logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

4. Merobek Ingatan Masa Lalu

Dulu aku hanyalah anak gadis kecil dengan rambut panjang yang diikat dua. Rambutku akan bergoyang-goyang tiap kali aku berlari. Mengejar papa yang baru saja pulang dari toko.
Gadis kecil yang hanya memiliki pikiran sederhana. Gadis kecil yang menjadi kebanggan dan kesayangan papa.
Tiap kali Papa pulang bekerja dari toko. Dia akan meletakan aku di atas pundaknya. Tertawa dan bergurau sambil berjalan menuju rumah.
Papa begitu mencintai kami. Mama, aku dan kedua adik laki-laki kembarku. Kamilah yang paling berharga untuk papa. Tidak ada yang lainnya.
Keluarga kami begitu harmonis. Hidup berkecukupan dan kasih sayang yang melimpah. Kami begitu bahagia. Apalagi aku, saat itu adalah paling bahagia untuk kami.
Aku gadis kecil yang sangat cantik. Punya pipi tirus, alis rapi, mata bulat besar dengan bulu mata panjang lentik, hidungku juga mancung dan bibir merah yang mungil. Ditambah lagi kulitku yang sangat putih tanpa noda. Rambut panjang hitam yang lurus. Pipiku akan bersemu merah jika terkena sinar matahari. Menambah kecantikanku.
Papa dan mama sering sekali khawatir jika aku bermain di luar. Takut hal yang tidak diinginkan terjadi. Karena itu, aku tidak sering bermain di luar.
Sebagai gantinya, aku tidak bisa bermain di luar. Papa yang selalu meluangkan waktu untuk mengajakku bermain. Menjagaku sambil terus mengawasi. Papa begitu dekat denganku.
Papa adalah idolaku. Pelindungku dan pahlawan super untukku. Papa begitu sempurna, dan sandaran yang baik bagi kami sekeluarga.
Sore ini aku seperti biasa. Menunggu papa pulang. Saat suara mobil papa terdengar. Aku langsung berlari ke arah gerbang.
Papa membuka pintu gerbang dan langsung menggendongku. Seperti biasa, menaikan aku ke atas pundakku.
"Anak papa sudah menunggu ya?" tanya papa lembut.
Aku mengangguk antusias. Memeluk leher papa dengan erat. Tersenyum senang, di atas pundak papa.
Saat kami memasuki rumah. Kamu langsung disambut senyum mama dan dua Adik kembarku. Mama lalu meraih tangan papa untuk dicium.
"Mas, bisakah antar sembako. Untuk tetangga kita yang ada di gang sebelah?" tanya mama pelan dan lembut.
Mama adalah wanita yang lembut dan penurut. Hatinya begitu baik sehingga sangat peduli akan orang lain. Seingatku tetangga kami yang itu. Sering sekali di bantu mama.
Dia janda dengan dua anak. Mama sering memberi sembako dan uang untuk mereka. Mereka memang memiliki kesusahan ekonomi.
"Iya. Nanti Mas antar bareng anak-anak."
"Mawar boleh ikut?" tanyaku penuh harap.
"Boleh dong. Cantiknya papa, bakal papa bawa kemanapun papa pergi. Kesayangan papa." Papa menurunkan aku dari pundaknya lalu mencium pipiku.
Kedua adik kembarku terlihat cemburu. Papa langsung mengayunkan ke atas tubuh mereka secara bergantian. Membuat mereka tertawa bahagia.
"Ingat ya! Kakak kalian begitu cantik. Kalian harus selalu menjaganya. Kalau kita lengah sedikit saja, kakak kalian biasa hilang," kata papa bercanda. Kedua adikku tertawa lalu mengangguk tegas.
"Mas jangan bercanda begitu. Aku tidak mau malaikat mengamini." Mama protes.
"Iya-iya. Mas sekuat tenaga akan menjaga kalian."
*******
Setelah makan malam. Aku dan papa bersiap-siap untuk mengantar sembako dan uang. Mama bilang mereka begitu kesulitan. Kita sebagai tetangga harus membantu.
Mamaku memang baik. Kadang kebaikannya malah dimanfaatkan oleh orang lain. Walaupun begitu dia hanya ikhlas tidak membalas sama sekali.
Rumah tante Saswati sangat kecil. Halaman rumahnya ditanami sayuran. Rumahnya terbuat dari kayu. Beberapa jendela kacanya telah pecah. Ditambal dengan tripleks tipis.
Saat kami mengetuk pintu. Tante Saswati terburu-buru membuka pintu rumahnya. Keadaannya sangat kusut. Baju dasternya terlihat pudar dengan beberapa robekan di beberapa bagian.
"Ada apa ya pak?" tanya tante Saswati.
"Ini buk. Kami mau mengantar sembako dan sedikit uang." Papa menyegarkan kantong besar sembako. Isinya beras, minyak goreng, gula, mie instan dan beberapa sabun. Aku tidak tahu pasti apa lagi yang diisi mama di kantong itu.
"Terima kasih pak," kata tante Saswati. Dia mempersilahkan kami masuk tapi papa menolak. Anak tante Saswita juga keluar. Perempuan dewasa dan anak laki-laki, kira-kira dua tahun diatasku.
Anak laki-laki itu memandangku dengan kagum di balik tubuh ibunya. Matanya tidak lepas dariku. Aku tersenyum malu-malu. Anak itu langsung bersemu merah.
"Adek cantik sekali." Puji Tante Saswita. Aku hanya mengucapkan terima kasih.
Wanita itu terlihat baik. Senyumnya tulus dan penuh syukur. Tidak ada yang tau. Hatinya dipenuhi nafsu iblis. Tidak merasa puas dengan bantuan dengan bantuan yang mama berikan. Sehingga berharap lebih.
Keserakah memenuhi hatinya. Menghancurkan keluarga bahagia. Dengan segala siasat. Kebaikan mama dibalas dengan kejahatan. Dialah sumber kehancuran keluargaku.
Membuatku terjatuh dalam lumpur dosa penuh dendam. Mematikan segala nurani dan perasaanku. Kurobek semua ingatan masa laluku. Akan kubalaskan dendamku.
Karena yang membuatku bisa hidup selama ini juha hanya dendam. Jika tidak ada dendam ini. Mungkin aku sudah lama dalam kubur.
Aku tidak perduli jika orang menganggap aku jelek dan laknat. Satu yang pasti, Linda harus mendapatkan Karmannya.
Karman Karna telah menghancurkan hisupku dan keluargaku. Setiap tangis dan luka itu akan kutagih. Lihat saja semuanya harus dibayar.
"Aku tidak peduli jika hidupku harus hancur karena ini. Sedikit apapun akan kuhadapi. Ini semua kulakukan untuk kalian. Kalian tenang saja, aku akan berhasil. Walaupun jalan ini sukit dan penuh duri. Akan kulalui."
Senyum kita hilang karena mereka. Mereka juga harus merasa apa yang kita rasakan. Kita harus menghilangkan senyum mereka digantikan darah dan luka mengangga.

Comentário do Livro (30)

  • avatar
    GnGPesalll

    makasih

    09/08

      0
  • avatar
    Intan Prmna

    bagus

    15/06

      0
  • avatar
    Rahayu ning Tiyas26

    Bagus banget

    14/03

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes