logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Enam

Enam
Calista baru hendak melakukan syuting untuk adegan dirinya, tetapi ia kemudian malah menanyakan keberadaan Rafe pada seorang kru.
"Ia sedang di ruang ganti. Kami meminjamkan pakaian dan menyuruh dia untuk mengganti pakaian yang dikenakan," jawab kru tersebut.
"Baiklah," ucap Calista yang berjalan cepat menuju ruang ganti. Tanpa mengetuk, ia segera masuk. Gadis itu terkejut saat melihat Rafe belum mengenakan atasan. Tampak ada tato dan bekas luka pada dada serta punggung pria itu.
"Kau sedang apa? Kenapa masuk tanpa permisi? Apa tidak tahu etika?" tegur Rafe pada Calista yang membalik tubuh dengan mata terpejam.
"Aku minta maaf. Aku tidak tahu kalau kau belum mengenakan pakaian. Aku kemari hanya untuk bicara denganmu."
Rafe segera mengenakan kaos hitam yang dipinjamkan padanya.
"Kalau tidak terlalu penting 'kan bisa dibicarakan nanti. Bukankah kau juga akan syuting, kenapa malah kemari?" tanyanya sambil menghampiri gadis itu.
Calista membuka mata dan menatap Rafe tajam.
"Kau adalah pengawal pribadiku. Apa tidak merasa sikapmu keterlaluan? Aku berterima kasih karena kau melindungi aku, tapi jika kau terus kasar, aku tidak akan lagi bersabar. Aku aksn memecatmu dan mencari orang lain untuk menjadi pengawal pribadiku."
Rafe hanya diam dan Calista segera keluar dari sana.
***
"Calista," tegur sutradara.
"jika kau tidak bisa berakting dengan baik, sebaiknya kau keluar dari proyek film ini."
Ini adalah pengambilan gambar kesekian kali dan teguran kesekian pula yang diterima Calista. Perasaan Calista yang memang sedang tidak baik memang membuat dia tidak bisa fokus pada karakter yang dia lakoni.
Sutradara kemudian kembali mengulang pengambilan adegan Calista, tetapi gadis itu lagi-lagi berbuat kesalahan. Sutradara tersebut berteriak marah serta mengakhiri syuting pada hari itu. Beliau melihat Calista sambil menggeleng dan pergi dari sana.
"Tidak apa-apa. Semua pasti akan membaik. Ingatlah, kau bisa melakukannya," ucap Val yang menghampiri Calista. Calista hanya mengangguk saja. Ia kemudian melihat Rafe yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu hanya melihat saja kemudian pergi dari sana.
***
Saat sutradara memanggil, Calista merasa bahwa ia akan dikeluarkan dari proyek tersebut. Akan tetapi, lelaki paruh baya itu malah berkata agar Calista lebih serius mendalami akting.
"Anda tidak marah lagi?" tanya Calista saat lelaki tersebut akan pergi.
"Sebenarnya aku masih kesal padamu, tapi pengawal pribadimu yang memberitahuku, kau sedang kesal padanya jadi tidak bisa berakting dengan baik. Jika memang kau ada masalah dengan dia, selesaikan, jangan bawa ke syuting dan mempengaruhi proyek film yang dibuat, bersikaplah profesional sebagai artis," ucap sutradara tersebut. Calista tertegun sejenak kemudian mengangguk. Ia kemudian bergegas untuk menemui Rafe.
***
"Terima kasih," ucap Calista pelan.
"Aku tidak menyangka kalau kau mau melakukan hal itu untukku. Aku minta maaf karena telah menuduhmu telah berbuat kasar. Aku tahu seharusnya aku tidak masuk ke ruang ganti begitu saja. Aku juga seharusnya tidak memaksa dirimu untuk mau diobati olehku."
Rafe hanya diam dan mengangguk. Karena syuting telah berakhir pada hari itu, Calista kemudian segera pergi dengan Rafe.
"Kau pasti lapar. Ayo kita mampir untuk makan dulu," ucap Calista.
"Sebaiknya kita pulang saja. Siapa yang tahu masalah yang akan terjadi jika berada di tempat umum."
Calista diam sejenak.
"Baiklah," cetusnya.
"Kita pulang saja."
Tidak lama ponsel Calista berbunyi, Val dan Andy mengajak dirinya dan Rafe ke rumah Val.
"Mereka mengundang kita untuk makan malam bersama. Kau mau ikut, bukan?" tanya Calista. Rafe hanya mengangguk saja.
Tiba di sana, ternyata berbagai makanan telah tersaji. Vodka juga berada di meja.
"Ada perayaan apa ini?" tanya Calista.
"Untuk dirimu yang tetap bisa bergabung dalam proyek dan untuk kalian yang telah berbaikan," ucap Andy sambil melihat sekilas pada Rafe.
"Benar, kita harus merayakan. Semoga semua berjalan lancar mulai sekarang. Dan kau juga akan selalu aman karena ada Rafe untuk melindungimu," lanjut Val sambil duduk di samping Andy.
Calista tersenyum kecil dan mengangguk. Andy kemudian mengajak mereka bersulang. Ia menuang vodka pada gelas masing-masing mereka.
Beberapa saat mereka bersantap bersama. Seusai bersantap, mereka lalu bersama meminum beberapa gelas vodka.
"Jangan minum lagi," ucap Rafe pada Calista sambil menaruh gelas gadis tersebut pada atas meja. Calista tampak tertawa dengan wajah yang memerah. Gadis itu memang telah mabuk.
"Aku masih mau minum," ucap Calista sambil mengulurkan tangan untuk meraih gelas. Namun Rafe memegang tangan gadis itu dan membantu untuk berdiri.
Calista berjalan sempoyongan dengan dipapah oleh Rafe.
"Aku tidak bisa lagi. Kau harus menggendongku," ucap Calista. Menuruti keinginan Calista, Rafe kemudian menggendong gadis itu pada punggungnya. Setiba pada rumah gadis itu, Rafe meletakkan tubuh Calista dengan hati-hati. Setelah melihat sejenak dan menyelimuti tubuh Calista, Rafe segera pergi dari sana.
***
Keesokan hari, penyelidikan polisi dinyatakan telah usai. Pelaku belum tertangkap. Akan tetapi, polisi berjanji untuk segera menemukan. Calista kembali pulang ke apartemen. Rafe ikut pindah pada tempat yang berada di samping kediaman Calista.
"Ini," ucap Rafe sambil memberikan dua benda pada Calista.
"Apa ini?" tanya Calista.
"Alat kejut listrik dan semprotan lada. Ini untuk menjaga diri saat aku tidak berada di dekatmu."
"Tidak berada di dekatku? Kau ini adalah pengawal pribadi yang kusewa. Apa yang kaukerjakan jika tidak berada di dekatku? Kau ingin berleha-leha dan hanya makan gaji buta?"
"Ini hanya pada saat kau tidak bersamaku. Lagipula tidak mungkin kita terus bersama. Saat kau ke toilet, mandi, berganti pakaian atau sedang tidur. Itu sangat tidak mungkin untukku bersamamu."
Raut wajah Calista berubah merah. Ia segera meraih kedua benda tersebut.
"Baiklah, aku terima penjelasanmu, tapi di saat lain, kau harus terus menjagaku."
Rafe mengangguk sambil melangkah pergi menuju rumahnya.
"Hei!" panggil Calista dengan keras.
"Bukankah sudah kubilang untuk menjagaku? Kenapa malah pergi begitu saja?"
Rafe tidak menjawab dan terus saja berjalan tanpa berhenti sedikitpun. Calista terus berteriak memanggil dia, tetapi Rafe tetap tidak berhenti. Kesal dan marah karena hal tersebut, Calista kemudian memaki-maki pria itu berulangkali. Merasa kesal, Calista kemudian melangkah pergi sambil mengentakkan kaki.
'Kurang ajar, berkata akan menjagaku, tapi malah meninggalkanku seorang diri. Bagaimana kalau tiba-tiba ada orang yang menyerangku?' geramnya dalam hati. Hal itu ternyata benar terjadi. Saat Calista masuk ke dalam apartemennya, tiba-tiba ada yang membekap dia. Calista menggigit tangan orang tersebut. Ia berteriak ketakutan, menyemprot mata orang tersebut dengan semprotan lada dan menyetrum orang itu hingga pingsan. Setelah semuanya, Calista baru sadar bahwa itu adalah orang yang dia kenal.
"Alex?" ucapnya pelan sambil menatap bingung pada lelaki yang terkapar di lantai.


Comentário do Livro (28)

  • avatar
    Qwinx T

    aku suka bangattt!!!

    10d

      0
  • avatar
    Apry Ana

    akun 3

    21/08

      0
  • avatar
    TuyulTopan

    keren bgt cerita nya

    17/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes