logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Tentang Ibu dan Ayah

Rissa Widjaya Tan, dialah Ibuku. Ibu yang melahirkan dua putra dan satu putri ini adalah keturunan Tionghoa yang lahir di Jakarta. Tepatnya, di Jalan Jatinegara Barat Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Itulah kota kelahiran Ibu. Ya, aku bukanlah asli keturunan Sunda. Nenekku bernama Yulia Zhang dan Kakekku bernama Hary Widjaya Tan. Ibu memiliki dua kakak laki-laki yang bernama Chandra Widjaya Tan dan sekarang menetap di Jakarta Barat. Sementara om ku yang satunya —Ferry Widjaya Tan— tinggal bersama Kakek dan Nenekku di Jatinegara. 
Keluarga Ibu adalah keluarga berada, berbeda jauh dengan Ayahku yang berasal dari keluarga petani. Kakekku —aku memanggilnya Opa— memiliki beberapa kios di Pasar Jatinegara. Dua kios Opa tempati sendiri, sisanya disewakan. Sementara itu, Oma punya tiga kontrakan yang tersebar di wilayah Jatinegara. Satu kontrakan memiliki 10 kamar, dan dua kontrakan lainnya 20 kamar. 
Didikan Oma dan Opa yang keras dan sangat disiplin kini diturunkan juga oleh Ibu kepada anak-anaknya. Opa pernah bilang kalau disiplin adalah kunci kesuksesan. 
Ibu hanya lulusan SMA. Bukan karena tidak mampu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Hanya saja, sebelum sempat memasuki perkuliahan, Ayah sudah terlebih dahulu melamar Ibu. Saat itu, Oma dan Opa tidak menyetujui hubungan mereka karena masalah perbedaan agama. Belum lagi umur Ibu yang saat itu masih belia. Opa menginginkan Ibu untuk melanjutkan kuliah terlebih dahulu. Namun, dengan keyakinan Ibu, akhirnya Oma dan Opa menyetujui hubungannya dengan Ayah.
Saat memutuskan menikah, Ibu akhirnya menjadi seorang muallaf. Pelan-pelan Ayah mengajari Ibu mengaji dan memberitahu banyak hal tentang islam. Perlahan, Ibu juga mulai lancar membaca Al-Qur'an. Namun, untuk mengenakan hijab hingga sekarang belum ada kemauan. Bahkan, Ibu masih memandang aneh kepada mereka yang berhijab panjang apalagi mengenakan cadar. 
Didikan orang tua Ibu yang keras dan disiplin sangat melekat di kehidupan dan pribadinya. Semua didikan itu kini berlaku juga untukku dan Kakakku. Kami dididik untuk menjadi anak yang serba bisa dan tidak selalu bergantung pada orang. Kami pun jarang sekali bermain di luar bersama anak-anak lain. Bagi Ibu, waktu belajar lebih penting daripada bermain. 
Hari-hariku benar-benar disibukkan dengan buku pelajaran. Meski saat liburan tiba, jarang sekali aku menikmati liburan seperti anak-anak pada umumnya. Ibu benar-benar tidak mengijinkanku bersantai lama. Pernah sesekali saat berlibur ke rumah Abah —ayah dari ayahku— di Lembang, Ibu sengaja menyiapkan buku-buku sekolah di ransel. Pantaslah kalau teman-teman di sekolah menjuluki aku kutu buku. Bahkan saat jam istirahat sekolah pun aku masih berkutat dengan buku. Aku lebih suka menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan sekolah. 
Hal serupa dilakukan pula oleh Ibu kepada kakak. Saat liburan datang, biasanya anak laki-laki bisa santai dengan PS atau mainan lainnya. Namun, Kakakku justru masih disibukkan dengan bimbel dan les tambahan lain. Kami pernah merasa jenuh dan memberontak, Ibu justru mengunci kami di kamar dan tidak diberikan makan seharian. Ayah pun pernah menasihati Ibu, tetapi hal itu justru menimbulkan pertengkaran. 
Di balik sifat keras Ibu, aku tau ada rasa sayang yang begitu besar kepada kami, anak-anaknya. Karakter Ibu yang demikian, sangat berbanding terbalik dengan Ayah. Beruntunglah kami memiliki seorang Ayah yang sangat penyabar, selalu bisa menenangkan hati dan selalu mendengar keluh kesah kami.
****
Ayahku asli keturunan Sunda. Beliau lahir di Bandung, dari keluarga yang sangat sederhana. Abah —sebutan Kakek, ayah dari Ayahku— hanya seorang petani, tanah yang ditanami padi pun bukan milik Abah, tapi milik orang lain. Ketika masa panen tiba, Abah akan bagi hasil kepada pemilik tanah sebagai bayaran sewanya. Sementara Eyang Uti —panggilan nenek, ibu dari Ayah— hanya pemetik daun teh. 
Sedari kecil, Ayah sudah belajar mandiri. Apapun akan Ayah lakukan demi membantu keuangan keluarga. Apalagi Ayah adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Keuangan orang tua yang sangat minim dan hanya cukup untuk kebutuhan dapur saja, membuat jiwa pemimpin dan tanggung jawab seorang Ayah kecil sudah terlihat kala itu. Selain itu, untuk membayar biaya sekolah harus ditanggungnya sendiri. Beliau banting tulang untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan cara apapun, asalkan itu halal. Beasiswa pun berusaha didapatkan hingga akhirnya bisa menyelesaikan kuliahnya di Jakarta. Di kota besar itu pula, awal mula Ayah mengenal Ibu.
Menurut cerita Ayah, mereka dipertemukan di salah satu kampus negeri di Jakarta. Saat itu, Ibu yang baru saja lulus SMA sedang survey ke kampus tersebut bersama temannya. Sementara Ayah sedang menyelesaikan skripsinya. Ketertarikan Ayah kepada Ibu sudah dirasakan saat mereka memulai komunikasi untuk pertama kalinya. Ayah yang tanpa basa-basi dengan percaya diri  menyatakan perasaanya kepada Ibu. Padahal, saat itu mereka baru kenal sekitar seminggu. Tentu hal yang lucu menurut Ibu. Keberanian Ayah justru dianggapnya hanya angin lalu. Tak cukup sampai di situ, seminggu kemudian Ayah meminang Ibu. Betapa terkejutnya Ibu saat itu dan tentu saja tak lantas langsung diterimanya lamaran tersebut. 
Perjuangan Ayah untuk mendapatkan hati Ibu dan persetujuan keluarga tak semudah yang dibayangkan. Perbedaan keyakinan menjadi alasan utama, terlebih saat itu Ayah pun belum memiliki pekerjaan tetap. Keyakinan Ayah untuk memiliki Ibu tidak main-main. Namun, keyakinan iman yang menjadi satu alasan pun bukan sebuah permainan yang dengan mudah bisa berpindah saat itu juga. 
Berbekal doa dan tekad yang kuat, Ayah berusaha meyakinkan hati Ibu. Keinginan Ayah pun akhirnya Allah kabulkan. Allah berikan kemudahan lewat jalan hidayah kepada Ibu. Kemudahan lain pun Ayah dapatkan setelah keluarga Ibu memberikan restu kepada mereka. Hanya dalam waktu tiga bulan, ayah mempersunting Ibu. Seperti hal yang tak mungkin jika dipikir dengan nalar kita sebagai manusia. Namun, Tuhanlah yang mengendalikan semuanya. Termasuk takdir Ayah dan Ibu untuk bersatu dalam ikatan suci. 
Setelah menikah, Ayah memboyong Ibu ke Bandung dan tinggal di rumah kontrakan yang sangat sederhana. Perjalanan di awal pernikahan pun banyak ujian yang harus di lewati. Kehidupan mereka jauh dari kata mewah. Ayah yang baru saja lulus kuliah mulai melamar pekerjaan dan Ibu membuka warung makan di depan kontrakan. Kesabaran mereka membuahkan hasil, perlahan tapi pasti keuangan pun mulai stabil. Dari tabungan Ayah dan hasil kerja keras mereka, akhirnya rumah kontrakan itu dibeli dan bisa kita tempati sampai sekarang. 
Berbekal ilmu yang diperoleh selama kuliah dan pengalaman hidupnya semasa kecil, Ayah mencoba membangun bisnisnya sendiri. Semakin lama, bisnis Ayah berkembang pesat. Semua itu juga tentu tak lepas dari dukungan Ibu sebagai istri dan doa keluarga yang tulus. Perekonomian keluarga pun semakin meningkat terlebih setelah Ibu melahirkan dua putra kembar. Mereka adalah Kakakku, Rayhan dan Royhan. Dua tahun setelahnya, kebahagiaan semakin lengkap setelah aku hadir di kehidupan mereka. Sejauh itu, hidup kami sangat bahagia. Namun, tiba-tiba Allah menurunkan ujiannya kepada Ibu dan Ayah. Sepertinya Allah rindu dengan perjuangan dan doa mereka. Melalui Kak Rayhan, Allah menitipkan ujian itu. Dokter memvonis kakak sakit kanker darah, hingga akhirnya penyakitnya semakin ganas tak terkendali dan Allah mengambil nyawanya saat kakak kelas empat SD. Berawal dari cerita itulah, awal muka kebahagianku hilang. Ibu mulai menyalahkanku atas kematian Kak Rayhan. Itulah sebabnya kenapa sampai sekarang sikap Ibu selalu keras dan berbeda padaku. 

Comentário do Livro (234)

  • avatar
    e******s@gmail.com

    sangat seru dan menginspirasi

    11/06/2022

      0
  • avatar
    Wan Wan

    aduh, urusan mental ini selalunya dalem banget. jadi ikut terhanyut 😿 love yang banyak buat author mwah walaupun bikin sedih dari awal blurbnya 🙂🧡🧡🧡🧡🧡🧡

    19/05/2022

      0
  • avatar
    AmaliaRedyta

    Wah, bagus ini ceeitanya. Semangat update babnya, kak!

    31/03/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes