logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

BAB 3 : Keputusan

Austin pun langsung mengikuti Dean,  Beruntung saat itu Dean masih belum begitu jauh dari ruangan kantornya.
"Dean, berhentilah! Aku mohon kau jangan seperti ini!" kata austin sambil menarik tangan Dean yang tampak kekar itu.
"Kenapa? Aku tidak ingin melangkahi mu kak, Aku ingin kakak terlebih dahulu menikah dariku. Menikah itu bukan hal yang mudah, aku belum siap. Kenapa harus aku. Kenapa bukan kakak atau yang lain?"
"Hah, Dean, kamu tidak ingat apa kata ibu? Siapapun jodohnya yang lebih dahulu datang dialah yang akan menikah tidak perduli siapapun itu."
"Tapi...."
"Dean, Apa kau tidak kasihan dengan paman Leon? Anaknya sedang butuh perlindungan dari seseorang dan sekarang sedang sakit, bahkan nyawanya terancam. Kau tidak kasihan padanya? Lagi pula paman Leon juga sudah kerja sama dengan perusahaan kita. Tidak apa-apa, kau menikahlah! Mungkin anak paman Leon adalah jodohmu."
"Tidak!! Aku sudah memberikan jawaban, aku tidak mau, aku belum siap. Jika kak Austin mau, silahkan, kakak saja yang menikah dengannya. Kita baru saja menandatangi kontrak kerja sama, Aku tidak mau menikah karena hal itu pada akhirnya."
"Kenapa kau bicara seperti itu, baiklah, sekarang jika itu yang kau pikirkan, lalu bagaimana dengan ayah? Apa kau tidak perduli pada perasaan ayah? Kau tahu sendiri, 'kan paman Leon adalah sahabat ayah saat sekolah, dan berkat bantuan paman Leon perusahaan kita bisa maju Dean. Setidaknya kau lihat lah itu."
Dean hanya menatap sang kakak dengan tatapan kesal. ia pun kemudian langsung pergi menuju ke kantornya. Austin yang melihat itu pun menghela nafas. Setelah itu ia pun kembali ke dalam ruangannya.
Cklek.
Pintu terbuka, dan semua orang yang ada di dalam ruangan langsung menatap ke arah Austin dengan penuh tanya dan harap.
"Maafkan aku ayah, aku sudah berusaha. Dean tetap bersih keras tidak mau menikah dengan Laura. Dia takut akan berujung pada pernikahan bisnis karena kita baru saja menandatangi kontrak kerja sama dengan perusahaan paman Leon." Jelas Austin.
"Tapi bukankah ayah sudah menceritakan mengenai ancaman nyawa Laura dan kondisinya yang seperti itu kak?" Tanya Harold sedikit kesal tak mengerti apa yang ada dalam pikiran adik kecilnya itu.
"Itu benar, lagi pula ibu juga tidak mempermasalahkan jika misal Dean menikah terlebih dahulu." kata Edward.
"Aku sudah membicarakan mengenai hal itu, tapi dia tetap tidak mendengarkan ku. Maafkan aku ayah, sebenarnya aku ingin membantu membujuk Dean, tapi dia tidak mau mendengarkan ku."
"Ya sudah, tidak apa-apa nanti biar ayah saja yang bicara pelan-pelan lagi padanya. Kalian lanjutkan saja pekerjaan kalian. Jangan dipikirkan," kata James kemudian pergi dari ruangan Austin anak pertamanya itu dengan langkah yang sedikit kesal.
Ketiga anak James hanya mengangguk menanggapi perkataan ayahnya dengan senyuman simpul sambil menatap langkah sang ayah dengan tatapan sedih.
***
Sementara itu Laura.
Laura dan Lenny dapat melihat Leon telah mematikan teleponnya dengan wajah lesu dan sedih. Dia pun kemudian menatap anak dan istrinya yang saat itu juga sedang menatapnya.
"Bagaimana suamiku? Apa katanya?" tanya Lenny penasaran.
"Dia menolak." kata Leon dengan nada sedih setelah helaan nafas yang keluar dari mulutnya.
Ternyata, Leon telah mendapat jawaban mengenai ajakan pernikahannya antara anaknya Laura dengan Dean anak terakhir James.
"Kenapa, apa alasannya?" tanya Lenny terkejut.
"Dia ingin kakak tertuanya menikah terlebih dahulu."
Laura yang mendengar itu menahan tangis sambil memegang dadanya erat. Leon dan Lenny yang melihat itu langsung menghampiri anak mereka.
"Anakku kau kenapa nak? Apa yg kau rasakan?" tanya Leon panik sambil membelai kepala Laura.
"Tidak ... Ayah ... Maafkan aku ... Aku sudah menjadi anak yang tidak berguna buat ayah, ibu, maaf. Harusnya saat ini aku bisa menjadi orang yang kuat. Harusnya aku sekarang menggantikan posisi ayah di perusahaan. Tapi pada kenyataannya aku menjadi beban buat ayah dan ibu. Maaf ... Maafkan aku ayah ... Ibu," Ungkap Laura kemudian menangis.
"Tidak sayang, kenapa kau bicara seperti itu. Kau adalah anugerah yang luar biasa buat ayah dan ibu. Kau segalanya bagi kita, kau juga bukan beban. Tapi kau adalah permata buat kita nak. Tidak apa-apa, kita masih ada harapan, James mengatakan, ia akan bicara lagi dengan anaknya. Jangan khawatir dan berpikir seperti itu ya," kata Leon sambil memeluk Laura dari samping.
Meskipun di hati Laura masih ada rasa kesal pada ayahnya akibat dulu pernah menjual dirinya hanya karena urusan bisnis. Tapi, Laura masih menyambut pelukan hangat sang ayah.
***
Sementara itu Dean.
Saat ini ia sudah berada di kantornya. Lelaki berbadan kekar itu pun duduk di kursi kantornya sambil memikirkan kejadian saat di kantor kakak tertuanya Austin mengenai pernikahannya dengan Laura anak dari Leon.
"Apakah aku harus menerima pernikahan ini? Aku ... Juga tidak sanggup menolak permintaan ayah, kenapa aku menjadi seperti ini, ini bukanlah diriku. Tapi, aku juga tidak bisa menikah terlebih dahulu sebelum kak Austin. Kak Harold dan kak Edward. Bagaimana ini?" batin Dean bingung, kemudian mengusap rambut bagian atas sambil menundukkan kepalanya di atas meja.
Tiba-tiba.
Cklek.
Pintu ruangan Dean terbuka begitu saja dan muncullah lelaki paruh baya yang sangat tidak asing baginya. Ayah Dean pun masuk kemudian dia langsung duduk di depan sang anak.
"Dean, tolong, pikirkan ini baik-baik nak. Cobalah kamu lihat dulu foto gadis itu." kata James sambil menunjukkan foto Laura yang sudah di kirim oleh Leon di handphonenya.
Lelaki yang memiliki wajah oval sedikit tembam dengan matanya yang mempesona hanya diam menatap foto Laura gadis imut berwajah tembam yang memiliki mata lentik.
"Dengar nak,  Pikirkan baik-baik sekali lagi mengenai pernikahan ini, ayah mohon." kata James.
"Ayah, aku sudah menjawabnya, aku tidak bisa melangkahi para kakakku, kenapa ayah tidak menjodohkan saja gadis itu dengan kak Austin. Dia kakak tertua di keluarga kita, bukankah dia yang yang jauh lebih utama untuk menikah terlebih dahulu."
"Dean, ayah Laura, Leon ingin menjodohkan mu dengan anaknya, bukan dengan Austin. Kenapa ayah bersih keras ingin menerima perjodohan ini? Karena tanpa Leon perusahaan ini tidak pernah ada. Hanya saja nasib Leon berbeda dengan kita."
Dean hanya terdiam mendengar perkataan sang ayah.
"Hah, baiklah, ayah tetap akan memberikanmu waktu. Pikirkan ini baik-baik."
James langsung membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Dean, anak terakhirnya itu.
Sebuah helaan nafas dan kesal keluar dari bibir manis lelaki yang terbilang cukup manis itu. Ia pun kemudian membanting tubuhnya ke senderan kursi sambil membelai rambutnya kencang.
Hingga setelah beberapa saat James pergi.
Tiba-tiba.
Cklek.
Pintu ruangan Dean kembali terbuka. Sorot matanya langsung melihat ke arah pintu kantornya dan muncullah seorang gadis yang tidak asing baginya masuk ke dalam ruangan kantornya.
Dia tinggi, putih berpakaian minim dan terlihat cantik bak bidadari. Dia adalah teman masa kecil Dean, Kriteria yang sangat pas untuk seorang Dean Delano.
Gadis itu berjalan dengan seksi ke arah Dean kemudian duduk di meja samping Dean dengan menggoda.
"Hai, tuan Delano. Bagaimana kabarmu?" sapa gadis itu dengan nada dan senyuman menggoda.
"Hei, Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Dean dengan nada malas akibat kejadian yang baru saja terjadi.
"Kau kenapa? Maafkan aku yang baru saja muncul. Sudah lama kita tidak bertemu." kata gadis itu.
Dean pun menahan tawanya, kemudian menatap wajah sang gadis sambil meraih tangan gadis seksi itu.
"Benar, Sudah lama kita tidak bertemu Sarah. Kemana saja kau selama ini?" Tanya lelaki perkasa itu sambil membelai dan menggenggam erat tangan Sarah.
"Kau tahu lah, aku sibuk."
"Ada yang ingin aku tanyakan padamu, tolong jawab jujur."
"Apa itu?"
"Maukah Kau mau menikah denganku?" tanya Dean dengan tatapan dalam dan berhasil membuat Sarah terkejut.
"Menikah? Kau serius? Pertanyaan yang sulit di dengar dari seorang Dean Delano."
"Hei, hanya jawab saja, mau kah kau menikah dengan ku?"
"Siapa yang berani menolak menikah dengan seorang lelaki seperti tuan Dean Delano ini?" kata Sarah dengan senyuman bahagia dan menggoda.
Tampak sebuah senyuman mengembang dari bibir lelaki yang terbilang cukup manis ini.
***
Sementara itu Austin.
Saat ini Harold dan Edward saat ini sudah pergi dari kantor kakak tertuanya.
Tidak lama setelah mereka pergi, tiba-tiba.
Cklek.
Masuklah seorang gadis cantik dengan baju kantor mini berjalan ke arah Austin dengan anggunnya. Pakaiannya yang berwarna putih ia tutup dengan jas mini dan rok mininya yang berwarna hitam mengkilap membentuk lekuk tubuhnya menambah kesan kecantikan gadis ini.
"Kau sudah datang?" Ucap lelaki berbadan tinggi dan tegap sambil berdiri kemudian menghampiri gadis itu.
Gadis cantik itu pun tersenyum kemudian melingkarkan tangannya ke pundak Austin. Sementara kedua tangan Austin melingkar di punggung seksi gadis itu.
"Mmhh" desah gadis itu.
Ternyata gadis itu mencium bibir Austin sambil memejamkan matanya, begitu juga dengan Austin yang membalas ciuman itu.
"Ah, kenapa kau selalu melakukan hal ini, Emily?" Tanya Austin dengan nada dalam.
"Aku merindukanmu sayang, apa kau tidak merindukanku?" tanya Emily.
Ternyata, Austin sudah memiliki kekasih juga tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
"Tentu saja aku merindukanmu lebih dari kamu merindukanku."
Austin pun kemudian kembali mencium bibir Emily dalam dan lama. Setelah puas, Austin pun melepaskan ciumannya kemudian membelai lembut kepala Emily.
"Sayang, Kapan kau akan mengenalkan ku pada keluarga mu?" tanya gadis itu sambil bergelayut di badan lelaki gagah itu.
"Segera, tenang saja sayang, secepatnya aku akan memperkenalkan kamu dengan keluargaku."
Emily tersenyum kemudian memeluk Austin dengan nyamannya sambil memejamkan matanya. Lelaki yang terbilang juga cukup tampan itu pun menyambut pelukan pujaan hatinya sambil memejamkan matanya dan bersandar di kepala Emily.
***
Suatu malam.
Saat ini Dean dan semua orang di keluarganya sedang melakukan makan malam bersama.
Entah kenapa Dean merasa ragu ingin menceritakan mengenai niatnya pada Sarah. Saat Dean ingin angkat bicara, Tiba-tiba.
"Dean, bagaimana? Apa kau sudah memikirkan soal perkataan ayah tadi?"
Dean menatap ayahnya, sementara yang lain menatap Dean penuh tanya sambil mengunyah makanan mereka.
"Nak, tidak masalah sayang. Tidak harus para kakak mu duluan yang menikah." Bujuk rayu ibunya berhasil membuat Dean mengalihkan pandangannya ke arah sang ibu.
"Benar Dean, lagi pula sebelumnya kamu tidak pernah seperti ini, kau tidak pernah menentang semua keinginan ayah." kata Harold.
"Dean, aku berjanji, Setelah kau menikah dengan Laura Anak paman Leon, Aku akan menyusul menikah juga." Ungkap Austin yang berhasil membuat semua orang terkejut.
"Benarkah kak? Apa kakak sudah punya kekasih?" tanya Edward antusias.
Austin hanya mengangguk menanggapi pertanyaan sang adik sambil tersenyum, semua orang juga tersenyum lembut saat mengetahui hal itu, Dean pun menghela nafas panjang.
"Dean, ayah sebenarnya tidak ingin memaksa kamu menikah dengan Laura, tapi melihat Laura adalah anak sahabat ayah yang selama ini sudah membantu ayah sampai sesukses ini, ayah tidak bisa menolak nak, Jadi, ayah mohon dengan ... sangat...." Pinta James memelas.
Dean yang melihat sang ayah seperti itu pun akhirnya tidak tega. Ia pun menghela nafas dan berkata, "Hah, baiklah, aku akan mengikuti perkataan ayah," Jawab Dean pasrah.
Semua orang pun tersenyum bahagia dan merasa lega. Tangan kiri sang ayah pun merangkul dan menepuk-nepuk pundak Dean sambil tersenyum bahagia.
"Kalau begitu, Ayah akan menghubungi Leon." Ungkapnya, kemudian James pun langsung menelpon sahabatnya Leon.

Comentário do Livro (114)

  • avatar
    Glaisa Mina

    I can't relate I'm depression then I'm so insecure my face

    20/01

      0
  • avatar
    Nur Amira

    amazing novel i have ever seen ! good job and continue doing the good works!

    02/12

      0
  • avatar
    jhajha

    Super ganda nakakalungkot naispin pero kaya moyan

    01/11

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes