."
Mereka berpelukan erat, kemudian saling mencium pipi kiri dan kanan.
"Kok Hayu buru-buru?" tanya Bagas, suami Tina.
"Aku kurang sehat, Kak. Pusing."
Dalam hati Hayu berucap, semoga alasan itu bisa diterima. Sebenarnya dia tidak berbohong. Memang rasanya tidak nyaman saat memakai sanggul ini. Rambutnya menjadi kaku dan kepala terasa kebas.
Beberapa jepitan rambut yang ditancapkan ke sanggul membuat Hayu meringis. Ada satu yang menusuk kepala. Sepertinya si juru rias tidak sengaja.
"Kamu pulang aja. Istirahat. Eh, besok masuk kerja, ya?" tanya Tina.
Hayu menjawabnya dengan anggukan.
"Sudah, sana pulang," usir Tina sembari bercanda, yang dibalas Hayu dengan tawa kecil.
"Aku pamit dulu, ya," ucapnya saat menyalami Bagas dan Tina sembari mengucapkan selamat.
Dengan santai, Hayu berjalan menuruni tangga panggung. Sekilas sempat terdengar kata-kata yang dibisikkan Tina kepada Bagas.
"Hayu digangguin Aksa dari tadi. Mungkin dia kesel."
Kepalanya menoleh dan melihat mereka berdua tertawa geli. Ternyata dari atas pelaminan, sepasang pengantin itu diam-diam memperhatikan.
"Awas kau, Bocah! Cari gara-gara saja," rutuknya lagi.
Hayu berjalan menuju tempat orang tuanya duduk. Siapa saja yang dituakan di keluarga, memang mendapatkan meja khusus.
"Pulang duluan, Ma. Pa," pamitnya.
"Yaudah hati-hati," jawab Sarah, mamanya.
Hayu mencium tangan kedua orang tuanya. Mereka tahu kalau dia besok masih bekerja, jadi tidak melarang jika mau pulang duluan.
"Jangan ngebut bawa mobil," pesan Danu, papanya.
Sebenarnya, Hayu memang sengaja tidak mengambil cuti karena malas bertemu dengan keluarga yang lain. Sewaktu ditanya, dia mengatakan kalau izinnya tidak di-approve atasan. Beres. Mereka? Percaya saja.
Hayu masuk ke ruang ganti, mengembalikan semua baju dan perlengkapan yang tadi dipakai. Dibantu oleh tim rias, dia membuka sanggul.
"Aduh, sakit banget. Rambut kayak mau dicabut aja," keluhnya dalam hati. Bagaimana nanti jika menjadi pengantin yang sebenarnya? Apa dia sanggup dirias begini?
Setelah semua selesai, Hayu mengambil tas yang terletak di meja. Tangan mungilnya mengambil ponsel dan melihat ada banyak pesan yang masuk. Dengan cepat wanita itu mencari kunci mobil, lalu berjalan hendak pulang. Ketika mendekati pintu keluar gedung, sebuah tangan dengan kuat mencekal lengannya.
"Apaan, sih?" Hayu meronta dan berusaha melepaskan diri.
"Buru-buru, Mbak?" tanya Aksa.
Hayu mengumpat lagi dalam hati. Tenyata si bocah tengil itu lagi. Mau apa dia?
"Aku mau pulang!" jawabnya ketus.
"Barengan, yuk," ajak Aksa.
"Aku bawa mobil," tolaknya halus.
"Tinggalin aja, nanti minta tolong Om Danu yang bawa," bujuk Aksa. Ternyata, pintar juga bocah ini berkilah.
"Papa kan, pulang sama mama," jawab Hayu lagi.
"Nanti Tante Sarah ikut sama mamaku, Mbak," bujuk Aksa lagi. Lelaki itu belum mau menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia mau.
"Gak usah maksa!" tolak Hayu dengan nada yang sedikit meninggi.
"Udah ikut aja. Mau dianterin cowok ganteng kok nolak." Aksa mencoba menarik lengan Hayu agar wanita itu menurut.
"Lepas, gak! Sakit tau!" ketus Hayu sembari berusaha melepaskan diri.
Aksa tak mau mengalah. Dia malah memegang kedua lengan Hayu dan menyeretnya menuju parkiran.
"Lep--" Kata-kata gadis itu terhenti saat ....
"Kalian lagi ngapain?"
Mereka membalikkan badan. Tampaklah Danu sedang berdiri tegak sembari melipat tangan. Di sebelahnya ada Sarah yang terlihat syok.
Hayu ketakutan. Sementara itu, Aksa malah sengaja mencari kesempatan. Saat wanita itu lengah, dia malah menariknya ke dalam pelukan, tanpa sungkan di depan kedua orang tua itu.
"Aksa. Kamu jangan kurang aj--"
"Saya siap bertanggung jawab, Om!" kata Aksa serius.
Eh, tunggu dulu. Ini maksudnya apa? Memangnya mereka berbuat apa?

Comentário do Livro (165)

  • avatar
    RayyanKharis

    ceritanya menarik 👍

    21/08/2022

      0
  • avatar
    DITAPUSPAADYTIA

    eleh authour akhirnya tamat terharu sama perjuangan aksa dia lelaki idaman untung akhir nya bersama dan gak ada pelakor kirain sed ending gara2 muncul si tama itu ternyata gak.lega bahagia. permasalah dapat di selesaikan bersama best 😭 cuman gak da adegan dewasa yg lebih wah doang nih kaya cerita lain 😍

    15/08/2022

      4
  • avatar
    uj4N6nY4_ikon

    sumpah bacaannya ringan dan gak bikin bosen,konfliknya juga gak berat-berat amat,bikin baper pembaca,gregetan pokoknya.Untung gak ada pelakor yang bisa memisahkan Hayu&Aksa.Mungkin karena mereka bisa memegang teguh komitmen mereka dan memupuk rasa cinta diantara mereka. POKOKNYA WAJIB BACA!!

    14/02/2022

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes