logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Mantan calon menantu

SATU ATAP DUA DAPUR
BAB 5
Sepertinya Ibu memang sengaja mengambilnya. Sebenarnya apa sih, maksud Ibu. Pantas saja kresek belanjaan sedikit berantakan.
Aku sebenarnya bingung dengan sikap Ibu. Kenapa jika dia membutuhkan sesuatu tak pernah mau berterus terang padaku. Kenapa harus pula dengan diam-diam mengambilnya tanpa sepengetahuanku.
Padahal aku selalu menawarinya, tapi ketika di depanku dia seolah acuh. Tapi ketika aku tidak ada Ibu selalu seperti itu. Padahal aku ingin sekali saja ibu menghargai ketulusanku. 
**********
Makan siang sudah siap. Kuhampiri Mas Rudi yang masih duduk santai didepan.
"Mas, ayo makan siang dulu. Sudah aku siapkan semuanya." 
"Iya, Dek. Kita salat zuhur dulu, ya!" 
"Baiklah, Mas," ucapku mengiyakan ajakan Mas Rudi. 
Usai salat kucium punggung tangan imamku. Kemudian segera kulipat mukena dan ku rapikan sajadah. Mas Rudi juga sudah selesai melipat sarungnya.
"Mas, sudah? Ayo kita makan, Adek sudah lapar." 
"Weh, mantab ini. Istriku ini emang jago masak."
"Halah bisa aja kamu ini, Mas." Mas Rudi memang suka memujiku. 
Kusendokkan nasi untuk Mas Rudi. Kuambilkan ikan, sambal serta tak lupa lalapan. Dan tak ketinggalan pula kerupuk sebagai teman makan. 
Laki-laki yang duduk di depanku itu, terlihat lahap sekali. Sampai berkeringat, memang pasangan yang pas antara nasi hangat, ikan goreng, sambal dan lalapan. Perpaduannya  mampu membuat lidah semakin ketagihan untuk tambah lagi.
"Hegg … ups, alhamdulillah." Suara sendawa yang keluar dari mulut Mas Rudi.
"Ih, Mas kamu sampai bersendawa, keras sekali."
"Hehehe, habis Mas kenyang, Dek."
"Mas, pinjam motornya!" 
"Lah motor kamu kenapa." jawab Mas Rudi pada Erna.
"Habis bensin. Cepetan aku sudah ada janji, nih."
Kebiasaan adik iparku itu akan memakai motor kakaknya, padahal aku tahu sebenarnya motornya tidak kehabisan bensin. Dia hanya sekedar ingin pamer pada kawan-kawannya. Dan aku sudah hafal nanti saat pulang pasti bensin akan habis, tanpa sungkan dia tidak mau membelikan bensins lagi.
Hoam … aku menguap karena mengantuk.
"Sudah sana Adek istirahat saja."
"Baik, Mas." aku gegas masuk kamar. Tak butuh waktu lama akhirnya aku sudah terlena ke dunia mimpi. Tidurku terasa nyenyak sekali. Aku terbangu ketika aku mendengar seperti ada tamu yang datang. Ku tengok jam dinding, ternyata aku tidur lumayan lama. Aku beranjak ke kamar mandi hendak mencuci muka biar tidak mengantuk lagi. 
Karena penasaran, akhirnya kuputuskan untuk keluar kamar. Kuintip dibalik pembatas ruang tamu, dari sela pembatas aku melihat seorang wanita cantik mungkin seumuran dengan Erna. Dari penampilanya yang tampak modis, sepertinya dia cukup berada. Dandanannya lumayan menor, dia memakai riasan yang cukup tebal. 
Kulihat Ibu bersikap manis sekali. Beda halnya saat dia berbicara padaku. Dia akan bersikap acuh. Aku penasaran siapa dia. Dan Erna juga terlihat sangat akrab. Apa dia temannya. Tapi sepertinya bukan. Karena aku juga mengenal hampir dari sebagian teman-tenan Erna.
Dan tunggu kenapa Mas Rudi juga Ikut bergabung bersama mereka. Dan kuperhatikan Wanita itu dari tadi menatap Mas Rudi, dengan tatapan yang sulit diartikan. Sepertinya dia tertarik pada suamiku itu. Meskipun Mas Rudi tak membalas tatapannya tapi sebagai perempuan aku merasa jengkel melihatnya. Apalagi seolah dia mencari perhatian suamiku. Awas, ya, kamu,Mas!
Tunggu, kutajamkan pendengaranku. Karena percakapan mereka tak begitu jelas kudengar. Apa … sepertinya ibu mertuaku memanggil wanita itu Lila. Ataukah mungkin itu Lila yang dulu pernah akan dijodohkan dengan Mas Rudi.
Deg … apa dia Lila putri juragan gani yang dulu hendak dijodohkan dengan mas Rudi. Memang jika dibandingkan denganku tak ada seujung kukunya.
Kulihat Lila, ya wanita yang kini telah ku tahu namanya. Dia seperti sengaja menyenggolkan tanganya pada suamiku.
Ck … tidak tahu malu sekali, gumamku dalam hati. Gegas aku berdiri saat kulihat Mas Rudi mulai berdiri. Sepertinya dia juga risih mendapat perlakuan seperti itu dari Lila. 
Aku segera ke kamar aku pura-pura memainkan ponsel saat kudengar derap langkah mendekati kamar.
Ceklek … bunyi gagang pintu dibuka. Benar dugaanku Mas Rudi akan masuk kesini.
"Dari mana, Mas? Oh iya kudengar sedang ada tamu, ya?" tanyaku pada Mas Rudi. Pura-pura tidak tahu.
"Eh, i--itu dari depan. I--iya benar memang sedang ada tamu." Mas Rudi kini duduk disampingku. 
"Siapa, Mas?" sepertinya dari suara yang ku dengar kayaknya dia asing bagiku. Kalau pun teman dari Erna, aku kayaknya kenal semu, Deh!" tanyaku tanpa jeda.
"A--nu, itu."
"Kamu ini kenapa, sih. Dari tadi ditanya jawabnya kok, cuma ana-anu saja. Mbok ya yang jelas." Aku tahu sekarang Mas Rudi sedang mencari jawaban yang tepat dari pertanyaanku.
"Dia, Lila anak juragan Gani, Dek." 
"Oh, yang dulu dijodohkan dengan kamu itu, kan?" tukasku. Sepertinya Mas Rudi sedikit gugup.
"Kok, Adek tahu? Siapa yang ngasih tahu?"
"Ibu yang bilang sama aku, Mas. Kenapa kamu menolak, padahal dia itu cantik loh. Lagipun sangat jauh jika dibandingkan denganku.
"Itu, kan masa lalu. Lagian Mas juga udah, kan! Ah Mas tahu, pasti Adek cemburu, ya? Hayo ngaku …." Digelitiknya perutku. hingga aku tertawa keras.
"Sudah, Mas! Geli ini."
********
"Lihat ini Er, ibu dibelikan ini sama Lila. Bagus gak bila Ibu pakai. 
"Bagus, sekali, Bu. Dan ini dia juga membawa banyak sekali makanan."
Aku mendengar percakapan Ibu dan Erna. Sepertinya mereka sedang membuka oleh-oleh yang dibawakan mantan calon menantunya
"Seandainya saja mas mu itu mau dikodohkan dengan Lila mungkin kita tak perlu hidup susah," ucap mertuaku pada putrinya.
"Bagaimana kalau kita bujuk saja Mas Rudi supaya mau menikah dengan Mbak Lila. Dan sepertinya Mbak Lila juga masih suka sama Mas Rudi."  Adik iparku bersemangat sekali mengungkapkan idenya pada ibunya.
"Kamu bener, Er," pasti Lila juga mau bila dijodohkan kembali dengan masmu.
Bukanya aku mau menguping, namun aku memang tak sengaja mendengar percakapan ibu dan anak itu. 
Dan bagaimana jika ucapan mereka benar adanya. Dan apakah Mas Rudi akan berubah fikiran.
Aku bergegas pergi sebelum hatiku terasa hancur, karena mendengar percakapan antara ibu dan anak itu.
Aku tak bisa tidur, karena memikirkan obrolan ibu mertuaku dan adik iparku. Bagaimana kalau Mas Rudi ….
Ah … memikirkanya membuat kepalaku rasanya pusing. Sudah kucoba memejamkan mata namun tetap tidak bisa tertidur. Aku coba meminum obat anti mabuk yang biasa aku minum aaat akan bepergian, agar aku bisa tertidur. Akhirnya usahaku berhasil.
******
Ting tong … ting tong. Siapa sih yang bertamu sepagi ini, gumamku. 
Ceklek kubuka pintu, ku lihat sosok wanita. Aku tidak mengenalnya karena dia membelakangi aku.
"Cari siapa?"
"Mas Rudi ada?" jawabnya seraya membalikkan badan. Ternyata dia .
bersambung ....

Comentário do Livro (39)

  • avatar
    Slamet Budiono

    jadi ga sabaran kelajutanya suka banget ceritanya kehidupan rumah tangga bikin jengkel sm mertuanya bikin yng berani tu mantunya biar ga dizollmi terus biar mertuanya takut 👍👍👍👍jangan terlalu lama nunggu kelanjutanya sukses mantap sekaleeee

    21/01/2022

      4
  • avatar
    MirulBotak

    good

    14d

      0
  • avatar
    TriyanaRiska

    jadi ngga sabar cerita berikutnya

    21d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes