logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 4 Tetangga

Happy reading ❤
Seruni tak jadi pulang ke rumahnya. Ia malah meminta sang sopir taksi untuk diantarkan ke taman kota yang jaraknya sedikit jauh dari kediamannya.
Menghabiskan satu jam perjalanan, Seruni sampai di tujuan. Taman Prestasi. Ia bagai menemukan sebuah oase di tengah kota ini. Taman seluas 6.000 m2 ini dihiasi sekitar dua puluh satu jenis tanaman, sehingga terasa nyaman untuk melepas penat. Anak-anak pun dapat bermain sambil belajar mengenal lingkungannya. Area ini dilengkapi panggung terbuka, panggung teater, dan sarana permainan anak. Di sini, juga dapat menyaksikan replika penghargaan yang pernah diraih Kota Surabaya, seperti Wahana Tata Nugraha, Adipura Kencana, dan lain-lain. Obyek wisata ini juga menawarkan petualangan lain, seperti menyusuri Kalimas dengan perahu naga atau perahu dayung. Bahkan, bagi keluarga yang ingin menikmati suasana asri taman dengan menunggang kuda, telah tersedia kuda-kuda kekar yang siap mengantar.
Namun, Seruni lebih memilih menyendiri di salah satu kursi berbahan besi dengan ukiran indah yang tersedia di area taman ini. Melepas penat, yang berhari-hari selalu dirasakan. Memperhatikan anak-anak yang berlalu lalang sambil memegang mainan dengan para orang tua yang sibuk mengawasi.
Seruni menikmati kegiatannya kali ini. Penatnya lumayan menghilang. Hingga tak sadar, langit pun berubah hampir gelap, ia baru beranjak dari taman tersebut.
Seruni tak langsung pulang ke rumah. Ia mampir dulu ke swalayan. Kulkas di rumah sudah kosong minta diisi. Persedian bahan makanan dan alat mandi di rumah sudah hampir habis.
Setelah selesai dengan belanjaannya, ia mampir di salah satu tempat makan di pinggir jalan. Memesan pecel ayam kesukaan, untuk ia makan di tempat. Karena tak mungkin juga ia memasak, waktu sudah menjelang malam pun tenaganya yang mulai lunglai.
Wanita itu duduk disalah satu kursi kayu panjang yang di sediakan oleh pihak warung makan. Lalu, memesan teh hangat untuk melonggarkan tenggorokan sambil menunggu pesanannya datang.
Memutar-mutar jari telunjuknya di lingkaran bibir gelas yang terisi air teh hangat, untuk membunuh waktu karena menunggu pesanannya yang tak kunjung datang. Wajar, sangat banyak pembeli yang mengantre di warung ini. Jadi ia harus sabar.
Pesanan datang. Seruni makan dengan lahap. Perutnya sangat kelaparan, hingga ia memesan dua porsi pun habis tak bersisa. Tersisa hanya tulang belulang dari ayam yang dipesan. Maklum, ia makan untuk dua orang, dirinya dan bayi yang dikandung. Sekarang ia sudang kenyang.
"Berapa, Bang semuanya?"
"Lima puluh ribu, Mbak."
Seruni memberikan satu lembar uang biru pada sang pedagang, sambil mengucapkan terimakasih dan beranjak pulang.
####
Seruni memesan taksi, tapi tak ada satu pun taksi online yang menerima pesanannya. Mungkin, sudah terlalu malam. Kini ia kawatir, di jam malam seperti ini ia masih ada di luar jauh dari rumah. Tak mungkin, kan ia harus berjalan kaki. Kalau begini, bagaimana wanita itu bisa cepat-cepat istirahat.
Seruni yang terlalu lama berdiri pun memutuskan untuk duduk di trotoar pinggir jalan. Kakinya sudah pegal menahan bobot tubuhnya sendiri.
Lima belas menit berlalu, tiba-tiba ada sebuah sedan putih berhenti tepat di depannya.
Seruni memperhatikan. Melihat seseorang yang keluar dari mobil tersebut. Lalu, menghampirinya yang masih asik menikmati acara duduk.
"Lagi ngapain malam-malam di sini?" Pria tinggi menjulang yang sekarang berdiri di depannya, berbicara dengan suara berat yang tak begitu terdengar jelas, karena beradu dengan bisingnya kendaraan yang lewat.
"Hah?" respon Seruni pada pria hitam manis bermata sipit, yang baru Seruni sadari merupakan anak dari Ibu Siti tetangga rumahnya, yang hanya berbeda lima rumah dari kediamannya. Pria itu bernama Adit, masih seumuran dengannya, hanya saja ia belum menikah di usianya yang menginjak kepala tiga. Padahal wajahnya tampan. Pasti banyak wanita yang menginginkan.
"Nungguin siapa di sini?" Pria bernama Adit itu mengeraskan sedikit suaranya agar terdengar oleh lawan bicara.
"Oh. Itu Mas. Nunggu taksi, tapi nggak ada yang lewat," keluh Seruni dengan menampilkan wajah kuyunya karena terlalu lama dirinya di jalanan.
"Bareng saya saja, mau?" Sambil memamerkan senyuman tetangganya menawari. Senyumnya sangit manis ditambah kemunculan lesung pipi di kedua pipinya yang terdapat sedikit rambut-rambut halus. Hampir saja Seruni terbuai karenanya. Namun, ia ingat bahwa dirinya wanita beristri dan sedang berbadan dua. Ia pun mengenyahkan pemikiran anehnya.
"Nggak ngerepotin, Mas?" tanya Seruni sedikit malu.
"Nggak dong. Kita, kan searah."
"Ok. Saya mau." Seruni girang. Akhirnya ia mendapat tumpangan untuknya pulang.
"Sini belanjaannya biar saya yang bawa,"ucap pria itu dengan mengambil alih barang bawaan yang berada di tangan Seruni.
"Makasih, ya, Mas. Jadi ngerepotin begini," ucap Seruni, membuntuti langkah pria yang kini membuka pintu belakang mobil untuk menaruh barang belanjaannya.
"Santai saja. Nggak perlu sungkan seperti itu dengan tetangga," timpal pria manis itu seraya menampilkan cengiran.
Seruni yang melihat pun ikutan nyengir.
"Ayo." Adit membukakan pintu penumpang bagian depan lebih lebar, agar Seruni leluasa untuk menaiki. Adit memutari bagian depan mobil lalu mebuka pintu kemudi. Melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang.
Di dalam mobil Seruni dan Adit tak hentinya bertukar cerita. Suasana pun jadi cair, tak sekaku saat pertemuan di trotoar tadi. Hingga perjalanan satu jam pun terasa sangat sebentar. Tau-tau sudah sampai dijalan menuju gang rumah. Tinggal satu belokan lagi, rumahnya sudah akan terlihat.
Adit memarkirkan mobilnya tepat di depan pagar rumah milik Seruni. Pria itu berniat membukakan pintu mobil. Namun, Seruni tolak dengan alasan menambah merepotkan. Jadilah ia hanya duduk di kursinya sambil memperhatikan Seruni yang beranjak keluar sambil membawa barang belanjaannya.
Seruni menghampiri sisi kemudi.v"Makasih banyak, ya, Mas. Udah nganter Runi sampai rumah."
"Sama-sama. Kalau begitu saya pamit duluan, ya, Run."
"Iya, Mas." Seruni masih memperhatikan Adit yang menjalankan mobil menuju rumah yang hanya berjarak lima unit saja. Setelah melihat mobil berhenti di depan pagar rumah Adit, barulah wanita itu beranjak untuk masuk ke dalam rumah.
Berjalan di pekarangan depan, Seruni perhatikan rumahnya yang sedikit aneh. Setaunya ia tak menyalakan lampu luar saat meninggalkan rumah tadi pagi. Apa iya lupa, tapi tak mungkin. Jelas-jelas ia mengingatnya.
Seruni mempercepat langkahnya untuk sampai di pintu ganda depan rumah, walau sambil kerepotan membawa plastik belajaan di kedua tangan. Ia ingin memastikan.
Membuka pintu dengan kunci yang ia simpan di tas kecil yang ia bawa. Terbuka. Di dalam gelap. Tak ada lampu yang menyala.
Seruni masuk lebih dalam. Baru dua langkah, lampu tiba-tiba menyala dan suara seseorang mengagetkannya.
"Ini sudah malam. Kenapa baru pulang?"
Bersambung ....

Comentário do Livro (215)

  • avatar
    Jupe New

    seru sekali

    12d

      0
  • avatar
    Dwi Erna

    bgus bgt

    15d

      0
  • avatar
    FebriyawanFeri

    good

    21d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes