logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Pesan Seblak

Malamnya saat Alka kembali berkumpul bersama teman-teman nge-band di basecamp mereka, Alka mendapati DM-nya dibalas oleh Ayuni. Dia pamit ke luar, tepatnya ke teras rumah Oris yang resmi mereka jadikan basecamp itu. Oris anak satu-satunya dalam keluarga. Ayah dan ibunya bercerai. Kini, ibunya bekerja di negara tetangga. Sedangkan ayahnya entah ke mana?
[Nama lo kek plat nomor, 41k4]
[Bingung manggilnya apa, tukang seblak aja?]
[Yaudah, besok datang ke tempat syuting jam 4 bawa seblak 10 porsi]
Alka tersenyum membaca pesan itu. Tukang seblak, not bad. Dia cepat membalas pesan itu selagi Ayuni masih online.
[Sharelock alamatnya, gue kirim yang paling spesial]
Ayuni membalas dengan memberikan kontaknya, kontak Om Bary tepatnya.
[Nomor asisten gue, save aja]
[Nanti gue share lokasinya]
Alka kembali semringah, dirinya akan bertemu dengan Ayuni lagi, sang pujaan hati.
"Kenapa lo cengar-cengir mulu, muka merona kek anak SMP diterima gebetan," celoteh Bella duduk di samping Alka, mulutnya bau alkohol membuat Alka menyeringai.
"Jangan kebanyakan minum, Be," tegur Alka.
"Dikit doang, gue lagi pusing," keluh Bella seraya bersendawa.
"Gue anter balik, yuk!" ajak Alka seraya berdiri.
"Ayo, Bella!" tegas Alka saat Bella malah memeluk kakinya.
"Sebentar, gue mau gini sebentar aja," pinta Bella semakin erat memeluk kaki panjang itu.
"Apaan sih, Be. Buruan gue anter lo balik. Bahaya kalo elo nyetir dengan keadaan kek gini," bujuk Alka.
"Iya, iya, bawel banget kek nyokap," protes Bella seraya berusaha berdiri tapi, kembali terjatuh akibat pusing.
"Gue bilang juga jangan kebanyakan minum, 'kan!" Alka membantu Bella berdiri.
Gadis itu malah mengambil kesempatan, dengan sengaja ia mengalungkan tangannya ke leher Alka saat pria itu hendak membantunya berdiri.
"Alka, boleh nggak sih gue minta cium?" Bella menggigit bibir bawahnya saat matanya tertuju pada bibir Alka.
"Jangan ngaco, Bella!" sentak Alka berusaha melepaskan diri dari Bella.
"Sekali aja, Alka. Apa elo nggak pernah liat gue yang selalu berusaha tampil cantik di depan elo. Liat gue!" Bella membusungkan dadanya, hingga tubuhnya semakin menempel ke dada Alka.
Bella berjinjit, hampir meraih apa yang ingin ditujunya. Alka yang tak suka dengan keadaan itu, terpaksa mendorong tubuh Bella hingga gadis itu terjengkang dan akhirnya jatuh.
"Jahat banget sih!" Bella merasakan bokongnya sakit sekali.
"Sorry, elo bener-bener mabok, Be," ujar Alka.
Ia tak ingin lagi membantu Bella, lebih memilih ke dalam dan memanggil temannya yang lain untuk membantu Bella berdiri.
Kedua temannya yang lain akhirnya ikut ke luar, mereka sama saja bau alkohol.
"Kalian tuh bisa enggak jangan keseringan minum," protes Alka. Malam itu ia tak selera untuk menenggak minuman itu.
"Mubazir lah, Ka kalo nggak diminum. Kasihan Bella udah ngeluarin duit kalo kita nggak ngehargain," elak Oris.
"Udah, anterin Bella balik sana!" Alka mengalihkan pembicaraan.
"Gue nggak mau balik kalo bukan Alka yang anter," tolak Bella saat Oris membantunya berdiri.
"Gue sama Zaky yang anter elo," jelas Oris.
"Alka juga harus ikut," rengek Bella.
"Udah ... udah, bawa sana. Males gue ladenin orang mabok!" titah Alka.
"Gue nggak mau balik kalo Alka nggak ikut," rajuk Bella lagi.
"Udah, Ka. Yang waras ngalah aja," bisik Zaky.
"Iya, Ka. Enggak akan mau balik kalo elo nggak ikut," rayu Oris.
Oris sudah berhasil membuat Bella berdiri, dia menopang tubuh Bella yang makin terasa berat.
"Ya udah, gue yang nyetir, ya," pinta Alka.
"Ambil kontak mobilnya di dalem," lanjut Alka pada Zaky dan temannya itu menurut.
"Gue maunya dipeluk Alka," ceracau Bella.
"Gue harus nyetir, Be," geram Alka.
"Tapi, gue maunya sama elo." Bella yang matanya terpejam berusaha menggapai Alka dengan tangannya.
"Elo semua abis minum, enggak boleh ada yang nyetir. Kalian mau, besok berita tewasnya kita akibat kecelakaan jadi headline news di media?" ancam Alka.
"Iya, Be. Alka bener, lagian yang bisa nyetir cuma elo, Oris sama Alka." Zaky ikut membujuk.
"Dan gue pun udah mulai pusing, Be," aku Oris, jujur.
"Ya udah, gue nurut. Tapi, gue pengen duduk di depan." Bella berjalan sempoyongan menuju mobilnya.
Alka rasanya semakin muak dengan sikap temannya itu. Bella bukan sekali dua kali mabuk seperti ini. Meski, biasanya Alka pun sama. Tapi, kali ini ketiga temannya itu minum di waktu yang tak tepat. Padahal besok pagi mereka ada jadwal manggung di acara pensi sebuah SMA di daerah Bogor.
"Malam ini kalian istirahat, minum jahe. Bikin badan kalian fit lagi besok pagi," pesan Alka sebelum melajukan kendaraan.
"Alka, elo tahu nggak sih? gue udah suka sama elo dari dulu, hehehe," celoteh Bella tubuhnya bersandar pada kursi dengan kepala yang tak mau diam. Menggeleng ke kanan dan kiri.
"Tuh 'kan apa gue bilang. Doi suka ke Alka," bisik Oris di bangku belakang.
"Alka kok malah enggak ngerespon, ya?"Zaky jadi penasaran.
"Iya, kalo gue sih mau aja. Secara bokap Bella 'kan tajir. Si Bella uang jajannya nggak abis-abis," timpal Oris
"Masalahnya yang Bella mau itu Alka, bukan elo." Zaky menoyor kepala Oris.
"Jangan bisik-bisik, gue denger!" sindir Alka yang masih setia menyetir.
"Alka, huhuhu ... kenapa elo enggak mau lihat gue sih?" Bella menangis.
"Bella, udah, Be ... mending elo tidur deh." Alka mengingatkan, risih sekali mendengar temannya itu menceracau.
"Apa gue kurang sek si? punya gue kurang gede?" Bella membusungkan dadanya.
"Gue bisa operasi sampe dapet ukuran yang elo mau," lanjut Bella membuat Alka mendengus kesal.
Sementara di bangku belakang kedua temannya tertawa tanpa suara mendengar celotehan Bella. Bella sendiri semakin menjadi dengan kembali mengoceh tak karuan.
"Alka, kapan elo mau nerima gue?"
"Ka, atau seenggaknya gue jadi TTM elo aja, gue rela kok. Mau gue, sumpah."
"Jadi temen tidur elo, hehehe ... gue selalu bayangin itu, Ka. Meluk badan jangkung elo, apa elo nggak mau ngerasain gue sekali aja?"
Alka meringis mendengar ucapan-ucapan absurd Bella. Sementara Oris dan Zaky pun mulai merasa risih.
"Si Bella murahan banget," bisik Oris.
"Jangan muna, gue pernah lihat elo sama dia kissing di kamar mandi rumah Bella," sahut Zaky.
"Bella yang nyosor duluan," elak Oris.
"Dan elo sedot juga 'kan?" tuduh Zaky.
"Gue bisa apa selain dari itu. Elo juga pasti nggak bisa nolak 'kan?" balas Oris.
"Mana bisa tahan kalo Bella udah gila gitu," timpal Zaky
"Nah, elo sama aja. Pernah lihat juga 'kan Bella mandi?" selidik Oris.
"Dia yang minta temenin gue buat mandi, untung junior gue kuat," jawab Zaky.
Alka yang mendengar bisik-bisik temannya hanya menggeleng saja. Mereka semua tidak ada yang benar, sama saja. Selalu memanfaatkan keadaan Bella yang sedang mabuk. Sementara Alka yang memang tak suka bila harus bermain-main dengan anak gadis orang, lebih memilih pulang bila habis minum. Setidaknya , di rumah dia bisa memandangi wajah Ayuni dalam poster. Cantik.
Setelah sampai di rumah Bella, Alka segera memanggil asisten rumah tangga temannya itu untuk membawa Bella ke kamarnya. Kemudian ia memilih pulang sementara ketiga temannya yang lain Alka sarankan untuk menginap saja di rumah Bella.
"Besok pagi gue ke sini bawain baju kalian," ucap Alka pada Zaky yang masih terlihat waras.
Sebelum pulang, Alka meminta pada asisten rumah Bella untuk membuatkan air jahe bagi teman-temannya itu. Alka sendiri memilih pulang dengan berjalan kaki. Ia pulang dengan hati yang berbunga-bunga sebab sudah membayangkan bagaimana pertemuan dirinya dengan Ayuni besok.
Sampai di kontrakannya, Alka menjumpai dua orang pria bertubuh tinggi besar menyambutnya dengan tampang garang.
"Bang Bimo, Bang Jay," sapa Alka.
"Kenal juga elo sama gue?" Bang Bimo yang berkukit agak gelap dengan tato lele di lengan berototnya membusungkan dada.
"Apa yang elo lakuin ke adek gue?" tuduh Bang Bimo.
Alka tercekat, ia pikir urusannya menghabisi berandal yang mengganggu Ayuni tidak akan diungkit
"Itu, enggak sengaja, Bang," sahut Alka.
"Enggak sengaja tapi bikin adek gue sampe dibawa ke Cimande?" Bang Bimo meraih kerah kaus lusuh Alka.
"Sumpah dah enggak sengaja," elak Alka.
"Elo udah main-main sama kita," sambar Bang Jay.
"Lawan kita kalo elo ngerasa jagoan!" bentak Bang Bimo
"Mana berani gue, Bang." Alka hanya tak mau berurusan dengan dua orang preman kampung itu.
"Elo harus mau, ikut kita ke pos ronda sekarang juga!" Bang Bimo menyeret Alka.
Alka menurut saja, lagi pula ia tak ingin ribut di depan kontrakannya. Apalagi sampai membuat adik dan ibunya melihat adegan dia dihabisi dua orang preman itu.
"Di sini 'kan elo abisin adik gue?" Tubuh Alka didorong oleh Bang Bimo.
"Enggak gue lawan, bisa ancur badan gue apalagi besok mau manggung. Gue lawan, takut mereka yang penyok," batin Alka.
"Ayo hajar gue!" tantang Bang Bimo.
"Abang duluan aja," sahut Alka.
"Ngatur gue, elo, ya?" tuduh Bang Bimo.
"Jay, abisin!" suruh Bang Bimo mendorong bahu temannya.
Hiya!
Bang Jay melayangkan tinju pada wajah Alka, namun Alka bisa menghindar. Pria bertubuh gempal itu geram, merasa dipermainkan.
"Bang sat, sini lo!" Bang Jay hendak menendang bagian perut Alka, namun, Alka lagi-lagi mampu menangkis.
Bahkan kali ini, kaki yang dibalut sepatu kulit itu berada dalam cengkraman Alka.
"Maaf, Bang. Tangan gue refleks," elak Alka pelan-pelan menurunkan kaki Bang Jay.
Emosi pria itu tersulut, kali ini dia mengambil posisi seperti banteng hendak menyerunduk mangsanya. Masih dengan taktis Alka menghindar, membuat Sang Banteng malah menubruk tihang listrik.
"Elo mainin temen gue?" tuduh Bang Bimo.
"Enggak, Bang," elak Alka.
Sedangkan Bang Jay masih tersungkur memegangi kepalanya.
"Itulah kalo otot yang diutamain," batin Alka.
"Sekarang lawan gue!" tegas Bang Bimo dan tanpa aba-aba menonjok pipi Alka.
Satu pukulan berhasil mengenai pipi kiri Alka, rasa panas langsung merambat pipi Alka.
"Lawan bocah te ngik!" titah Bang Bimo kali ini ia kembali hendak menonjok wajah Alka dan Alka berhasil meraih tinju itu sebelum mendarat di pipinya.
Alka memelintir pergelangan tangan Bang Bimo, menarik tubuh kekar itu agar lebih dekat dengannya. Kemudian dengan dengkulnya Alka menyerang perut Bang Bimo hingga pria itu terjengkang.
"Maaf, Bang. Abang 'kan yang minta saya ngelawan." Alka takut-takut menyodorkan tangan agar dapat membantu Bang Bimo berdiri.
"Kuat juga ya, lo." Dengan napas terengah Bang Bimo berdiri.
"Otot kalah sama otak, bukan sekedar kuat," kata Alka dalam hati.
"Gue akuin elo hebat, dan gue butuh tenaga elo buat kerja sama. Nanti gue kanalin elo ke Julus, anak bos besar gue. Dan elo jangan nolak." Bang Bimo menepuk bahu Alka kemudian pergi mengajak Bang Jay.
Alka sendiri merasa lega sudah menyelesaikan urusannya dengan dua preman itu. Ia segera pulang, takut diamuk adiknya.
***
Saat ditemui di rumah Bella, kedua teman Alka sedang sarapan. Alka bernapas lega sebab melihat mereka sepertinya sudah fresh, dan sudah tak lagi di bawah pengaruh alkoho.
"Kita 'kan minum cuma dikit. Jadi, nggak sampe yang mabok berat," ungkap Zaky.
"Bella udah siap?" Alka menyapukan pandangan ke seluruh ruangan.
"Tadi dia pesen kalo udah siap berangkat minta dipanggil ke kamarnya," terang Oris.
"Kalian ganti baju, biar gue panggil Bella." Alka menepuk ransel yang ia taruh di salah satu kursi kemudian pria itu berjalan menuju kamar Bell di lantai atas.
Namun, baru sampai pada tangga, Bella sudah berjalan turun. Keduanya berpapasan, Alka tersenyum. Berharap bisa memangkas kecewa Bella semalam. Gadis itu balas tersenyum.
"Kita enggak telat 'kan?" Kali ini Bella mengecat rambutnya dengan warna ungu.
"Enggak, tapi bisa jadi telat kalo elo masih berdiri di situ. Ayok!" Alka segera berjalan lebih dulu.
Pria itu kini jadi merasa risih bila berduaan dengan Bella. Takut menjadi pelampiasan gadis haus belaian itu. Sejatinya Bella adalah janda muda, ia menikah akibat hamil di luar nikah. Namun, baru sebulan menjalin rumah tangga suaminya sudah meninggalkannya. Bayi mereka pun meninggal satu jam setelah dilahirkan. Mungkin itulah yang membuat Bella selalu menuntut lebih pada Alka.
Mereka segera meluncur ke lokasi yang dituju, jalanan lancar membuat cepat sampai. Selesai menyanyikan tiga buah lagu mereka segera kembali pulang ke Jakarta. Hari ini mereka tak ada lagi jadwal. Bella yang sedari pagi lebih banyak diam, memilih pulang dan temannya yang lain pun melakukan hal sama.
"Kita jadi ya nanti ke Bandung, gue nanti kabarin lagi," ucap Bella pada Alka saat pria itu turun dari mobilnya.
"Siap, istirahat, Be. Muka elo pucet banget," pesan Alka dan dihadiah senyuman serta anggukan oleh Bella.
Sampai di rumah, Alka berinisiatif mengirim pesan pada nomor asisten Ayuni.
[Seblaknya jadi, enggak?]
Alka memutuskan untuk ke kamar mandi sambil menunggu pesannya dibalas. Saat kembali, benar saja pesannya sudah dibalas.
Asisten Ayuni
[Mengirim lokasi]
[Jam empat jangan telat!]
Senyum Alka mengembang bak kerupuk digoreng dalam minyak panas. Ia segera meluncur ke warung Cing Mela. Biar wanita itu jutek padanya, tapi, Alka yakin bila kedatangannya untuk membeli seblak pasti disambut ceria.
"Sepuluh porsi dikemas apik ya, Cing," pinta Alka.
"Banyak bener, Ka?" protes Cing Mela.
"Buat temen," sahut Alka.
Ia sendiri memilih kembali ke rumahnya untuk mandi, menyemprotkan minyak wangi murahan milik Lala ke tubuhnya.
"Udah kek mau kondangan, Bang pake nyisir rambut," komentar Lala.
"Diem. Aku kawinin sama Iyan, nih. Mau?" ancam Alka.
"Mau, Bang," sahut Lala.
"Hilih, bocah!" Alka memukul kepala adiknya itu dengan sisir.
"Aku pergi dulu, ya. Jagain ibu," pesan Alka dan diangguki oleh Lala.
Saat kembali ke warung Cing Mela, pesanannya sudah selesai dikemas. Alka menyerahkan uang sebesar 150 ribu sebagai gantinya.
"Ka, elo pake aja motor Babe, biar cepet nyampe. Biar kagak mekar kerupuk ame makaroninye," suruh Cing Mela menyerahkan kunci motor.
"Serius, Cing?" Alka membolakan matany.
"Iye, seriusan gue. Lagian gue juga makasih elo udah borong seblak di mari." Cing Mela tersenyum. Senyum pertama yang Alka terima selama mengenal wanit itu.
"Ya udah, Cing. Saya enggak lama kok. Beres urusan langsung balik," janji Alka.
Pria itu segera mengambil motor, meletakan kardus berisi seblaj di bagian depan motor.
"Berangkat ya, Cing," pamit Alka.
"Hati-hati, Ka," balas Cing Mela.
Sementara di sebuah lokasi syuting masihdi sekitaran Depok, Ayuni baru selesai melaksanakan salat Asar. Gadis itu dengan cepat melipat mukena sebab diberi tahu oleh Om Bary bahwa tukang seblaknya sudah datang.
"Tepat waktu juga ya, lo." Ayuni tersenyum melihat Alka di hadapannya.
"Bukannya cowok itu yang dipegang adalah omongannya?" Alka menyerahkan kardus berisi seblak. "Buruan dimakan mumpung masih anget," lanjut Alka mengingatkan.
Ayuni memanggil Om Bary, dan menyuruh asistenny itu membagikan seblak pada siapa saja yang mau.
"Heem, gue tersinggung. Masalahnya, jaket elo nggak kebawa, Kang Seblak," sesal Ayun.
"Tadi pagi-pagi gue ke kampus, terusnya langsung ke sini, deh." Ayuni menjelaskan mengapa lupa membawa jaket itu.
"Belum waktunya kali jaket gue balik sama pemiliknya," sahut Alka.
"Nanti gue hubungin lagi aja deh ya kalo semisal udah siap, gimana?" tawar Ayuni.
"Oke, santai aja. Lagian cuma jaket belel," sahut Alka.
"Jangan gitu, belel juga pasti pernah jadi kesayangan elo kan pas tuh jaket masih baru. Jaketnya bisa nangis kalo denger elo ngomong gitu, dan kalo punya nyawa dia pasti ngomong, 'sakitnya tuh di sini, pemirsah' hehehe," kelakar Ayuni tawanya menular pada Alka.
"Ya udah gue balik, ya," pamit Alka.
Pria itu merasa tak enak sebab beberapa pasang mata mulai memandang penuh intimidasi padanya.
"Eh, tunggu! jadi berapa seblaknya?" tanya Ayuni bersiap merogoh saku celana pendeknya.
Meski hanya mengenakan celana pendek dan kaus putih penampilan Ayuni tetap istimewa di mata Alka. Sendal jepit hitam merek sejuta umat pun  terlihat berharga saat dikenakan oleh Ayuni. Beda cerita kalau Cing Mela yang memakai.
"Ehm, itu ...."
"Gue nggak nerima gratisan, berapa?" desak Ayuni.
"150 ribu," sahut Alka pelan.
Ayuni mengangguk, ia mengeluarkan uang 150 ribu dari saku celana pendeknya.
"Gue kasih bonus permen karet, hehehe," ujar Ayuni menyerahkan benda itu pada Alka.
"Lumayan," gumam Alka.
"Ya udah sana balik," suruh Ayuni.
"Balik?" Alka jadi salah tingkah.
"Iya balik, mau ngapain lagi?" selidik Ayuni.
"Ok, gue balik. Makasih udah order," ucap Alka seraya pergi. Ayuni hanya mengangguk.
Bibir pink gadis itu benar-benar membuat Alka tersihir. Andai saja ....
Alka menyugar rambutnya karena pikirannya terlampau jauh membayangkan kebersamaan dengan Ayuni. Tapi, ia cukup bahagia sebab Ayuni tak segera mengembalikan jaketnya. Itu artinya masih ada harapan untuk bertemu lagi.
Seperginya Alka, Ayuni jadi tertegun. Pasalnya ia lupa menanyakan siapa nama tukang seblak itu.
"Bisa lupa gitu, gue," gumam Ayuni.
Saat berkumpul kembali dengan teman-temannya Ayuni menyantap seblak itu.
"Ini enak banget, perlu banget diviralkan di tiktok. Biar masuk beranda, nih," celetuk Om Bary dan benar saja merealisasikan ucapannya.
"Seblak siapa sih namanya, Neng?" Dengan titik-titik keringat di dahi dan di atas bibir Om Bary terlihat lucu.
"Ini di box ada namanya, seblak Cing Mela ...." Salah satu kru menyebut nama pembuat seblak dan alamatnya.
"Ayo, viralkan!" seru yang lain sambil mengangkat sendok bersamaan.
Ayuni mengeringkan kening, Cing Mela siapa? Ibunya Alka? Atau istrinya? Entahlah, masa bodo.
***
Pertemuan Ayuni dengan Alka kembali diketahui oleh Mama Yusma. Wanita itu jelas tak suka.
"Perlu berapa kali Mama bilang, jangan suka berurusan sama rakyat jelata!" tegas Mama Yusma.
"Mama, aku enggak ada hubungan apa-apa sama dia," elak Ayuni.
"Tiga kali kalian bertemu, Mama rasa ada yang aneh sama jalan pikiran dan perasaan kamu," tuding Mama Yusma.
"Aneh gimana sih, Mam?" Ayuni jadi kesal.
"Awas kalau kamu sampai suka sama orang itu!" ancam Mama Yusma.
"Memangnya kenapa kalau aku suka?" tantang Ayuni, sudah terlalu sering dirinya dituduh macam-macam sekalian saja kali ini diakui meski belum jelas pasti bagaimana perasaannya.
"Neng, kamu jangan macam-macam!" Mama Yusma menunjuk wajah Ayuni.
"Urusan hati enggak bisa diatur, Mam. Pada siapa akan jatuh, dan seperti apa akan luluh. Enggak bisa direncanain, enggak bisa dicegah. Kali ini, aku enggak janji," sahut Ayuni penuh penekanan seraya pergi dari hadapan Mamanya.

Comentário do Livro (39)

  • avatar
    JayaBintang

    daimons epep

    15/08

      0
  • avatar
    BINTI MOHD NORROZAINI

    good

    13/07

      0
  • avatar
    M Nauval

    dafa

    05/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes