logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 35 BUMERANG

Sesampai dirumah, Ahn Se Jong duduk dikasur mengecek ponsel sembari mengisi daya ponselnya. Dia teringat sudah hampir dua hari tidak menghubungi seseorang. Benar saja, layar ponsel Ahn Se Jong dipenuhi dengan pesan masuk dari wanita itu, Kang Aran. Ahn Se Jong membaca satu persatu pesan masuk tersebut. Pesan itu berisi tentang kabar terbaru mengenai lukisan yang dibuat Kang Aran sampai kepesan ambigu memiliki arti lain. Ahn Se Jong tidak terlalu paham maksud dari pesan terakhir yang dikirim oleh Kang Aran.
"Se Jonga~ kau sekarang sedang apa disana? Apa kau sibuk hari ini? Aku baru saja menyelesaikan lukisan baru. Akan aku kasih lihat secara langsung. Jika kau sudah menyelesaikan urusanmu disana, kabari aku. Baik-baik disana dengan Ibumu, ajak beliau untuk makan bersama denganmu." Pesan 1, dibaca.
"Apa kau benar-benar sibuk disana? Haruskah aku mengecek kesibukanmu di Seoul? Hahaaa...kau biasanya hanya duduk santai saja. Jaga kesehatanmu!" Pesan 2, dibaca.
Ahn Se Jong memutar kepala untuk memahami maksud dari isi pesan Kang Aran. Sepertinya telah terjadi sesuatu pada wanita ini. Tidak biasanya wanita ini bersikap sangat perhatian sampai membahas tentang kehidupan pribadi Ahn Se Jong. Tidak ingin bertindak tanpa sepengetahuan apapun, Ahn Se Jong menunda untuk membalas pesan Kang Aran. Dia kembali pergi kesuatu tempat dan mengakhiri waktu istirahatnya. Karena Ia harus secepat mungkin memastikan tanda tanya perkiraannya sendiri.
*
Tepat didepan Perusahaan E.O.I STAR, Ahn Se Jong memarkirkan mobilnya. Dia berjalan melewati pintu masuk perusahaan dan masuk keruangan Presdir. Para karyawan diperusahaan tidak menghentikan pria ini karena mereka sudah tahu indetitas Ahn Se Jong dipertemuan rapat beberapa hari yang lalu, yaitu sebagai anak Presdir juga calon Presdir.
Diruang Presdir, Ahn Se Jong masuk dengan sikap santai tanpa etika menyapa orang yang berada didalam ruangan. Sedangkan orang itu Presdir Ahn alias ibunya terkejut, putranya tiba-tiba datang tanpa sepengetahuan dirinya. Beliau tentu menyambut hangat kedatangan putranya. Beliau berdiri dari balik meja kerja dan menghampiri putranya.
"Sayang, kenapa tidak memberitahu ibu jika datang kemari?" Berjalan mendekat kearah Ahn Se Jong.
"Apa aku harus melapor setiap saat? Maaf saja, hari ini aku tidak datang dengan Tuan Sung." Ahn Se Jong duduk santai menyilangkan kakinya disopa tamu ruangan ini.
"Apa maksudmu?! Tentu saja Ibu senang kalau putraku datang kemari. Selain itu, seharusnya perhatikan cara bicaramu pada Pengacara Sung, dia lebih diatasmu (umur)." Nyonya Ahn ikut duduk disopa yang bersebrangan sembari menatap wajah putranya.
"Hah! Memangnya Pria Tua ini siapa!" Dengus Ahn Se Jong.
"Ahn Se Jong! Sampai kapan kamu akan begini pada Ibu?" Nyonya Ahn meninggikan suaranya.
"Memangnya aku bagaimana dimata anda Nyonya Ahn? Jika anda melihatku sebagai putramu, tidak bisakah anda berhenti mendesak orang-orang disisiku?! Apa tidak cukup bagi anda mendesak putramu saja?" Ahn Se Jong merapihkan posisi duduknya dan menatap tajam kearah Nyonya Ahn sembari mengaitkan kedua jari-jari tangan.
"Apa Aran sudah memberitahumu? Maaf, Ibu tidak ber-...." Ucapan Nyonya Ahn terpotong.
"Aran? Hah! Padahal aku tidak menyebutkan siapa orang itu." Mengernyitkan matanya.
"Apa? Se Jonga~ apa maksudmu?" Nyonya Ahn merendahkan suaranya.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Apa yang anda bicarakan dengan Aran?!" Ahn Se Jong mencengkram kedua tangan sembari menekan perkataannya.
"Ibu hanya meminta Aran membujukmu tinggal di Korea untuk menjadi penerus perusahaan. Tapi tentu saja Ibu-..." Lagi-lagi ucapan Nyonya Ahn terpotong.
"Cukup! Sepertinya aku mengerti maksud pembicaraan ini." Ahn Se Jong memberi penegasan dan menundukan kepala.
"Se Jonga~ ini tidak seperti yang kamu banyangkan. Ibu juga meminta Aran untuk tinggal-..." Kembali terpotong.
"Saya bilang sudah cukup! Perihal urusan perusahaan mungkin saya bisa toleransi. Tapi anda tahu apa yang membuat saya marah? Yaitu cara yang anda ambil! Dari dulu saya tidak pernah suka dengan cara anda mengambil suatu keputusan. Anda seperti orang egois, Nyonya Ahn. Anda pikir semuanya akan baik-baik jika seperti ini dan itu. Tapi apa anda pernah memposisikan diri menjadi orang lain? Ah~ Saya rasa tidak pernah. Bahkan pada putra anda! Anda hanya ingin membuat kenyamanan dan keamanan bagi diri sendiri. Saya pamit!" Jelas Ahn Se Jong dengan penuh emosi penekanan. Ia berdiri dari sopa dan berjalan keluar meninggalkan Nyonya Ahn alias Ibunya.
Nyonya Ahn terdiam setelah mendengar perkataan Ahn Se Jong. Apa tindakan dirinya sudah salah sejak awal? Apa artinya dia menolak? Menolak permintaan untuk tinggal di Korea? Pemikiran seperti itu muncul dibenak Nyonya Ahn.
Ahn Se Jong pergi meninggalkan perusahaan dan mengambil ponsel sembari berdiri didepan gedung perusahaan. Dia berniat menelpon Kang Aran namun panggilan masuk dari Tuan Sung menderingkan ponselnya. Dia-pun mau tidak mau mengangkat panggilan itu. "Kenapa? Kenapa aku harus kerumahmu? Behentilah menggangguku! Cepat katakan apa mau mu atau aku tutup! Apa? Hahh...sialan." Ahn Se Jong menutup panggilan Tuan Sung dan masuk kedalam mobil. Raut wajahnya dibuat kusut sembari mengerutkan dahinya. Dia melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah Tuan Sung.
*
Setelah sampai didepan rumah Tuan Sung, tidak ada mobil pria itu yang terparkir. Jelas, Ahn Se Jong merasa kesal dan berpikir pria tua itu telah mempermainkannya. Ahn Se Jong menelpon balik Tuan Sung dan memastikan keberadaannya. "Pria tua! Apa kau sedang bercanda? Kau dimana?" Tanya Ahn Se Jong merasa kesal. Sedangkan Tuan Sung menjawab singkat sembari memberikan kode sandi rumahnya. Tuan Sung bilang segera sampai dan tunggu saja didalam rumah. Ahn Se Jong tidak bisa membalikan perkataan pria tua itu karena merasa lelah. Ia juga tidak sanggup untuk mengemudikan lagi mobilnya dan memilih masuk kedalam rumah pria tua itu.
Ahn Se Jong memasuki rumah dengan perasaan canggung. Pasalnya pemilik rumah ini bahkan belum datang, semudah itu dia memberikan kode sandi rumahnya dan Ia berakhir menginjakan kaki dirumah pria tua ini. "Hahaa...perasaan macam apa ini?! Sadarlah Ahn Se Jong! Ah, benar juga! Aku harus menghubungi Aran." Ucapnya sembari berjalan kearah ruang tengah dan duduk disopa.
Tidak ada respon panggilan terangkat dari Kang Aran. Berkali-kali Ahn Se Jong mencoba menghubungi nomer wanita itu tapi tetap saja tidak menyambung. Sesekali Ia mencoba menelpon Mrs. Aungie, namun tidak terangkat lagi. Akhirnya Ahn Se Jong merasa frustasi, bahkan perutnya berbunyi kelaparan. Cukup sudah, Ia akan menghungi Kang Aran nanti saja. Mungkin wanita itu sedang diluar mencari bahan lukisan. Ahn Se Jong mencoba positif thinking.
Ia berjalan kedapur memeriksa apakah ada stok ramyeon (Mie) di lemari dapur pria tua itu. Perutnya sudah kelaparan kosong karena tidak sarapan. Otak dan perutnya harus segera diberi asupan agar bisa bekerja kembali. Ahn Se Jong menemukan ramyeon disalah satu jajaran lemari atas, Ia segera merebus sebungkus ramyun itu untuk mengisi rasa lapar perutnya. "Hahh...ramyeon memang yang terbaik. Ahh~ panas! Tapi enak.." Hidangan ramyeon sudah matang dan Ahn Se Jong menikmati langsung diatas panci sembari berdiri didekat meja dapur.
Saking menikmati ramyeon buatannya tanpa menyadari kedatangan Tuan Sung yang sudah bersadar dibalik dinding dapur menatap kearahnya. "Wahh~ kau terlihat seperti anak anjing yang kelaparan." Suara Tuan Sung mengejutkan Ahn Se Jong sampai tersedak dan melirik kearah suara itu. Tuan Sung berjalan mendekat kehadapan bocah itu sembari tersenyum kecil.
"Kenapa kau terkejut seperti itu bocah! Seharusnya bilang padaku kalau lapar. Aku bisa membelikanmu makanan saat dijalan tadi." Duduk dikursi kecil sebrang meja dapur dan saling berhadapan dengan Ahn Se Jong.
"Hah! Kau ini ngomong apa?! Orang yang menyuruhku datang kemari malah tidak ada dirumahnya sendiri." Sindir Ahn Se Jong mendengus pelan.
"Sekarang aku sudah ada disini bukan? Jadi mari jangan memperdebatkan masalah itu lagi." Mengisi gelas dengan air putih dan meminumnya.
"Bajingan gila." Umpat Ahn Se Jong.
"Bisa-bisanya aku sudah terbiasa dengan perkataan kasarmu bocah. Hahh...kalau begitu habiskan dulu makananmu." Tersenyum kecil dan merendahkan suaranya.
"Jangan membuang waktu! Cepat katakan tujuanmu menyuruhku kemari!" Jelas Ahn Se Jong menyingkirkan ramyeonnya dan menatap wajah pria tua ini dengan serius.
"Apa kau yakin masih bisa menghabiskan makananmu? Sepertinya kau akan mengalami masalah pencernaan setelah ku ceritakan ini." Ucap Tuan Sung mengetuk-ngetukan satu jarinya kemeja sembari menopang dagu.
"Jangan membuatku kesal!" Tegas Ahn Se Jong.
"Para tahanan pertarungan kandang itu mati dan salah satu tahanan kabur." Ucap Tuan Sung dengan mengerutkan dahinya.
"Apa? Apa maksudmu mati? Pria tua! Tolong perjelas perkataanmu yang itu. Mati bagaimana maksudmu?" Ahn Se Jong membelalakan kedua mata dan mencoba mencerna perkataan pria tua ini.
"Mereka dibunuh! Polisi bilang salah satu tahanan yang kabur seperti telah merencanakan semua ini." Menatap wajah Ahn Se Jong.
"Jadi maksudmu, ini seperti pelarian dan pembunuhan berencana? Lalu siapa tahanan yang kabur itu? Bagaimana dengan cctv?" Tanya Ahn Se Jong untuk memastikan semua perkiraannya.
"Tidak ada cctv yang terselamatkan ditempat kejadian. Semuanya hancur dan telah dimanipulasi. Lalu tahanan yang kabur itu salah satu dari para pendiri bernama Gordon. Hahh...aku harus mendiskusikan perihal ini dengan Jung Jae Ha." Jelas Tuan Sung.
"Kenapa harus si brengsek Jung Jae Ha?" Tekan Ahn Se Jong dengan tanda tanya.
"Firasatku bilang bahwa kita sedang dalam bahaya. Bumerang yang kita lempar ke mereka bisa saja berbalik lagi kesini. Satu-satunya jalan adalah bersekutu dengan orang yang paling mengenal mereka. Kau sudah bicara dengan dia bukan?" Menyisir poni rambut kebelakang dengan jari-jarinya.
"Jangan membuatku bertemu lagi dengan si brengsek itu! Kau saja yang bicara. Aku akan pulang sekarang!" Ahn Se Jong menggebrakan meja dapur dan melangkah pergi keluar dari ruang dapur.
"Sebaiknya kau tinggal bersamaku mulai sekarang. Aku tidak tahu siapa yang akan diteror duluan." Ucap Tuan Sung memerhatikan punggung bocah itu.
"Kau sudah gila rupanya Tuan Sung! Memangnya siapa yang akan mendengar perkataan gilamu itu! Jika memang seperti katamu, aku jelas bisa menjaga diriku sendiri." Memutarkan sedikit kepalanya dan melirik tajam kearah pria tua yang ada dibelakangnya.
"Hahh...ingatlah! Selagi kau masih bertingkah seperti ini pada Ibumu. Kau tidak punya siapa-siapa selain aku yang menjagamu." Tegas Tuan Sung sembari melihat bocah itu perlahan pergi keluar dari rumahnya.
Ahn Se Jong mendengar dengan seksama perkataan Tuan Sung bahkan sampai kearah pembicaraan tentang tinggal bersama. Dia tidak bisa membalikan tentang fakta hidup sendiri tanpa seseorang yang menjaganya. Karena dia masih bersiteguh pada masalalunya.
Ahn Se Jong pergi meninggalkan rumah Tuan Sung. Begitu juga Tuan Sung yang tidak menahan keputusan bocah ini untuk pergi. Setidaknya selama Ahn Se Jong masih berada di Korea, Tuan Sung masih bisa menjangkau dengan kedua tangannya. Tapi Ia tidak yakin dengan Kang Aran. Apa para berandalan itu akan bertindak sejauh itu? Ia tidak tahu sejauh mana koneksi dan tindakan para musuhnya. Berhubung Ia telah kehilangan pergerakan satu musuhnya yaitu pria itu.
Sejauh ini Tuan Sung telah mendapat sedikit informasi mengenai identitas para musuh termasuk orang yang menghajarnya. Mereka tentu terlibat dengan Jung Jae Ha. Pemilik Eve's Club bernama Norma dan tangan kanan bernama Nick alias Im Yu Jeong. Benar, dokumen tentang pria bernama Nick yang akan Ia bereskan terlebih dulu. Salah satunya perihal menjadikan pria ini sebagai sekutu. Tuan Sung berencana demikian, tapi Ia tidak tahu bagaimana pendapat Jung Jae Ha mengenai rencana ini.

Comentário do Livro (66)

  • avatar
    03Sumarsi

    kak gem kak gem kata kata nya dong

    7d

      0
  • avatar
    AmiraNoor

    best

    17d

      0
  • avatar
    JumiatiJumiati

    keren

    22d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes