logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Hangover

Hangover

Nana Kitty


Capítulo 1 0.1

Malem ini kita buktikan secara jantan, siapa yg pantas untuk dia. Lo atau gw.
Velia mengernyit melihat pesan di layar ponsel Jefri, abangnya. Lelaki yang kini tengah terbaring di atas tempat tidur dengan muka sedikit pucat, lebih mendingan setelah Velia tadi menyuapinya semangkuk bubur yang dibeli dari pedagang keliling.
Padatnya aktivitas termasuk futsal, sehingga kurang menjaga kesehatan dan juga pola makan tidak teratur, membuat Jefri lemas dan ngedrop. Sementara di rumah hanya tinggal bersama dengan Velia dan tanpa pembantu, karena orang tua sibuk mengurus pekerjaan di luar negeri. Mau tak mau Velia berperan penting dalam merawat Jefri.
"Dari siapa dek?" Suara serak-serak bin ngebass dan setengah ngantuk itu membuyarkan lamunan Velia.
"Kendil," tatapan Velia berubah jengah begitu melihat Jefri menaikkan kedua alisnya tegas. "Zendi Zendi ah, males bet sebut nama dia, ew."
Jefri buru-buru merebut ponselnya dari tangan Velia, dan nyatanya Jefri baru sadar akan kesepakatannya dengan Zendi minggu lalu. Teman seangkatan Jefri yang tinggal kelas sehingga menjadi teman Velia.
"Gue harus pergi sekarang." Jefri menyibakkan selimut dari tubuhnya. Rasa pusing kentara sekali terasa seakan beban berat berada di atas kepala Jefri saat bergeming dari tempat tidur, tapi Velia langsung menahan sebelum Jefri terjatuh.
"Bang Jef mau kemana! Abang tuh masih sakit!" Pekik Velia khawatir.
"Gue harus perjuangin cinta gue dek, lo jangan halangin dong. Minggir."
"Gak! Abang gak boleh kemana-mana. Pokoknya bang Jef tetep disini." Velia terus menghalangi pergerakan Jefri yang bersikeras untuk pergi sampai Velia kesal sendiri dan menghempaskannya.
"Bang!"
Terduduk di tepi kasur, Jefri lalu menjambak rambutnya ke belakang. Bagaimanapun juga Jefri tidak ingin kehilangan cewek yang dicintainya, apalagi jika cewek itu jatuh ke pelukan Zendi. Mimpi buruk. Jefri tidak rela.
"Abang ngalah aja bisa gak sih? Gue udah eneg tau gak liat lo saingan terus sama modelan kaya si Kendil itu, dih."
"Gue udah terlanjur nerima tantangan dia dek. Lagian gue gak mungkin ngelepas apa yang sedikit lagi hampir gue genggam."
"Tapi lo juga harus pikirin keadaan diri lo bang, lo lagi gak fit. Tolong, lo egois dikit, pentingin diri lo sendiri jangan orang lain. Gue cuma gak mau kalo sampe terjadi apa-apa sama lo." Velia menatap Jefri sambil memegang sebelah pundak kekarnya.
"Dek, please gue cuma mau keluar bentar, nanti gue balik lagi dan gue janji gue bakalan baik-baik aja, oke?"
Kali ini Jefri sungguh-sungguh jatuh hati pada seorang cewek, yang tampak begitu spesial di matanya. Velia sendiri bisa menyimpulkan sejak kesan pertama yang didapatkan dari sosok itu. Dia perhatian, Velia pernah dibantu mengerjakan PR saat itu, padahal baru berkenalan.
"Abang mau balapan kan sama si Kendil?" Sebenarnya Velia sudah tau rencana Jefri dan Zendi, setelah menscroll keatas obrolan dua lelaki itu.
"Lo pernah mikir gak sih, apa yang kalian lakukan itu gak punya hati bang. Perasaan perempuan itu bukan barang taruhan, gak perlu susah-susah balapan lo sama si Kendil hompimpa alaihum gambreng untuk mendapatkan cewek pun kalo gue berada di posisi dia pasti gue gak terima." Velia ngedumel panjang lebar.
"Tapi cuma ini cara terakhir. Gue sayang sama Siera, dan dia juga punya perasaan yang sama ke gue. Please.." Jefri merajuk sambil menggenggam erat kedua tangan Velia. Saat itu juga hawa panas dalam tubuh Jefri terasa di telapak tangannya.
"Stay here, bang. Sekali engga tetap engga." Velia menggeleng tegas.
Perseteruan Jefri dan Zendi tempo hari membuat Velia harus tutup mata. Selain bertengkar, tak jarang dua lelaki itu terlibat perkelahian di sekolah hanya karena masalah sepele yang tentunya bersangkutan dengan cewek incaran mereka, Siera. Keduanya sama-sama keras kepala tidak mau kalah dan Velia benci hal itu.
"Sumpah lo mau liat gue hancur dek? Apa gue harus bertekuk lutut dulu supaya lo mau biarin gue keluar?"
Tidak ada kebohongan yang tersirat dari sepasang mata elang itu. Velia sampai tersentuh hatinya, kepalanya sejenak tertunduk lesu menatap lantai marmer kamar itu. Velia tidak tega dengan Jefri walau hobinya baperin anak orang. Jefri tidak pernah sebegitu terobsesinya dengan cewek.
"Oke, fine. Kalo emang itu kemauan abang." Velia kembali menatap Jefri dengan kedua tangan terangkat pasrah, lalu memberikan jalan untuk Jefri. "gue ijinin abang cabut, kecuali kalo lo jatuh sekali aja. Jangan harap."
"Makasih dek. Gue kuat kok, lo percaya gue kan?"
Musyrik keles percaya sama lu!
Velia tersenyum paksa setelah suara hatinya berkoar-koar. "Coba aja, kita liat."
Senyum tipis terbit di bibir pucat Jefri. Ia sempat mengerang lirih saat mencengkram kepalanya, tubuhnya beranjak perlahan dari kasur. Jefri berpegangan pada dinding, sebisa mungkin menegakkan tulang-tulang di kakinya sambil memijaki ubin demi ubin kamar itu sesekali memejamkan mata. Sayang, ketika sudah memegang handle pintu badannya justru ambruk ke lantai.
"Bang Jef!" Velia berlari menolong Jefri dan memapahnya bangun. "Apa gue bilang!"
"Gue kuat dek. Lepasin gue."
"Gimana lo bisa naik motor kalo keadaan lo kaya gini? Pikir dong bang yang ada lo bakal celaka."
"Jangan khawatirin gue, biarin gue pergi. Demi cinta gue bakal lakuin apapun, meski nyawa taruhannya."
Velia menatap Jefri lekat-lekat. "Lo yakin bang, kak Siera juga sayang sama lo?"
"Seluruh dunia juga tau dek, dia care sama gue, lo liat sendiri kan gimana sikapnya selama ini? Baru kali ini gue bertemu cewek yang bikin gue gak bisa berpaling darinya." Jefri menghela napas panjang.
"Dengerin dek, siapapun pasti akan menghalalkan segala cara untuk memperjuangkan orang yang dia sayang, termasuk lo nantinya, saat lo ngerasain jatuh cinta. Manis-pahitnya berjuang itu bakal terasa ketika lo mengenangnya bersama orang itu." kata Jefri sok bijak.
"Alah tai lo bang, masih sakit juga ngoceh mulu." Velia mendengus kesal. Ia saja belum kepikiran soal cinta-cintaan. Bagaimana bisa tahu manis-pahitnya rasa berjuang? Lagian, bukan 'kah perempuan itu yang seharusnya diperjuangkan? Kenapa Jefri malah menyuruhnya? Ew, sok idih memang.
Tapi, kasih sayang persaudaraan antara adik kepada kakaknya seperti Velia kepada Jefri tentunya lebih besar melebihi apapun dari pada perasaan Jefri kepada Siera. Bagaimanapun juga Jefri adalah orang pertama yang selalu Velia cari disaat apapun kondisi suasana hatinya, entah senang atau galau. Jadi, Velia akan selalu membutuhkannya.
"Oke, kak Siera penting buat abang. Tapi abang lebih penting buat gue. Karena kondisi abang lagi gak memungkinkan, gue gak mau ambil resiko. Jadi kalo gitu biarin gue yang gantiin lo balapan sama si Kendil itu." kata Velia penuh penekanan.
"Apa! Enggak dek, jangan. Gue bilang jangan!" pekik Jefri panik.
"Abang tenang aja, gue gak bisa jamin menang tapi gue bakal berusaha."
Bola mata Jefri seperti ingin menggelinding keluar dari sangkarnya. Ini adalah ide paling gila, nekat, sekaligus mabuk sepanjang sejarah yang pernah dicetuskan oleh seorang Velia Raydentha.
Tapi baginya bukan masalah. Pertama, Velia bisa naik motor. Kedua, wajahnya dan Jefri mirip. Hanya saja, mungkin sedikit diselubungi rasa takut. Tapi Velia lebih takut lagi jika Jefri celaka. Berulang kali Velia meyakinkan Jefri yang khawatir padanya bahwa ia sudah membulatkan tekad untuk melakukan ini.

Comentário do Livro (220)

  • avatar
    mulyaniNenk

    aku suka ceritanya thor......lanjut baca nich...💪💪

    02/05/2022

      0
  • avatar
    Claudiya

    eyakkkk bagusss bangettt, ga kebayang sampe klk velia sama zendi nikah kirain velia sama rifai yang nikah. tp gaapa bagus bangett crtanya plot twist nya gaada seng tak sangka", kak fai dah ada gebtannya nihh yeee. semangat buat cerita yang lainnya ya kak ❤️

    06/01/2022

      2
  • avatar
    Yesi

    KAK MASIH ADA LANJUTAN NYA LAGI GA?😭😭😭😭 PENASARAN BANGET JADI KE INGET" PLISS,SEMOGA KAKAK BACA KOMENTAR AKU YAYAYA😭 MOGA HAPPY END JGA WKWKW😁😍🥰

    05/01/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes