logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Lima

Lima
Calista tidak pernah menduga bahwa ia benar-benar dalam perkelahian yang sungguh terjadi dalam dunia nyata, bukan pada drama atau film.
Ia berulangkali berteriak ketakutan saat melihat pisau yang terasa terarah padanya. Meski begitu, di sampingnya Rafe tampak sangat tenang. Berkelit dengan cepat sambil menyerang lawan. Ia juga memutar tubuh Calista saat pisau mengarah pada gadis yang ketakutan itu.
"AKH!" Calista kembali menjerit ketakutan saat pisau kembali terarah padanya. Mata pisau yang berkilat seolah mengancam untuk membuat ia terluka.
Rafe segera kembali memutar tubuh gadis itu. Pria dengan pisau tersebut menyerang cepat hingga Rafe tidak sempat menghindar dengan cepat. Meski begitu, serangan itu meleset dan hanya melukai lengan dia. Sekalipun terluka, Rafe tetap melawan. Orang-orang yang menjadi lawannya tetap bisa ia tundukkan dengan mudah. Tidak lama mereka justru kembali melarikan diri.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Rafe sambil menghampiri Calista yang masih gemetar. Calista mengangguk. Gadis itu kemudian melihat darah yang merembes keluar pada lengan baju Rafe yang sobek oleh pisau.
"Kau terluka. Kita harus pergi ke rumah sakit," tukasnya.
"Tidak perlu, ini hanya luka kecil, kita pulang saja."
"Kita harus ke rumah sakit. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"
"Tidak akan terjadi apa-apa. Tidak perlu cemas. Kita pulang sekarang!" tegas Rafe sambil berjalan lebih dulu. Karena Rafe telah berjalan pergi, Calista tidak memiliki pilihan selain segera mengikuti pria itu.
***
"Apa kau yakin tidak perlu ke rumah sakit?"
Pertanyaan tersebut kembali dilontarkan Calista untuk kesekian kalinya saat mereka tiba di tempat Val. Val dan Andy yang berada di sana hanya diam saja melihat kedua orang tersebut.
"Aku sudah mengatakan tidak perlu. Luka sekecil ini biar kutangani sendiri," sahut Rafe sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Mana bisa ...?" Calista tidak selesai bicara karena Rafe menutup pintu kamar mandi di depan gadis tersebut. Tidak lama terdengar suara air menyala dari dalam.
"Aku yang membayar dia menjadi pengawal pribadiku, kenapa dia lebih galak dariku?" dumel Calista. Val dan Andy tetap saja diam. Calista sedang kesal, sebaiknya mereka tidak berkomentar dan membuat gadis itu juga kesal pada mereka.
"Kalian katakan sesuatu, kenapa hanya diam saja?" tanya Calista yang menoleh pada keduanya. Val dan Andy hanya tersenyum saja dan mengangkat bahu.
"Ada apa dengan kalian ini?" gerutu Calista lagi. Ia nyaris menegur kedua orang tersebut, tetapi kemudian mengurungkan niat saat Rafe keluar dari kamar mandi. Rambut dia masih terlihat agak basah.
"Ayo, aku akan mengantarmu pulang," ucap pria itu pada Calista. Calista memang telah menyewa rumah yang berada di samping rumah Rafe.
"Kau yakin tidak mau ke rumah sakit? Apa kau akan baik-baik saja?" Calista kembali bertanya.
"Luka sekecil ini bukan apa-apa buatku. Aku tidak perlu ke rumah sakit. Sekarang, ayo kau segera pulang."
Calista mengangguk.
"Baiklah, kalau kau baik-baik saja, ya sudah, kau tunggu saja sebentar di sini."
Rafe diam menanti. Tidak lama Calista kembali sambil membawa kotak obat.
"Kau bersikeras tidak mau ke rumah sakit, tapi kau pasti tidak masalah jika aku mengobati."
Rafe segera meraih kotak tersebut.
"Aku akan melakukan sendiri," ucapnya.
Calista menggeleng dan tetap menahan kotak tersebut.
"Aku sudah mengatakan aku yang akan mengobati, maka aku yang akan melakukannya."
"Aku bisa melakukan sendiri," tukas Rafe sambil menarik kotak tersebut, tetapi Calista tetap menahan.
"Kenapa kau begitu keras kepala? Aku bilang aku yang akan mengobati. Kau adalah orangku. Terluka karena aku, jadi aku bertanggung jawab untuk mengobatimu."
"Kau yang keras kepala. Bukankah aku sudah mengatakan padamu aku akan melakukan sendiri? Aku tidak butuh bantuan untuk mengobati lukaku."
"Baiklah, terserah padamu saja," ucap Calista kesal sambil mendorong kotak tersebut pada Rafe. Ia sungguh tidak mengerti mengapa pria itu begitu keras kepala. Ia kemudian bergegas menyingkir dari sana. Val bangkit berdiri dan menyusul dia.
"Calista tidak pernah peduli pada orang lain, tapi kurasa dia cukup peduli padamu. Kenapa kau menolak untuk dia mengobatimu?" tanya Andy yang menghampiri Rafe dan berdiri di samping pria itu.
"Itu bukan urusanmu juga. Beritahu dia, aku tidak suka jika ia memberi perhatian padaku," tukas Rafe sambil mendorong kotak obat ke tangan Andy. Rafe kemudian segera menyingkir dari tempat itu.
***
"Kau dan Rafe selalu saja berselisih. Ada apa sebenarnya dengan kalian?" tanya Val.
"Mana aku tahu? Kenapa kalian bertanya padaku? Bukan padanya?" sergah Calista kesal. Ia sungguh tidak mengerti dengan Rafe. Pria itu pengawal pribadinya, bekerja padanya, tetapi sikapnya bisa begitu ketus.
"Cobalah untuk berdamai dengannya. Mungkin dia belum terbiasa dengan pekerjaannya. Lagipula dia dari luar negeri. Sepertinya dulu ia mapan sebelum datang kemari."
"Dulu aku sudah merasa seperti iti, tapi dia yang bersikeras untuk menjadi pengawal pribadi. Sekarang ...." Calista menggeleng sambil menghela napas panjang.
"Bersabarlah, berikan dia kesempatan lagi. Bagaimanapun dia telah melindungimu. Setidaknya kau harus membalas budi dia untuk itu."
Calista memejamkan mata sejenak kemudian mengangguk. Ia bukan orang yang bisa bersabar, tetapi apa yang dikatakan Val benar juga. Ia harus lebih bersabar karena bagaimanapun Rafe telah melindungi dia. Tanpa pria itu, mungkin dia telah menjadi korban dari para pria bejat yang mengganggu dirinya tadi.
***
Hari selanjutnya, Rafe yang mengantar Calista. Mereka tidak saling bicara selama perjalanan. Calista sedikit menyesal mengapa ia setuju saja saat Val mendesak dia untuk pergi dengan Rafe. Sekarang suasana sungguh menjadi canggung. Val dan Andy mungkin berharap dia berbaikan dengan Rafe, tetapi ia bahkan tidak tahu harus bicara apa dengan pria itu.
"Kita sudah sampai," ucap Rafe. Calista tersadar dari lamunan dan baru menyadari bahwa mereka memang telah tiba di tempat pengambilan gambar akan dilakukan. Calista segera keluar dari mobil dan Rafe juga mengikuti.
"Calista!" panggil seseorang. Calista segera menoleh. Ia melihat wanita yang dulu pernah menyerang dia. Calista ingin segera pergi, tetapi rasa cemas membuat ia justru membuat ia terpaku.
Wanita tersebut mengambil melempar sesuatu pada Calista. Rafe segera memeluk Calista untuk melindungi gadis itu. Lemparan yang tidak lain adalah telur busuk tersebut mengenai pakaian belakang Rafe. Wanita yang melempar tampak terpaku sejenak karena lemparan dia salah sasaran. Namun ia kembali hendak melempar telur yang telah ia bawa. Beberapa orang mendekat dan segera mengusir wanita tersebut. Ia terlihat makin kesal dan memaki orang-orang itu. Calista dan Rafe kemudian segera masuk ke tempat pengambilan gambar.
"Calista, awas saja kau wanita murahan, aku tidak akan berhenti untuk membalasmu!" teriak wanita tersebut dari luar. Ia hendak masuk, tetapi tidak bisa karena orang-orang menghalangi dia.




Comentário do Livro (28)

  • avatar
    Qwinx T

    aku suka bangattt!!!

    11d

      0
  • avatar
    Apry Ana

    akun 3

    21/08

      0
  • avatar
    TuyulTopan

    keren bgt cerita nya

    17/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes