logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Patung Jodoh Kesayangan

Bab 23 Patung Jodoh Kesayangan
Setelah mengantarkan Fahima, Jordan langsung kembali ke hotel tempatnya menginap selama mengawasi proyek di kota Serang. Pria tampan dan tinggi itu tersenyum memasuki kamar khusus yang hanya digunakan oleh Michael.
“Apa kamu sudah tidur?” Jordan langsung masuk ke kamar Michael karena di tahu kode kunci pintu.
“Kenapa kamu sangat lama?” Michael menatap Jordan. Pria tanpa baju itu duduk di sofa dengan elegan ditemani segelas angaur merah.
“Aku sedang mendekati seorang wanita yang special dan ini untuk pertama kalinya aku bertemu dengan gadis cantik, ceria dan baik.” Jordan menghempaskan tubuhnya di sofa depan Michael.
“Pertama kali? Bukannya kamu sudah bertemu puluhan wanita dan gadis sejak sekolah?” Michael tersenyum sinis.
“Hey, El. Ini berbeda. Usiaku sudah dewasa dan aku ingin menjalin hubungan serius hingga jenjang pernikahan. Selama ini aku terus berpetualang untuk menemukan wanita yang istrimewa dan berbeda. Kamu tahu, gadis polos yang lembut seperti mama.” Jordan tersenyum lebar.
“Hah, senyuman dan tawanya sangat mempesona.” Jordan merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata dengan senyuman tampan.
“Kapan kamu akan kembali ke Jakarta?” tanya Michael.
“Dua bulan lagi,” jawab Jordan.
“Apa kamu gila? Kamu bisa pulang pergi Jakarta-Serang setiap hari. Kenapa harus berlama-lama di sini?” Michael menatap tajam pada Jordan.
“Hey Bos. Kamu tahu kan, selama ini aku selalu melakukan perjalanan bisnis dan jarang pulang ke rumah.” Jordan mengedipkan matanya.
“Aku sangat lelah.” Jordan membuka jas dan meletakkan di atas tanga sofa.
“Apa yang membuat kamu datang ke Serang?” tanya Jordan memperhatikan Michael.
“Bukankah kamu baru kembali dari Bangka?” Jordan beranjak dari sofa dan berjalan menuju lemari pendingin, mengambil sebotol air mineral dan meneguknya hingga habis.
“Kamu terlihat sangat haus.” Michael mengalihkan topic pembicaraan.
“Selama bersama wanita itu, aku bahkan lupa untuk minum. Melihat wajah dan senyumannya membuat dunia terasa sejuk.” Jordan tersenyum.
“Itu hanya terpesona sesaat.” Michael meneguk anggur merah yang ada di dalam gelas kaca hingga habis.
“Kenapa kamu minum itu? Tidak biasanya. Apa kamu sedang gelisah?” Jordan menaikkan alisnya.
“Tidak. Aku hanya merasa sedikit lelah.” Michael beranjak dari sofa dan masuk ke kamar mandi.
“Aneh.” Jordan membuka kemeja dan melihat patung jodoh yang berdiri di atas meja samping tempa tidur ukuran raksasa itu.
“Bukankah ini pasangan patung kayu milik Fahima?” Jordan mengambil patung dan memperhatikannya.
“Bagaimana bisa? Apa El mendapatkan di Bangka tanpa sengaja? Pria ini tidak akan peduli dengan hal-hal seperti ini. Apa patung ini memang hiasan di dalam kamar dari pihak hotel?” Jordan terlihat berpikir keras.
“Apa kamu akan tidur di sini?” tanya Michael yang baru keluar dari kamar mandi dengan wajah basah. Pria itu telah membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.
“Aku tidak mau melihat tubuh telanjang kamu.” Jordan memasukan patung kayu ke dalam saku celana.
“Aku memakasi selimut,” ucap Michael yang telah membuka celana panjangnya dan meninggalkan boxer hitam yang sangat kontras dengan kulit putih bersih pria itu.
“Hey, bisakah kamu bertelanjang setelah aku pergi?” Jordan mengambil jas dan berjalan keluar dari kamar Michael.
“Aku masih mengenakan boxer.” Michael mematikan lampu dan naik ke tempat tidur. Kegelisahan yang dialaminya hilang begitu saja karena telah bertemu dengan Fahima dan dia tidak mengalami kesialan. Terlelap dengan mudah dalam damai dan mimpi indah.
Jordan masuk ke kamarnya yang ada di sebelah ruangan Michael. Pria itu melempar jas ke sofa dan menghempaskan tubuh di atas kasur empuk. Dia membuka kancing kemeja dan mengeluarkan patung jodoh yang diambil dari kamar saudaranya.
“Apa benar patung ini berpasangan dengan Fahima? Apa mereka berjodoh?” Jordan menatap patung kayu di tangannya.
“Ramalan itu. Apa aku dan El benar-benar jatuh cinta pada satu wanita. Apa kami akan memperebutkan wanita yang sama?” Jordan memejamkan matanya mengingat ramalan ketika mereka berada di desa pecinaan.
“Tidak, El. Aku tidak ingin mengalah dalam urusan cinta.” Jordan mengepalkan tangannya.
“Pasti mereka berdua belum bertemu. Ketika Michael di Bangka, Fahima sudah berada di Serang.” Jordan duduk dengan cepat. Dia menarik sepatu patung dan melihat benang merah.
“Benang jodoh.” Jordan menyentuh benang hingga jarinya terluka.
“Darah ini akan mempertemukan dan menyatukan pasangan.” Jordan tersenyum memperhatikan darah yang terserap oleh benang.
“Pria benar-benar bisa jatuh cinta dalam hitungan detik dan pada pandangan pertama.” Jordan meletakkan patung kayu di atas meja
“Aku tahu dia berbeda dari wanita pada umumnya.” Jordan membuka kemeja dan melempar ke lantai.
“Menebarkan pesona tanpa sadar membuat orang langsung menyukainya hingga jatuh cinta.” Jordan merebahkan tubuh di atas kasur dan memperhatikan jari yang terluka karena benang jodoh.
“Aku ingin bertemu kamu lagi dan lagi.” Jordan tersenyum dan memejamkan matanya.
Malam berlalu bergitu saja hingga pagi menyapa dengan cepatnya. Dua pria tampan bangun lebih awal karena terbiasa disiplin. Michael telah membersihkan diri dan berpakain dengan rapi. Dia bersiap untuk menikmati sarapan di lantai bawah kamar. Mata tajam itu melihat meja yang telah kosong.
“Di mana patung itu?” Michael membongkar semua laci yang ada di kamar. Dia menghamburkan tempat tidur dan memeriksa kembali pakaian kotonya yang ada di kamar mandi.
“Dimana?!” teriak Michael mengacak rambutnya yang sudah rapi.
“Tidak. Aku tidak boleh kehilangan patung itu. Aku tidak mau mengalami kesialan lagi.” Mata tajam Michael memperhatikan sekeliling. Kamar sudah sangat berantakan seperti kapal pecah. Hancur dengan semua barang berserakan tak tentu arah.
“Jordan.” Michael memutar tubuh dan pria yang disebutkan sudah berdiri di depan pintu.
“Apa yang kamu lakukan?” Jordan terkejut melihat kamar yang sudah seperti terkena gempa. Michael adalah pria yang sempurna. Menyukai kebersihan dan kerapian, tetapi apa yang terjadi pada ruangan itu berbeda.
“Apa kamu mengambil barangku?” Michael mencengkram kerah kemeja Jordan.
“Hey.” Jordan terkejut. Pria di depannya terlihat panic dan kehilangan aura tenang yang biasa ditampilkan dengan sempurna.
“Kembalikan!” bentak Michael.
“Eh, wait.” Jordan berusaha membuka tangan Michael yang memegang kuat kerah kemejanya.
“Apa ada ini? Aku tidak mengerti.” Jordan mulai khawatir melihat mata merah Michael. Dia paham jelas dengan sikap pemarah saudaranya ketika kehilangan barang kesayangan.
“Tidak ada orang lain yang masuk ke kamarku selain kamu.” Michael mendorong tubuh Jordan dengan kasar.
“Ya, apa kamu kehilangan sesuatu yang berharga?” tanya Jordan merapikan kemejanya.
“Patung kayu yang ada di atas meja,” jawab Michael dengan menatap tajam pada Jordan.
“Apa?” Jordan terkejut. Dia tidak menyangka jika pria itu akan menyadari kehilangan benda yang terlihat kuno dan tidak menarik perhatian sama sekali.
“Kembalikan!” teriak Michael dengan mengepalkan tangannya.
“El, tenanglah. Aku pikir kamu tidak akan peduli dengan patung kuno itu,” ucap Jordan memperhatikan Michael, dia cukup khawatir, jika pria itu kehilangan kendali dan memukulnya dengan kemampuan bela diri yang mengerikan dari dalam tubuh saudaranya.
“Dimana?” tanya Michael yang kembali mencengkram kerah kemerja Jordan.
“Ada di saku celanaku.” Jordan mengangkat tangannya, menyerah dan tidak berani bergerak. Kemampuan bertarung Michael sangat mengerikan. Pria itu tidak akan peduli siapa yang menjadi lawannya dan harus terkapar tidak berdaya.
“Aku tidak tahu bahwa kamu bisa menjadi pencuri.” Michael mengambil patung kayu dari saku celana Jordan.
“Apa? El, aku berpikir kamu tidak akan tertarik dengan benda seperti itu,” tegas Jordan kesal disebut sebagai pencuri.
“Tertarik atau tidak ini adalah milikku yang tidak boleh diambil oleh siapa pun.” Michael keluar dari kamar yang berantakan dan berjalan memasuki lift. Dia sudah terlambat untuk sarapan.
“Aku tahu, tetapi kenapa kamu peduli dengan patung itu? Apa kamu tahu makna dari benda itu?” Jordan menatap pintu yang tertutup. Dia tahu salah, tetapi tidak menyangka akan terjadi hal yang tidak terduga. Reaksi Michael yang berlebihan menandakan pria itu sangat takut kehilangan patung jodoh.
“Apa kamu sudah tahu pemilik pasangan patung jodoh itu? Wanita yang telah membuatku bergetar dan bergejolak di dalam hati.” Jordan berjalan keluar dari kamar dan menyusul Michael. Dia tidak mau bertengkar dengan saudaranya karena urusan patung, itu tidak pantas. Mereka adalah adik beradik yang selalu mendukung.

Comentário do Livro (125)

  • avatar
    Aniie Purwanty

    kapan lanjutannya ya ka? udh nungguin lama ini 🥺🥺

    02/04/2022

      0
  • avatar
    AmzarAdam

    good

    11d

      0
  • avatar
    Oeng Skymo

    Seru bangat

    11d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes