logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Sepotong Kenangan Brownies

Liany membuka matanya perlahan ketika matahari mulai meninggi, dari balik tirai samar terlihat cahayanya yang terang menerobos lantai kamarnya. Kepalanya sudah tidak terasa berat lagi meski samar rasa mual itu masih menggelitik dinding perut Liany. Di atas meja kecilnya ada semangkuk bubur yang masih cukup hangat disentuhnya.
Perempuan itu berusaha duduk dengan baik dan mencoba mengingat mimpinya, dia bertemu dengan dengan mendiang suaminya. Liany mencoba tegar, teringat akan pesan dokter agar tidak bersedih hati membuatnya menarik napas berulang kali. Dia harus berlapang dada dan bersyukur ada keluarga yang baik hati menampungnya di sini.
“Kau sudah bangun?” Suara berat Om Rudy terdengar dengan kepalanya yang menyembul dari balik pintu kamar Liany yang terbuka setengahnya.
“Ouh … iya, Om,” jawab Liany dengan senyum kecilnya, wajahnya memang sudah lebih baik dari tadi subuh.
“Lia, mau aku antar ke dokter?” dari belakang Om Rudy terdengar suara Myla dan perempuan itu susah siap dan berpakaian rapi untuk ke kantor.
“Gak usah, Myla, aku baik-baik saja, ada bibi Inah juga kok di rumah, habis makan bubur ini aku pasti udah lebih kuat lagi.”
“Kalau begitu kami berangkat ke kantor dulu yaa, jangan lupa telpon kami jika butuh apa-apa,” ujar om Rudy.
“Apa bi Inah punya ponsel? Soalnya saya tidak punya ponsel, Om.” Liany memilin ujung selimutnya dan berkata dengan nada sungkan.
Myla dan om Rudy sejenak bertatapan, di zaman sekarang masih ada orang tidak punya alat komunikasi tersebut.
“Papa aja yang beliin Lia yaa, soalnya Myla kayaknya bakal pulang lebih malam,” bujuk Myla pada papanya. Om Rudy mengangguk itu hal mudah baginya, dia bisa meminta sekretarisnya membelikan satu unit di toko ponsel yang tak jauh dari gedung perkantoran mereka.
“Kalo begitu aku berangkat dulu yaa, daaah!” seru Myla sambil melambaikan tangannya pada Liany dan om Rudy seperti biasa melemparkan senyumnya yang menawan itu.
Tante Katrin baru saja tiba dengan mobilnya ketika mobil Myla dan mobil om Rudy baru saja meninggalkan rumah. Cukup lelah dirasakannya menyetir sendiri beberapa jam semenjak subuh. Bi Inah segera menyongsong kedatangan majikannya itu.
“Bapak sama Myla udah berangkat yaa, Bi?” tanya tante Katrin dengan wajah yang penat dihempaskannya bokongnya pada sofa empuk di ruang tengah.
“Iya, Nyonya, mereka baru saja berangkat, Nyonya ingin minum apa?” Bi Inah menunggu perintah tante Katrin dengan sabar.
“Hhmmm … tolong segelas jus jeruk yang dingin yaa, Bi. Oh ya, bagaimana dengan Lia, apa dia sehat-sehat saja?” Tante Katrin teringat dengan keponakannya yang sedang hamil itu.
“Ouh Non Lia tadi pagi kurang enak badan, dia muntah-muntah hebat Nyonya, tetapi sekarang sepertinya sudah baikan.”
“Ouh, nanti aku lihat di kamarnya, aku mau minum jusnya dulu, Bi.”
“Baik, Nyonya, saya ke dalam dulu,” Tas pakaian tante Katrin dibawa Bi Inah untuk diletakkan ke dalam kamarnya dan bergegas menuju dapur menyiapkan minuman tante katrin. Wanita itu sendiri tengah melepas penat sambil memandang ke arah langit-langit rumahnya, masih terbayang bagaimana cara Satria berbicara dengannya, ketus dan kasar serta kehidupan bebas yang dijalaninya. Namun, harus diakui tangan laki-laki muda seperti Midas, apapun yang ditanganinya akan berbuah hasil yang memuaskan. Perusahaannya kini merangkak semakin maju di dunia advertising.
“Ini minumannya, Nyonya.” Suara bi Inah memutus lamunannya tentang Satria. Tante Katrin meneguk minuman dingin itu nyaris habis setengahnya.
“Aku ingin melihat Lia dulu di kamarnya,” ujar tante Katrin ketika merasa dahaganya sudah berkurang.

Lia sedang merapikan selimutnya ketika pintu kamarnya diketuk dan muncul tante Katrin dengan kotak kue di tangannya.
“Tante, kapan Tante tiba?” tanya Lia dengan senyum lebarnya.
“Baru saja, ini Tante bawakan oleh-oleh brownies dari toko kue yang dulu jadi langganan Tante dan mendiang ibumu.” Tante Katrin membukanya dan aroma coklat yang manis tercium menggugah selera.
“Waaah sudah lama Lia tidak makan ini Tante, aroma dan rasanya tidak berubah.” Liany mengambil sepotong dan mencobanya, dia terharu rasa coklat ini kembali mengingatkannya kepada ibunya. Mereka pun berbincang tentang hasil pemeriksaan Liany dan om Rudy yang mengajaknya berbelanja.
“Om kamu memang seperti itu, gak tegaan lihat wanita hamil, apalagi kamu yang masih kerabat kami. Kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ke Tante, Om atau Myla yaa.” Tante Katrin mengelus kepala Liany dengan lembut.
“Tante mau istirahat sebentar karena siang ini Tante akan ke kantor lagi, ada rapat evaluasi dengan beberapa direksi.”
“Baik, Tante, selamat beristirahat yaa.” Liany memberikan senyum terbaiknya pada tante Katrin. Masih teringat olehnya ketika tante Katrin datang pada ibunya dengan wajah babak belur, ibunya mengobati tante Katrin yang menangis tersedu-sedu karena perlakuan suaminya yang terdahulu. Ada sebuah nama anak laki-laki yang disebut-sebut oleh kedua ibu itu tetapi tidak diingat jelas oleh Liany sekarang. Anak laki-laki yang katanya direbut paksa darinya.
Tante Katrin merebahkan diri sejenak di ranjangnya, aroma om Rudy yang tertinggal membuatnya merasakan rindu seketika pada pria yang telah bersamanya lebih dari dua dekade. Tentu saja segala keberhasilan yang diraihnya adalah campur tangan suaminya juga. Namun, tante Katrin masih saja belum bisa mengungkap satu rahasia kepada suaminya, dia merasa waktunya belum tepat. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda itu bergegas bangun kembali untuk mencari ponselnya. Sebaris pesan yang menyatakan dirinya sudah tiba di rumah dikirim untuk suami dan putrinya. Khusus untuk om Rudy dia mengetikkan keinginannya untuk makan malam berdua saja sebagai penebus rasa rindunya.
“Satria Abimanaaa… aku bawa berita penting untuk kita dan Sparkling!” seru Bimo rekanan Satria dalam membuka perusahaan advertising yang mereka beri nama Sparkling. Laki-laki bertubuh tambun itu masuk ke ruangan Satria dengan suaranya yang membahana. Satria yang sedang menikmati kopinya hampir saja tersedak karena terkejut.
“Astagah Mooo… bisa gak sih kamu masuk ke ruanganku biasa aja?” omel Satria yang punggung tangannya terkena tumpahan kopi.
“Semoga berita yang kau bawa sepadan dengan panasnya kopi yang tumpah ke tanganku ini!” ujarnya lagi sambil mengambil tisu.
“Hey Brooo … aku bawa kabar yang luar biasa, kita memenangkan kontrak iklan jangka panjang dengan perusahaan besar itu, Bisco Ltd dan Dunant! Bayangkan kita punya kontrak baru dengan dua perusahaan itu, Satria!” seru Bimo dengan suka cita.
“Serius? Bisco dan Dunant memilih Sparkling? Luar biasaaa!” Satria pun tak kalah antusiasnya, tak pernah menyangka jika perusahaan raksasa di dunia makanan ringan itu dan brand fashion online ternama akan mempercayakan periklanan mereka pada Sparkling.
“Berhubung istriku baru saja melahirkan aku gak bisa jauh-jauh dari dia, jadi aku akan menangani Bisco dan kamu yang masih lajang serta bebas kemana saja, yang akan memegang Dunant di kota P sana.” Bimo membagi dua kontrak itu yang menurutnya adil. Satria seakan tidak percaya dia meminta Bimo mengulangi kota mana yang akan dia tuju.
“Kemana … kemana ? Kota P?” Satria menghela napas itu bukan sama sekali kota yang ingin dipijaknya, kota di mana tante Katrin tinggal dan semua kenangan buruk yang ingin dilupakannya.
“Mereka minta kamu di sana untuk menangani iklan mereka, rumah tinggal dan team serta fasilitas lainnya kita akan bicarakan lagi. Cuma lima bulan aja, Sat!” Suara Bimo kembali terdengar dan tentunya sebagai pekerja profesional dia tidak akan mencampur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaannya.
“Katrin….” gumam Satria lirih setelah dia menyetujui pembagian tugasnya dengan Bimo.


Comentário do Livro (253)

  • avatar
    KusumaMutmainnah Ningtyas

    ceritanya sungguh bagus smpe buat nangis, dan ketawa krn kisahnya😁

    24/01/2022

      0
  • avatar
    FonatabaSiphora Nelly marline

    bagus banget ceritanya kak.. please ada lanjutannya dong semoga Tante Katrin gak meninggal amin

    16/01/2022

      1
  • avatar
    Devi Damayanti

    novel yang sangat baik dan berkualitas penuh arti dalam kehidupannya rumah tangga yang baik juga banyak rintangan dan halangan dari mertua dan adik ipar yang sama-sama ingin menguasai harta yang bukan miliknya, dan kita bisa ambil hikmahnya dari novel tentang pengorbanan seorang istri untuk suami.

    12/01/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes