logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Seblak

Om Bary kewalahan mengikuti langkah Ayuni ke dalam sebuah Mall. Gadis itu meski badannya mungil, gerakannya taktis sekali. Hingga tiba di gerai sebuah ponsel, Om Bary bisa bernapas lega.
Ayuni memperlihatkan ponsel milik Alka yang sudah hancur.
"Mau yang persis kek gini," pinta Ayuni.
"Enggak ada, ada yang setingkat di atas ini," jelas penjaga outlet.
"Iya, bungkusin satu enggak pake lama," pesan Ayuni.
Pelayan outlet yang merupakan seorang gadis bermata sipit itu mengangguk, dan cekatan menuruti apa yang diinginkan Ayuni.  Setelah pembayaran dilakukan, Ayuni kembali meninggalkan outlet.
"Ebuset si bule Depok jalannya cepet bener!" teriak Om Bary saat kembali harus mengejar langkah Ayuni.
"Elo yang lembek!" balas Ayuni.
Hingga tiba di parkiran, Mang Kasim yang tertidur di dalam mobil dalam sekejap langsung duduk siap berangkat.
"Pantesan ditelepon enggak dijawab, huh!" keluh Ayuni membuat Mang Kasim menyeringai.
"Jalan sekarang?" Sang sopir mengalihkan atensi Ayuni.
"Ke stasiun Depok, ya!" jelas Ayuni dan Mang Kasim langsung tancap gas.
"Ngapain sih beli hengpong murahan begitu?" ledek Om Bary.
"Sekelas duta narkoba, masa pake hengpong sejuta umat gitu," lanjut Om Bary heran.
"Berisik deh, Om. Aku lagi baca chat Bang Agum nih!" sentak Ayuni yang mendapat kabar dari sang produser bahwa teman-temannya sudah menunggu di stasiun Depok.
"Ketus banget jadi cewek, pantes jomlo terus," gumam Om Bary.
"High quality jomlo," sambar Ayuni.
"Gue kira kagak denger," celetuk Om Bary.
"Lo ngomong dalem hati juga gue denger," canda Ayuni seraya mulai menyapukan toner dengan kapas ke permukaan wajahnya.
"Bisa gitu make up di mobil?" protes Om Bary saat Ayuni mengeluarkan kotak make up dari ranselnya.
"Sambil koprol juga gue bisa," sahut Ayuni menyapukan concealer di bawah kelopak matanya.
"Sekata-kata," dengus Om Bary.
"Elo tuh cowok tapi rempong banget sih, Om." Ayuni mulai menyisir alisnya yang memang sudah tertata rapi sesuai porsinya.
"Am om am om, Tante!" ralat Om Bary membuat Ayuni tertawa.
"Semalam tarif berapa Tante? open BO 'kan?" kelakar Ayuni yang dihadiahi cubitan di lengan oleh Om Bary.
"Aduh, beda ya dicubit laki. Sakit," kekeh Ayuni seraya mengelus lengan bekas cubitan Om Bary.
Bersamaan dengan mereka sampai di stasiun Depok, Ayuni selesai merias dirinya. Ia tampak sederhana namun anggun dalam balutan rok jeans selutut yang membentuk body dengan sweater rajut berkerah turtleneck warna putih. Rambutnya dibiarkan tergerai indah, warna keemasannya berkilauan.
Ayuni tak lekas masuk ke stasiun, dia menyuruh Om Bary lebih dulu masuk dan meminta Mang Kasim pulang saja. Sementara dirinya menunggu kehadiran seseorang.
"Awas aja kalo dia lupa," gumam Ayuni.
Om Bary meneleponnya, berkata bahwa teman-teman yang lain sudah siap. Ayuni meminta waktu sebentar lagi. Bersamaan dengan itu, pria ber-hoodie hitam berlari-lari menuju ke arahnya.
"Lama banget, gue bilang jam tiga!" sentak Ayuni seraya menyerahkan kotak ponsel pada Alka.
"Gue kira elo boong," tuduh Alka membuat Ayuni mendengus kesal.
"Nih hape rusaknya." Ayuni mengeluarkan ponsel rusak alka dari dalam totte bag-nya.
"Makasih, ya ...." Ayuni segera melangkah, tak enak membuat teman-temannya menunggu.
"Yuyun, tunggu!" cegah Alka.
"Apaan lagi?" sentak Ayuni.
"Jaket gue?" Alka jelas hanya mengulur waktu.
"Belum gue cuci, nanti gue hubungin elo lagi," janji Ayuni.
"Caranya?" Alka bingung, tak punya pun kontak Ayuni.
"DM aja ke medsos gue!" teriak Ayuni sambil lalu meninggalkan Alka.
Alka menatap penuh kagum tubuh ramping itu. Ia berharap akan ada pertemuan selanjutnya dengan gadis itu.
Sementara di dalam stasiun teman-teman Ayuni protes. Dirinya membuat mereka menunggu hampir 30 menit. Ayuni hanya bisa mengucap maaf, tahu diri bahwa dirinya memang bersalah.
Tak lama kereta tujuan Bogor datang, pada Body kereta tersebut terpampang dengan nyata poster film yang Ayuni bintangi. Pun saat masuk ke dalam gerbong, di mana-mana hanya ada gambar film yang sedang tayang itu.
"Jadi ini alasan kita promo di stasiun Bogor dan pergi ke sana naik kereta?" tanya Om Bary.
"Seperti yang elo lihat," jawab Ayuni tanpa mengalihkan atensi dari layar ponsel.
Susana dalam kereta tentu bisa kondusif berkat beberapa body guard yang disiapkan tim. Kenyamanan artis menjadi prioritas. Selama perjalanan mereka saling bercengkrama, hanya Ayuni yang terlihat diam saja lebih konsen pada ponselnya.
Setelah tiba di stasiun Bogor, mereka disambut fans yang sudah menunggu. Acara diadakan di pelataran stasiun dengan jumlah fans yang tidak terlalu banyak, memang sengaja dibatasi agar suasana kondusif.
Ayuni dan teman-temannya duduk setelah dipersilahkan oleh MC. Mereka semua memasang wajah dengan senyum lebar menyapa para penggemar.
"Kita nggak bisa lama, ya. 30 menit cukup buat kita ngobrolin film ini," ucap sang MC yang merupakan seorang lelaki itu.
"Satu pertanyaan langsung saya kasih ya, dijawab sama siapa aja boleh." Sang MC melanjutkan kembali acara.
"Ini kan diangkat dari novel terkenal ya, isinya sama persis atau beda dari novelnya?"
Ayuni saling melempar pandang dengan rekannya, mereka semua menyilakan Ayuni yang menjawab.
"Sama persis, sih. Dari latar, dialog, opening hingga endingnya. Semoga penonton yang udah baca novelnya, merasa puas. Aku pun sebelum mulai syuting baca dulu kan novelnya, asli jatuh cinta langsung sih," papar Ayuni.
"Kalian semua baca novelnya?" lanjut MC.
"Ya, kita semua baca. Biar makin tahu karakter masing-masing."
"Baca dong, 'kan novel sebagus ini loh!" seru Manik sambil menunjukan novel bersampul hitam dengan bangganya.
"Jadi bangga ya bisa memerankan setiap karakter dalam novel ini?" tanya MC lagi.
"Bangga banget, setiap karakternya tuh kuat. Eh malah sekarang spin off dari novel ini lagi proses cetak juga, loh!" beri tahu Ayuni.
"Iya, jadi adiknya Aurora ini 'kan bakal punya kisah sendiri," jelas Cantika yang berperan sebagai Amanda, adik dari Aurora.
"Wow, the next kamu dong pemeran utamany?" tanya MC penasaran.
Gadis berlesung pipi dengan tahi lalat di hidung itu tersenyum. "Enggak tahu juga sih."
"Semoga dong, harus yakin. Solawatin!" Ayuni memberi semangat pada Cantika.
"Makasih Kakak," sahut Cantika seraya merentangkan tangan dan disambut Ayuni untuk saling memeluk.
Suasana jadi hangat. Ayuni dikenal ramah dan selalu bisa membuat lawan mainnya nyaman.
"Ok, sekarang kita kasih temen-temen buat nanya ya. Kita pilih tiga orang buat bertanya. Ayo yang mau nanya acungkan tangannya!" seru Sang MC.
"Wuah banyak ternyata, boleh Ayuni pilih satu, Cantika satu, dan Manik satu."
"Aku yang jilbab item, deh," tunjuk Ayuni pada gadis yang berdiri paling belakang.
"Aku yang paling depan, yang pake kaos kuning." Pilihan Manik jatuh pada seorang gadis berambut pirang.
"Em, aku yang pake bando pink deh." Cantika menyebutkan pilihannya.
Ketiga fans yang beruntung dipersilahkan maju. Mereka dengan wajah senang bisa bersalaman dengan para artis dan menyapanya.
"Langsung aja, kamu dulu deh yang nanya." Sang MC mempersilahkan gadis berhijab hitam.
"Aku mau tanya ke semuanya, kalian kan artis baru gimana sih caranya mengimbangi akting Kak Ayuni yang udah lebih lama jadi aktris?"
Pertanyaan sang gadis membuat para artis tersenyum, Ayuni sendiri malah menggeleng sambil mengibaskan tangannya.
"Aku yang jawab, ya!" Manik mengangkat tangan.
"Asyik, Kak Ayuni ini bisa bikin kita kebawa suasana. Biar dia udah lebih lama jadi artis, tapi nggak so gue paling bisa. Selalu mau ngajarin, ngarahin. Laf laf banget pokoknya ke Kakak!" seru Manik seraya beranjak dari kursi dan memeluk Ayuni.
"Pertanyaan buat Kak Ayuni, nih. Pernah nggak sih Kakak dihujat fans gitu gegara kecewa sama kakak?" Selanjutnya gadis berkaus kuning yang bertanya.
"Sejauh ini sih belum, jangan sampe deh ya. Selalu aku bilang 'kan ke temen-temen semua. Kalau kalian suka sama aku, cukup sewajarnya aja. Jangan sampe yang bener-bener mendewakan gitu ya. Karena, apa ya. Aku 'kan juga manusia, nggak sempurna. Banyak salahnya. Cukup kalian suka sama karyaku aja, nggak usah yang mengekpektasikan diriku ini berlebihan. Soalnya aku takut aja, pas aku nantinya bikin salah kalian jadi kecewa. Jadi, jangan ngarep banyak dari aku ya temen-temen. Aku, kamu, kalian ... kita semua sama aja. Jadi, lebih baik kalian cintai diri kalian kalian sendiri. Nah, buat temen-temen yang mungkin merasa nggak sanggup deh beli tiket bioskop, jangan maksain apa lagi sampe marah ke mamanya. Tunggu tayang di tivi aja, ya!" jawab Ayuni panjang lebar seraya mengedipkan mata di akhir kalimatnya.
Penonton langsung bersorak sorai dengan jawaban yang diberikan Ayuni. Selama ini dia memang dikenal ramah. Bila senggang, tak pernah absen membalas kolom komentar atau sekedar membalas DM dari para fans-nya.
"Pertanyaan terakhir, nih. Silahkan adek manis," ucap Sang MC.
"Masih pertanyaan buat Kak Ayuni. Itu yang lagi rame di tiktok beneran Kakak. Sama cowok yang makein Kakak jaket?"
Ayuni tertegun sebentar. Jujur saja dia belum siap menjawab pertanyaan itu. Namun, demi menghargai fans-nya dia sebisa mungkin memberikan jawaban.
"Dia sebenernya apa ya, bisa dibilang temen aja sih. Ada kejadian kurang ngenakin gitu kan, dan dia berbaik hati nganterin aku pulang. Buat siapa pun yang nge-share video aku itu, nggak apa sih cuma lain kali tolong lebih hati-hati aja dalam membagikan sebuah tayangan sebab enggak semua orang suka digituin. Kalo temen aku itu marah gimana, hayoh loh hehehe. Tapi, aku pribadi nggak masalah, toh bukan video aneh-aneh juga 'kan." Ayuni berusaha tenang, meski dalam hati ia enggan dikorek kehidupan pribadinya.
Selama ini dia jarang sekali masuk ke dalam berita atau pun gosip miring. Dia hanya ingin benar-benar dikenal sebagai seorang seniman, kehidupan pribadi tak ingin terusik.
Selesai acara menyambut fans di stasiun Bogor, para artis dan kru kembali pulang. Selama perjalanan di dalam kereta Ayuni memilih tidur. Om Bary yang tak kebagian duduk, berdiri di hadapan Ayuni. Dia sigap sekali menjaga Ayuni agar tetap nyaman dengan tidurnya.
***
Alka dan teman-temannya baru selesai latihan di sebuah mini studio sore itu. Selesai dengan tiga lagu Alka meminta menyudahi latihan mereka.
"Gue balik duluan, ya," pamit Alka pada teman-temannya.
Seperti biasa adalah Bella yang selalu merengek melarang Alka pergi.
"Gue ada urusan, jangan kebiasaan ngerengek gitu ah!" tegas Alka membuat Bella semakin memberengut kesal.
Namun, Alka tak menanggapi. Ia tetap pergi dari studio.
Tiba di rumah, ibu dan adiknya sedang duduk santai di ruang tamu. Keduanya asyik menikmati seblak yang dibeli Lala di warung Cing Mela. Alka sempat menyapa dua wanita kesayangannya, sebelum akhirnya memilih masuk ke kamarnya.
Memandangi poster Ayuni yang sedang tersenyum. Dalam poster itu, Ayuni memakai  gaun putih tanpa lengan. Bibirnya merah tersenyum merekah dengan binar mata memancarkan kebahagiaan. Rambutnya yang berkilau keemasan terlihat seolah nyata sedang ada di hadapan Alka.
"Kalo cuma lihat gini, siapa yang bakal nyangka kalo elo itu nyatanya galak banget dah!" Alka mengusap poster pada bagian wajah Ayuni.
"Jaket gue masih di elo, gue pastiin kita bakal ketemu lagi!" Alka menunjuk poster itu kemudian ia merebahkan diri ke atas kasur lipatnya yang sudah lepek.
Pria itu mengambil ponsel dari saku celana jeans-nya. Mulai mencari nama Ayuni dalam akun media sosialnya.
"Awas aja kalo nggak dibales!" gumamnya setelah mengirim DM.
[Gue yang punya jaket. Mau nawarin seblak, mau beli enggak?]
Alka senyum-senyum sendiri setelah membaca ulang pesan yang ia kirim pada Ayuni. Dari caranya merespon Alka, Ayuni jelas bukan gadis yang suka dipuji. Bukan gadis yang haus sanjungan. Jadi, mengatakan hal-hal manis padanya malah akan membuat Ayuni jijik. Seperti itulah pandangan Alka terhadap Ayuni.

Comentário do Livro (39)

  • avatar
    JayaBintang

    daimons epep

    15/08

      0
  • avatar
    BINTI MOHD NORROZAINI

    good

    13/07

      0
  • avatar
    M Nauval

    dafa

    05/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes