logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Episode 3

Fardhan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, pikirannya benar-benar kacau, hatinya sungguh tak sanggup menerima semua kenyataan pahit ini. Baru saja dia merasakan sakit kehilangan sang ayah, kini dia harus kembali sakit karena harus kehilangan sang kekasih.
Kesalahan apa yang telah dia lakukan sehingga takdir memperlakukannya dengan begitu kejam?
Memori otaknya berputar kembali ke masa-masa bahagia dirinya dan Keyla, saat cinta masih begitu indah terasa.
“Aku mencintaimu. Kita akan menikah dan memiliki banyak anak, pasti menyenangkan melihat mereka tumbuh. Lalu kita akan menua bersama hingga maut memisahkan.”
Semua kata-kata manis Keyla itu menggaung kembali di telinganya.
“Aaaaarrrgghhh ....” Teriakkan Fardhan memenuhi seluruh ruang di dalam mobilnya, dia mencengkeram kuat kemudi sampai buku-buku jarinya memutih. Geram, marah dan tak berdaya kini dia rasakan.
Matanya yang merah kini mulai memanas dan dengan cepat cairan bening menggenanginya, tapi sebisa mungkin dia tahan agar tak jatuh menetes sebab dia tak ingin menangisi kekalahannya dan benar-benar menjadi pecundang.
“Kalau kau pikir harta bisa membuatmu bahagia, maka lakukanlah! Lakukanlah apa yang kau dan keluargamu inginkan.” Raung Fardhan lirih. Cairan bening itu semakin banyak dan membuat pandangannya kabur.
Fardhan mengusap matanya dengan punggung tangan dan tak menyadari jika seorang wanita sedang menyeberang jalan dengan tiba-tiba dan ....
Brraaakk ....
“Ya Tuhan, apa yang aku lakukan?” Fardhan tersentak saat menyadari mobilnya telah menabrak seseorang.
Dengan tergesa-gesa Fardhan turun dari mobil dan memastikan bagaimana kondisi korban. Beberapa orang sudah mulai berkerumun.
Fardhan sontak mendekati seorang wanita yang sedang terduduk di aspal sembari meringis memegangi kakinya. “Kau enggak apa-apa?”
“Kakiku sakit sekali.” Rintih wanita itu tanpa memandang Fardhan.
“Aku antar ke rumah sakit.”
“Enggak usah!.” Tolak wanita itu.
“Tapi kau cedera, aku harus mengantarmu ke rumah sakit.” Fardhan memaksa.
“Iya, Mbak. Dia harus bertanggungjawab, biar diantar ke rumah sakit.” Celetuk seorang lelaki yang ikut berkerumun.
“Aku enggak apa-apa. Aku pulang saja.”
“Tapi ....”
“Aku mau pulang. Tolong pesankan taksi saja.” Wanita itu menengadahkan kepalanya dan memandang Fardhan dengan tatapan memohon.
Fardhan sempat terkesima melihat wajah cantiknya yang memerah dan dipenuhi peluh, hidung mancung dengan bibir yang mungil serta mata indah. Perpaduan yang begitu sempurna untuk mahakarya sang pencipta.
“Hey, kenapa melamun? Mau tolong pesankan atau enggak?”
Fardhan tersentak setelah mendengar suara wanita itu, dengan gugup dia berinisiatif menawarkan diri. “Hmmm, kalau begitu biar aku antar pulang saja.”
Wanita itu menggeleng. “Pesankan taksi saja.”
“Baiklah. Akan aku pesankan, sekarang kau tunggu di tepi jalan dulu, di sini panas.”
Wanita itu mengangguk dan berusaha berdiri dengan susah payah, Fardhan membantunya dengan memegang tangan wanita itu, menyentuh kulit mulus nan seputih susu itu.
“Bisa? Atau mau aku bantu?” Tanya Fardhan sekedar memastikan jika wanita itu bisa berjalan ke tepi.
“Aku bisa sendiri. Tolong ambilkan keranjang itu.” Ujar si wanita sembari menunjuk keranjang belanjaan yang isinya tercecer keluar karena terlempar saat dia terjatuh tadi. Lalu dia berjalan dengan terpincang-pincang menuju trotoar yang tepat berada di bawah pohon besar nan rindang.
Fardhan pun menurut dan memunguti isi belanjaan yang tercecer lalu memasukkannya kembali ke dalam keranjang. Fardhan segera menyusul wanita itu dan memberikan keranjangnya, lalu dia segera mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi Online.
“Mau diantar ke mana?” Tanya Fardhan memastikan tujuan wanita itu.
“Ke jalan merak jingga nomor 12.”
Fardhan mengangguk tanda mengerti dan segera mengetik alamat tersebut.
“Aku minta maaf, tadi aku terburu-buru dan enggak melihatmu.” Ucap Fardhan setelah selesai mengorder taksi Online.
“Enggak apa-apa. Aku juga salah karena menyeberang dengan enggak hati-hati.” Balas wanita itu sembari merintih kesakitan.
Melihat wanita itu kesakitan, Fardhan semakin merasa bersalah. “Sakit sekali ya? Kau yakin enggak mau ke rumah sakit?”
“Paling cuma keseleo saja, nanti bisa diurut. Enggak perlu ke rumah sakit.”
“Oh, ya, sudah. Kalau begitu perkenalkan nama aku ....”
“Dengan Mas Fardhan Arditama?” Seorang lelaki tiba-tiba menghampiri mereka, membuat Fardhan tak sempat memperkenalkan dirinya.
Fardhan sontak berbalik saat mendengar namanya disebut. “Iya, saya sendiri.”
“Oh, taksinya sudah datang ya?” Fardhan tersenyum saat menyadari lelaki itu adalah sopir taksi Online yang dia pesan.
“Iya, Mas.”
Wanita itu pun segera berdiri dengan susah payah, Fardhan dengan sigap membantunya.
“Mari aku bantu.” Fardhan memegangi tangan wanita itu lagi.
Setelah berdiri sempurna, wanita itu melepaskan tangannya dari pegangan Fardhan dan hendak meraih keranjang yang masih teronggok di dekat kakinya.
“Biar aku ambilkan.” Fardhan mengambil keranjang itu dan memberikannya kepadanya.
“Terima kasih.” Wanita itu kembali berjalan dengan terpincang-pincang menuju taksi yang sudah dipesankan oleh Fardhan.
“Hati-hati, ya.” Balas Fardhan dan wanita itu hanya mengangguk dua kali. Tanpa sadar, seulas senyum merekah di bibir Fardhan.
Setelah wanita itu pergi, Fardhan menghela napas lega. Dia bergegas masuk ke dalam mobilnya dan melanjutkan perjalanan, tapi seketika perasaan hancur dan rasa sakit kembali menyerangnya tanpa ampun. Tapi kali ini dia tak membiarkan emosi menguasainya hingga dia berkendara dengan tidak hati-hati, dia tak ingin kejadian tadi terulang lagi.
***

Comentário do Livro (375)

  • avatar
    jibanridwan

    ceritanya bagus tapi ceritanya tidak tuntas

    31/07

      0
  • avatar
    MartaKristina

    bikin penasaran

    27/07

      0
  • avatar
    HoiriaSiti

    5000

    25/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes