logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Awal keretakan

SATU ATAP DUA DAPUR
BAB 6
Ternyata yang datang adalah Lila mantan calon menantu Ibu.
"Cari Mas Rudi, ada perlu apa, ya?"  Kupandangi wanita tadi dari atas sampai bawah, aku heran sepagi ini dia sudah menor begini. Apa memang begitu, kalau orang kaya.
"Ada atau tidak, Mbak?"
"Siapa yang datang, kenapa tidak disuruh masuk!" teriak ibu mertua.
Belum sempat aku menjawab dia sudah muncul di belakangku.
"Ada Nak Lila, tumben pagi-pagi kesini. Pasti cari Rudi, ya?" tanya ibu mertuaku pada mantan calon menantunya. Ibu berkata manis sekali. Seandainya dia juga bersikap seperti itu padaku, betapa bahagianya aku.
"Heh, sana panggilkan Rudi. Sekalian buatkana minum untuk Nak Lila!" perintah ibu mertua kepadaku.
Aku berjalan ke kamar untuk memanggil Mas Rudi.
"Mas, noh ada yang mencarimu."
"Siapa, Dek?"
"Mas, lihat sendiri saja," jawabku agak merasa jengkel.
Kuikuti suamiku ke luar kamar. Dia menuju ruang tamu, sedangkan aku langsung ke dapur untuk membuat minum.
Segera mengantarkan minuman ini, karena aku juga penasaran ingin menguping pembicaraan mereka. Dan untuk apa itu si Lila pagi-pagi sudah mencari Mas Rudi. Apa dia tidak tahu kalau pria yang sedang dicarinya iti sudah beristri.
"Ya sudah antarkan saja , Rud? Kasihan, kan."
Samar kudengar Ibu berucap demikian. Kuletakkan tiga cangkir teh di atas meja. Aku duduk di samping Mas Rudi. Aku memang sengaja, biar dia tahu kalau pria yang duduk di depannya itu adalah suamiku. 
"Bu, aku hari ini ada meeting. Jadi harus berangkat awal. Kalau harus mengantar Lila, takutnya aku nanti terlambat." 
"Halah sebentar saja, Ibu mohon padamu, Rud!" 
Aku masih menyimak perdebatan ibu dan anak itu. Sebenarnya aku juga bingung memangnya dia mau minta diantar kemana.
 "Lagian, Lila bisa naik ojek online."
"Tolong, Mas, antar aku sebentar saja aku takut kenapa-kenapa. Kita kan searah Mas."
 
"Memangnya dia minta diantar kemana sih, Mas?" Akhirnya aku ikut menyahut. Seketika Mas Rudi dan Ibu menoleh kepadaku.
"Kamu siapa, kok ikut menyahut," ucap Lila. Berarti dugaanku benar dia belum tahu siapa aku. Atau mungkin memang sengaja tak memberi tahunya.
"Saya istri dari pria yang dari tadi, Mbak minta tolong untuk mengantar yang entah kemana," jawabku lantang.
Terlihat Lila terkejut, dia menatap ibu mertuaku. Seakan meminta penjelasan. 
"Ya, sudah saya mau bersiap mau berangkat kerja." Pamit suamiku seraya berlalu pergi. Aku mengikuti langkah suamiku, aku mengamit lengan suamiku sengaja ingin memanasi, wanita yang kini nampak kecewa.
"Mas memangnya dia tadi minta antar kemana, Mas?" Aku pakaikan dasi Mas Rudi.
"Itu dia minta diantar ke klinik. Entah katanya dia sakit gigi," jawab suamiku. 
"Kenapa, Mas menolak? Sayang loh bisa anter wanita secantik itu." 
"Kamu itu apaan sih, Dek? Sudah Mas mau lapar sarapan sudah matang?" Mas Rudi mengalihkan pembicaraan. 
"Sudah, Mas, ayo kita sarapan." Aku dan Mas Rudi ke luar kamar bersamaan, dan kulihat Lila masih ada disini. Dia betah sekali.
Aku menikmati sarapan. Usai sarapan aku menyiapkan bekal untuk Mas Rudi. 
Kuantar suamiku sampai kedepan. Saat akan menstater motor, tiba-tiba Lila sudah naik ke jok belakang. 
"Aku ikut, Mas!" 
"Tapi, La … terlihat suamiku menghembuskan nafas."
"Udah gak apa-apa, toh searah juga kan. Anterin dia, Rud!" Tiba-tiba ibu menyahut dari belakang.
Aku yang melihat pemandangan di depanku rasanya sakit sekali. Bayangkan aku melihat suamiku membonceng wanita lain.
Ya, akhirnya Mas Rudi mengalah untuk mengantarkan Lila.
"Heh, Is, kamu jangan menghalang-halangi mereka. Seharusnya memang begitu, kan."
"Apa maksud Ibu?"
"Ya, aku memang bermaksud untuk menjodohkan mereka kembali, walaupun Lila akan jadi yang ke dua. Dia tetap bersedia kok," ujar ibu mertua. 
"Kenapa, Ibu tega melakukan itu? Dan pasti Mas Rudi juga akan menolaknya," tukasku.
"Rudi itu anakku, pasti kali ini dia tidak akan menolak lagi. Dan satu lagi jika kamu masih mau menggagalkan rencanaku lihat saja, Bahkan Rudi sendiri yang akan mengusirmu dari sini." Ibu seakan mengancamku.
************
Beberapa minggu kemudian
Mas Rudi sudah pulang, aku menyambutnya. Kucium tangannya.
"Mas, minum dulu." kuberikan segelas air dingin padanya, dengan sekali teguk sudah tandas.
"Terima kasih, Dek."
"Iya, Mas. Mau makan sekarang. Biar kusiapkan" 
"Nanti saja, Dek. Mas mandi dulu.
Entah sejak kedatangan Lila, Mas Rudi jadi bersikap aneh. Dia jadi pendiam.
Kami makan saling diam. Kami fokus pada piring kami masing-masing.
Tak ada obrolan sama sekali hanya denting sendok yang terdengar.
"Aku sudah selesai, Dek." Dia beranjak dari duduknya. 
"Tapi, Mas belum menghabiskan makanannya."
"Mas sudah kenyang, Dek." Terlihat Mas Rudi berjalan ke arah ruang televisi.
Sejak kemunculan Lila sikap Mas Rudi berubah. Ada apa dengan suamiku, kenapa akhir-akhir ini jadi sangat berbeda. Kusudahi makanku. Ku bereskan bekas makan malam. 
Seperti biasa tumpukan piring kotor menggunung di tempat cucian. Kucuci semuanya. Aku tak pernah membedakan walaupun itu cucian piring kotor milik ibu. 
Selesai mencuci piring aku hendak menyusul Mas Rudi diruang tv.
Loh kemana kok tidak ada. Lantas aku mencarinya ke kamar, kosong juga. Kemana perginya Mas Rudi. Coba aku cari ke depan, tidak ada juga. Namun saat aku hendak masuk ke dalam aku seperti mendengar suara orang berbicara di samping rumah. Aku mengendap-endap, benar ternyata Mas Rudi yang ada di situ, sepertinya dia sedang menelpon seseorang. Tapi tunggu dulu, kenapa dia harus bersembunyi. Mas Rudi sedang menelpon siapa? Kuputuskan untuk menguping.
"Aku, kan sudah bilang jangan menelponku saat aku ada dirumah." terdengar Mas Rudi berbicara pelan.
"Iya, Aku tau. Besok  sebelum berangkat kerja aku akan mengantarmu kontrol. Ya sudah besok aku jemput kamu."
Sepertinya Mas Rudi sudah mematikan sambungan telepon. Aku segera pergi dari sini, takut suamiku tahu aku menguping pembicaraannya.
"Dari mana kamu, Mas? Aku dari tadi mencarimu kemana-mana."
"I--itu Mas tadi beli rokok," jawabnya berbohong. Oh jadi sekarang kamu sudah mulai berbohong Mas.
"Oh …."
 Aku akan berpura-pura tidak tahu. Aku akan menyelidiki ini semua. Awas saja kalau kamu ketahuan sampai menghianatiku, Mas. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, batinku.
********
Seperti dugaanku Mas Rudi mengatakan padaku akan berangkat awal, dia bilang akan ada meeting. 
Setelah dia berangkat, aku juga gegas mengikutinya. Ojek online yang kupesan juga sudah datang. Loh kok belok, bukankah kantornya harusnya masih lurus. Dia belok ke arah perumahan yang cukup elite. Kemana kamu mas, batinku.
Dia berhenti di depan rumah besar. Tampak megah sekali, tak lama muncul seorang wanita dan membukakan pagar. Aku tak dapat mengenalinya. Karena aku berhenti cukup jauh. 
Setelah itu terlihat Mas Rudi memasukkan sepeda motornya ke dalam. Setelah itu dia menaiki mobil.
Tak lama kemudian mobil yang ditumpangi Mas Rudi melaju. Segera kuikuti lagi. 
Sekitar setengah jam mobil berhenti di depan sebuah klinik bersalin. Mereka keluar dari mobil, terlihat wanita itu menggandeng lengan suamiku.
Siapa sebenarnya wanita itu kenapa suamiku mengantarnya ke klinik bersalin. Bukankah klinik ini hubunganya dengan ibu hamil dan melahirkan. Ah jangan-jangan …."
bersambung ....

Comentário do Livro (39)

  • avatar
    Slamet Budiono

    jadi ga sabaran kelajutanya suka banget ceritanya kehidupan rumah tangga bikin jengkel sm mertuanya bikin yng berani tu mantunya biar ga dizollmi terus biar mertuanya takut 👍👍👍👍jangan terlalu lama nunggu kelanjutanya sukses mantap sekaleeee

    21/01/2022

      4
  • avatar
    MirulBotak

    good

    14d

      0
  • avatar
    TriyanaRiska

    jadi ngga sabar cerita berikutnya

    21d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes