logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 43 Move on

Om Rudy mengurung diri di dalam kamar, dalam dekapannya ada foto Tante Katrin dan dirinya ketika baru saja menikah. Wajah terakhir Tante Katrin yang dilihatnya di rumah sakit mengingatkannya kepada pesona Tante Katrin saat baru menikah dulu. Om Rudy mengenang jika istrinya adalah perempuan yang jarang marah, selalu tersenyum tetapi sangat tegas di kantornya.
Dari ruang tengah samar terdengar putrinya tengah berbincang serius dengan pengacara perusahaan mendiang istrinya. Rupanya Tante Katrin sempat menuliskan wasiat jika dia telah membagi perusahaan itu dengan bagian Myla hanya menerima seperempat saham saja selebihnya adalah bagian milik Satria, kakaknya. Myla tak keberatan karena dia sendiri adalah calon tunggal pemilik dari RH Company milik papanya. Pengalihan secara resmi akan segera dilakukan agar perusahaan cepat mendapat ganti pemimpin yang baru.
Om Rudy tidak ingin ikut campur urusan perusahaan Tante Katrin dan mempersilakan semuanya berjalan sesuai wasiat mendiang istrinya. Lelaki itu kini hanya sedang sibuk menambal lubang di hatinya akibat kepergian Tante Katrin.
“Papa … kita makan dulu yuuk,” ajak Myla setelah mengetuk pintu kamar Om Rudy. Setelah Demian mengantarkannya dalam keadaan pingsan ke rumah dan memanggilkan dokter lelaki muda itu berhasil membuat Myla berjanji untuk hidup lebih baik dan tegar demi papanya.
“Papa belum lapar, Myla,” jawab Om Rudy pelan. Dia sedang berbaring menyamping di atas ranjangnya masih dengan memeluk foto pernikahan mereka.
“Myla masuk ya, Pa,” perlahan Myla membuka pintu kamar dan melihat papanya tengah berbaring memunggungi pintu. Posisinya setengah meringkuk dan mendekap sesuatu.
“Pa, temani Myla makan ya, ayo, Pa,” bujuk Myla yang duduk di tepi ranjang. Samar aroma kamar masih menyisakan wewangian khas Tante Katrin. Myla mengepalkan tangannya erat menahan kesedihan dan kerinduan di dalam hatinya.
Om Rudy bergerak dengan pelan, kemudian duduk dan meletakkan foto yang berjam lalu didekapnya erat. Mata Om Rudy masih sembab dan bengkak, penampilannya terlihat kusut. Kegagahan dan kebugaran Om Rudy menghilang seketika karena duka yang tak bisa dibendungnya.
“Papa, Myla mohon … Papa harus bisa bangkit, kita sama-sama hadapi ini, lanjutkan perawatan Papa, kembali lah bekerja dan kita hidup seperti biasa meskipun tanpa mama lagi,” ujar Myla dengan suara serak. Mereka kini hanya akan hidup berdua dan memang semuanya tidak akan sama lagi.
“Maafkan Papa, Myla, maafkan Papa yang sudah buat kamu kecewa,” balas Om Rudy dengan nada sendu dan nyaris menangis, lagi.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, pa. Semuanya sudah terjadi, ini adalah takdir yang kita harus jalani. Semua yang terjadi pasti karena sebab akibat dan alasan juga pasti ada pelajarannya.” Myla berbalik menghadap Om Rudy. Ditatapnya wajah yang sendu, lelah dan keriput yang mulai jelas terlihat.
“Myla sayang Papa, Myla tidak akan meninggalkan Papa, cuma Papa yang Myla punya saat ini, Papa harus sehat, Papa harus bangkit dan Papa harus jadi Papa Myla yang dulu lagi.” Gadis itu tersedu dalam pelukan Om Rudy. Tak kuasa lelaki itu menahan air matanya, diusapnya belakang kepala putrinya berkali-kali untuk menguatkan Myla terlebih untuk dirinya sendiri.
“Iya … Sayang … Iyaaa … kita akan hadapi kehilangan ini bersama-sama, kita akan kuat bersama, Sayangnya Papa,” ujar Om Rudy penuh perasaan sembari menahan isaknya yang membuat sesak di dadanya.
“Kalau Papa sudah siap, kita harus bertemu dengan mas Satria untuk menyerahkan wasiat mama kepadanya,” lanjut gadis itu lagi dengan kepasrahan.
“Iya, Sayang, apapun permintaan mendiang mama kamu kita akan wujudkan.” Om Rudy berjanji akan menjalani perawatannya dengan rutin sampai sembuh dan akan menjadi papa terbaik Myla lagi.


Seminggu kemudian Satria menerima pesan dari Myla, dia diminta datang ke kantor mendiang mama mereka. Karisma Developer adalah perusahaan pengembang milik Tante Katrin yang dirintisnya dari anak perusahaan milik Om Rudy. Dulu anak perusahaan itu hanya perusahaan kecil tetapi di tangan Tante Katrin yang ulet dan pekerja keras, Karisma berubah menjadi perusahaan besar dan memiliki jaringan property di mana-mana. Kini tujuh puluh lima persen bagian Karisma adalah miliknya dan dua puluh lima untuk adiknya. Satria tidak menyangka hal itu dan tidak ada niat untuk memilikinya. Jadi dia berpikir akan menunjuk Liany sebagai komisarisnya dan mencarikan CEO yang tepat untuk menjalankan Karisma. Baginya Sparkling sudah lebih dari cukup.

“Mama Rangga!” seru Satria dari dalam kamarnya, mereka baru saja pindah dari perumahan yang lama dan menempati rumah baru mereka. Tak kunjung ada sahutan Satria keluar untuk mencari sosok istrinya di kamar Rangga, pintu kamar terbuka dengan aroma minyak telon serta bedak bayi khas putranya kecilnya itu. Namun, dia tak kunjung melihat Liany, disusulnya menuju dapur untuk menemukannya di sana. dugaannya tepat, perempuan itu tengah berdiri di sudut dapur menunggu roti yang tengah dipanggang mesin pemanggang roti.
“Sayang…,” Satria tiba-tiba memeluk istrinya hingga Liany terperanjat kaget.
“Astagaaa! Kau selalu saja membuatku terkejut, kebiasaan deeh…!” seru Liany setengah memberengut.
“Rangga sama Lilis mana, kok gak ada di kamar Rangga?” tanya Satria yang masih melingkarkan lengannya di pinggang Liany.
“Kayaknya LIlis lagi bawa Rangga main di taman, eeh kamu kok belum siap ke kantor?” Liany berbalik dan mendapati Satria masih memakai baju kaos dan celana selututnya.
“Aku ada pertemuan penting dengan Myla, Om Rudy dan pengacara keluarga mereka di kantor mendiang mama. Kamu ikut ya?” ajak Satria. Liany tidak langsung menjawab, banyak hal yang dipertimbangkannya.
“Aku hanya ingin fokus di Sparkling saja dan membuatnya lebih besar lagi, jadi… kau akan menjadi Nyonya Komisaris di Karisma,” ujar Satria sambil mengambil tangan Liany dan mengecup punggung tangan perempuan itu dengan mesra.
Liany terkejut dan menarik tangannya, matanya membulat seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
“Jangan becanda! Itu perusahaan besar, aku tidak mungkin masuk di sana apalagi menjadi komisarisnya!” sergah Liany cepat.
“Sayangku, kau tidak bekerja secara langsung, lagipula kau harus belajar, sepertinya kau harus kuliah bisnis agar bisa memahami seluk beluk perusahaan lebih jauh lagi. Lagi pula kau tidak sendiri, aku akan mengangkat seorang CEO yang bisa diandalkan untuk menjalankan Karisma.” Satria mengambil roti panggang yang baru saja matang dan meletakkannya di piring.
Liany mengabaikan ide suaminya, dia merasa sudah punya kehidupan yang lebih dari cukup sehingga tak perlu lagi sebuah perusahaan yang akan menjadi atas namanya.
“Umur gak ada yang tahu, Lia. Jika aku kenapa-kenapa aku bisa meninggalkan sesuatu yang berharga untukmu dan Rangga, kau—“
Praaak…!
Liany meletakkan botol selai di meja dapur dengan keras sehingga membuat Satria terkejut. Dada Liany bergemuruh mendengar kalimat Satria barusan seakan membuka kenangan lamanya bersama Adam. Mendiang suaminya meninggal tiba-tiba begitu saja karena kecelakaan kerja, meninggalkan uang santunan yang banyak untuknya dan calon bayinya saat itu tetapi Liany malah terusir dan tak menyentuh sama sekali uang itu. Bahu Liany lemas, luruh dan terguncang, bahkan untuk membayangkan kehilangan yang kedua kalinya dia tak sanggup.
“Hey… Liany … kau kenapa? A-apa aku salah bicara? Aku membuatmu bersedih? Apa aku menyinggungmu?” bergegas Satria memeluk Liany dari belakang lagi dan mengecup belakang kepalanya dalam-dalam.
“Maaf … maafkan kata-kataku barusan, aku tidak berniat melukai perasaanmu, maaf Sayang, maaf,” ujar Satria berulang-ulang.
“Jangan berkata seperti itu lagi, aku takut,” bisik Liany dalam tangisnya.
“Iya … iya, aku tidak akan mengatakan hal itu lagi, maafkan aku,” ujar Satria sambil membalik bahu Liany, dihapusnya air mata Liany dengan kedua ibu jarinya lalu sebuah kecupan dalam yang hangat mendarat di kening Liany. Liany memeluk Satria dengan erat, dia tak ingin kehilangan lagi bagaimanapun caranya kecuali jika takdir yang tak berpihak padanya.
“Jangan tinggalkan aku, Sat, jangan tinggalkan aku dan Rangga, aku tidak akan sanggup menghadapi langit yang runtuh kedua kalinya.” Liany memejamkan matanya dan merasakan belaian Satria pada rambut tebalnya.
“Aku tidak akan meninggalkanmu dan Rangga apapun alasannya, kalian adalah bagian dari hidupku, akan jadi apa hidupku tanpa kalian?” Satria melepas pelukannya dan menjauhkan bahu Liany agar dia bisa melihat wajah istrinya.
“Tetapi aku mohon, jangan tolak niatku untuk mendudukkanmu di Karisma, mulai sekarang kau harus giat belajar dengan kehidupan kita yang baru sekarang. kau tidak boleh hanya menjadi Liany ibu rumah tangga biasa saja, kau adalah perempuan hebat yang bisa kuandalkan, partner dalam hidupku, mengerti?”
Liany mengangguk beberapa kali, kali ini tanpa ragu dia mengiyakan keinginan Satria. Bagaimanapun dia harus tetap banyak belajar karena kini suaminya bukan orang biasa melainkan seorang pengusaha sukses dan diwariskan perusahaan besar pula milik ibunya.


Satria memeluk Myla sesaat sebelum mereka berpisah di ruang kantor mendiang Tante Katrin dan menyalami Om Rudy serta dua orang pengacara mereka.
“Aku dan papa mungkin akan Los Angeles selama beberapa pekan, Papa butuh suasana baru sesaat. Jika ada apa-apa Mas Satria bisa hubungi aku.” Myla memandangi kakaknya dengan penuh perasaan haru, tak ada yang berubah dari laki-laki muda itu. Perhatian dan kasih sayangnya masih sama dirasakannya seperti mama mereka masih ada.
“Jaga kesehatan kalian di sana, semoga kamu dan … papamu bisa menikmati waktu dengan baik.” Satria melirik sekilas pada Om Rudy yang menunjukkan sekilas senyum tipisnya.
“Baiklah, Mas Satria, selamat atas posisi Anda yang baru di Karisma Developer, semoga sukses selalu,” ujar salah satu laki-laki paruh baya pengacara perusahaan. Satria menyambut jabat tangannya dan mengangguk penuh hormat.
“Aku dan papa pamit yaa Mas, kami akan berangkat besok.” Myla menggandeng tangan papanya meninggalkan kantor itu yang diikuti kedua pengacaranya.
Sunyi seketika menyergap ketika pintu tertutup dan menyisakan Satria seorang diri di dalam ruang kantor yang cukup luas itu, sedikit lebih luas dari kantornya di Sparkling. Langkahnya pelan satu persatu menyusuri setiap sudut ruangan, ujung jemarinya menyentuh ujung meja dan lemari besar dari kayu jati dan kaca itu. Di dinding kantor ada foto Tante Katrin yang berpose penuh percaya diri memegang penghargaan di tangannya. Foto itu bersanding dengan foto keluarganya dengan Om Rudy dan Myla.
“Mama cantik sekali, maaf jika baru sekarang aku merasa rindu pada Mama, yang tenang di sana yaa Ma, kami semua di sini akan baik-baik saja dan mengenang Mama dengan semua kebaikan Mama.” Satria berucap lirih di depan foto keluarga itu.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar seorang wanita paruh baya masuk memperkenalkan diri tak jauh dari Satria berdiri.
“Maaf Tuan, saya Karinda, sekretaris mendiang Ibu Katrin, saya tahu jika sekarang Tuan Satria dan Nona Myla yang akan memegang kendali perusahaan ini.
“Terima kasih banyak karena telah membantu ibu saya selama ini, Bu Karinda dan—“
“Panggil Mba Karinda saja Tuan, saya belum menikah,” potong Karinda cepat. Satria mengangkat alisnya dan mencoba memahami sesuatu dengan cepat.
“Ouh baiklah, maaf. Begini, Mba karinda, mungkin saya hanya sebentar saja di Karisma selanjutnya saya akan membuat sedikit perubahan, saya akan menunjuk istri saya Liany sebagai komisaris di Karisma karena saya masih harus memegang langsung perusahaan saya sendiri. Setelahnya saya akan menunjuk seorang CEO untuk menjalankan Karisma yang akan bertanggung jawab kepada istri saya Liany dan adik saya Myla,” terang Satria dengan tegas dan penuh wibawa.
“Baik Tuan, apa Tuan sudah punya pilihan CEO yang Tuan maksud?” tanya Karinda sambil menaikkan kacamatanya yang agak melorot di batang hidungnya.
“Iya, seorang sahabat saya, Demian, dia tangan kanan saya di Sparkling dan akan saya angkat sebagai CEO di Karisma,” jawab Satria dengan mantap.

Comentário do Livro (253)

  • avatar
    KusumaMutmainnah Ningtyas

    ceritanya sungguh bagus smpe buat nangis, dan ketawa krn kisahnya😁

    24/01/2022

      0
  • avatar
    FonatabaSiphora Nelly marline

    bagus banget ceritanya kak.. please ada lanjutannya dong semoga Tante Katrin gak meninggal amin

    16/01/2022

      1
  • avatar
    Devi Damayanti

    novel yang sangat baik dan berkualitas penuh arti dalam kehidupannya rumah tangga yang baik juga banyak rintangan dan halangan dari mertua dan adik ipar yang sama-sama ingin menguasai harta yang bukan miliknya, dan kita bisa ambil hikmahnya dari novel tentang pengorbanan seorang istri untuk suami.

    12/01/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes