logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab. 14. Hanya Waktu

Sampai-sampai gak sadar kalau dosennya udah keluar ruangan. Sahabatnya pun pada ingin mendekat kecuali Si Queen. Dia tidak banyak bicara karena memang setelah kejadian itu hubungan mereka tidak lagi baik. Namun tiba-tiba saja. 
"Key." Riko memegang pundaknya. Keyla terkejut.
"Riko apaan sih?" Dengan sinis Keyla memandanginya.
"Key temenin gue makan yuk."
"Emang elo siapa? Sekarang kita bukan lagi temen ataupun pacar kan!"
"Sttt....!" Riko langsung menempelkan jari telunjuknya di bibir merah Keyla.
"Riko!" Keyla tiba-tiba membentaknya. Sehingga membuat para mahasiswa yang masih berada di dalam kelas menatap mereka. "Jangan pernah sentuh gue!" Lanjutnya lagi, Keyla tidak begitu perduli. Diapun beranjak dari tempat duduknya. 
"Key pliss gue kangen bisa berduaan sama lo lagi." Riko menarik pergelangan tangannya. Dan lagi-lagi Keyla menepisnya.
"Rik, Keyla kan udah bilang dia gak mau lo sentuh jadi ngerti dong!" Ratna ikut berbicara, Rikopun melepaskan genggaman tangannya itu. Serta mendesah dengan nada kesal, Keyla sudah pergi dari hadapannya. Di kejauhan Queen tampak menatapnya, perlahan berjalan mendekati Riko.
"Rik." Sapanya pelan sambil menyunggingkan senyum termanisnya. "Kenapa sih Lo masih aja ngarep Keyla yang udah jelas-jelas banget gak mau lo deketin."
Riko diam hanya saja, kemudian ikut pergi dari kelas. Queen pun bersunggut.
Di halaman kampus.
Tiba-tiba Keyla merasakan kepalanya sangat pusing. Melihat hal itu kedua sahabatnya menjadi khawatir.
"Key lo kenapa?" Tanya Ratna datar, karena di lihatnya wajah Keyla pucat.
"Duh kepala gue pusing gaes."
"Oh ya udah kalau gitu kita ke UKK sekarang."
Keyla tak menjawab kepalanya semakin terasa sakit dan perutnya sangat mual. Dia ingin sekali muntah. Dan apa yang terjadi setelah itu? Keyla pun tumbang.
"Key." Panggil kedua sahabatnya khawatir, Riko yang kebetulan lewat langsung berlari mendekati mereka, tentu saja Riko yang akan mengangkat tubuhnya itu. Ketika sampai di UKK atau bisa di bilang Unit Kesehatan Kampus. Riko pun membaringkannya dan di situ ternyata sudah ada perawat yang bertugas menangani setiap mahasiswa atau mahasiswi yang sakit. Karena Kampus itu bisa di katagorikan sebagai kampus Elit, segala fasilitasnya lengkap.
Tak sampai satu menit Keyla sudah siuman. Dia terkejut ketika melihat Riko beserta kedua sahabatnya sudah berdiri di sisi ranjang yang dia tiduri.
"Key Lo udah sadar?" Tanya Andini saat itu sambil duduk di tepi ranjang.
"Udah kok."
"Lo lupa sarapan ya?" Tanya Ratna kemudian. Keyla cuma mengangguk.
"Eemm, gue beliin sarapan dulu ya buat lo." Buru-buru Riko nyambung.
"Gak usah Rik."
"Pliss jangan nolak!"
Kedua sahabatnya saling berpandangan. Dan Keyla hanya terdiam, "Oke... Gue pergi dulu. Eh iya Lo mau makan apa?" Tanya Riko lagi.
"Gue kan udah bilang Gue gak mau. Kenapa sih lo masih aja maksa."
Mendengar jawaban itu Riko hanya tersenyum. "Oke Lo tunggu aja di sini, Gue tau kok apa sarapan yang biasa lo makan." Riko pun berlalu dari hadapan mereka.
"Riko itu bener-bener cowok yang gak tau malu ya." Ratna mulai membicarakannya.
"Udah lah Rat Gue males bahas tentang Riko!"
 Ya Lo sabar aja, lagian cowok kan bukan cuma Riko aja."
"Yaa... Yaa...." Keyla mengiyakan saja. Dia tidak ingin memperpanjang masalah. Semuanya udah dia ceritain jadi tentu saja tidak ada rahasia lagi tentang Riko. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya yang paling terdalam saat ini masih ada Riko. Ya... itu di karekan susahnya move on dari si ganteng Riko. Pacaran udah lebih dari empat tahun eh tiba-tiba kandas gitu aja sakit banget kan?
Suasana siang itu bisa di bilang panas banget matahari juga terasa terik, Angin pun hanya berhembus sekedarnya. Hari ini sepertinya Caffe Riyan tutup, tak ada tanda-tanda kehidupan di situ. Oh tentu saja, mungkin karena Riyan tengah sakit selepas di pukuli oleh Riko tadi malam. Andriek yang kebetulan akan bekerja jadi mengurungkan niatnya.
Riyan pun tak memberitahu padanya. Akhirnya dia duduk sendirian di teras caffe sambil memperhatikan keadaan walaupun sebenarnya kedua matanya tak melihat.
Merenung.... Bermimpi.... Mengenang mungkin, itulah yang dia rasakan sekarang. Setelah Kepergian Riana hidupnya menjadi sedikit tidak bersemangat. Terdiam serta mencoba untuk mengulang kembali masa lalu. Hal Itu, hanya akan menambah beban di harinya saja. Tiba-tiba sesosok perempuan cantik datang menghampirinya.
"Ahem."
Sapanya penuh kelembutan, mungkin keramahan itu bisa di katakan sangat tidak sesuai dengan penampilannya yang percis sekali dengan cogan atau cowok ganteng. Aneh kan? Tapi sayangnya dia itu berjenis kelamin perempuan.
"Eehem." Andriek menjawab dengan keterkejutannya.
"Lo ngapain di sini?" Aliya bertanya sambil tersenyum kearah lelaki bertubuh Atletis itu serta mempunyai sepasang mata yang bersinar.
"Tadinya sih mau kerja, tapi ternyata caffenya Riyan gak buka."
"Oh gitu."
Andriek mengangguk saja. 
"Eh atau gimana kalau gue temenin lo, ngamen di taman kota? Siang-siang begini ramai loh pengunjungnya."
"Apa itu gak merepotkan kamu?"
"Haha.... kan gue yang ngajak, jadi gak ada alesan dong kalau gue ngerasa repot." Jawab Aliya lagi sambil tangan kanannya merangkul pundak Andriek. Andriek menjadi sedikit merinding.
"Iya mau sih, boleh banget tu tapi.... Maaf ya gak pakai acara, merangkul kayak gini juga kali, gak enak kalau sampai kelihatan orang." Andriek menolak secara halus dan berusaha menyingkirkan tangan Aliya dari pundaknya. Mereka saling mengenal waktu Andriek di keroyok para preman itu, tak sengaja pertemuan itu menghadirkan rasa simpatik Aliya padanya. 
Karena Andriek sebisa mungkin menjaga hal seperti ini, dia juga buka tipe cowok yang asal-asalan. Pegang sana pegang sini, itu bukan sifat Andriek.
"Oh sorry soalnya gue itu orangnya emang kayak begitu." Wajah Aliya langsung berubah merah karena malu.
"Oke gak papa, kita bisa pergi sekarang kan?"
"Iya yuk naik keatas motor gue." Ajak Aliya setelah itu Andriek mengikutinya saja.
Mereka sudah sampai di taman. 
Walaupun udara cukup panas akan tetapi taman ini bisa memberikan semua orang yang berada di situ merasa sejuk. Di setiap kiri ruas jalannya ada pohon rindang yang berdiri kokoh. Andriek dan Aliya sudah melancarkan aksinya dia mulai dengan petikan pertama.
TRENGGGGG......
🎵Kupikir kau sudah
Melupakan aku
Ternyata hatimu
Masih membara
Untukku
🎵Waktu 'kan berlalu
Tetapi tidak cintaku
Dia mau menunggu
Untukmu
Untukmu
🎵Aku milikmu malam ini
'Kan memelukmu sampai pagi
Tapi nanti bila kupergi
Tunggu aku di sini
🎵Waktu 'kan berlalu
Tetapi tidak cintaku
Dia mau menunggu
Untukmu
Untukmu
🎵Aku milikmu malam ini
'Kan memelukmu sampai pagi
Tapi nanti bila kupergi
Tunggu… aku di sini...
Suara Andriek terdengar sangat merdu dengan senyum yang lebar Aliya merekamnya di ponsel miliknya sendiri. Beberapa pengunjung memberikan tepuk tangannya dan sejumlah uang. 

Comentário do Livro (208)

  • avatar
    SantosoTeguh

    mantap

    01/08

      0
  • avatar
    GazaEL

    sangat bagus

    17/07

      0
  • avatar
    ADIT

    resep

    06/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes