logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab. 11. Ketakutan Keyla

Malam harinya. Mereka sedang duduk di ruang makan, untuk memulai makan malam mereka. Sejenak suasana sepi namun mamah Nia langsung membuka pembicaraan.
"Ndriek bagaimana keadaan Riana apa udah ada sedikit perubahan?"
"Belum mah."
"Apa kata dokter?" Papah Rama ikut bertanya.
"Dokter bilang jika dalam kurun waktu tiga hari ini belum juga ada kemajuan, tim dokter akan melalukan operasi besar."
"Ouhh...." Mamah Nia mengelus dadanya sendiri. "Kita berdoa saja semoga Riana cepat sadar."
Andriek cuma mengangguk dan tersenyum.
Suasanapun sunyi kembali.
"Ummm...." Tiba-tiba saja Keyla menutup mulutnya, seperti akan memuntahkan makanannya. "Uwee....!" Semakin ingin sekali muntah, buru-buru dia berlari ke toilet. Semua orang yang berada di meja makan pun terkejut dengan ekspresi wajah yang heran serta saling berpandangan. Mendengar hal itu, dengan sigap Andriek beranjak dari tempat duduknya tapi Mamah Nia menghentikannya.
"Udah Ndriek kamu duduk aja biar Mamah yang ngeliat Keyla."
Andriek langsung duduk kembali.
Sesampainya di toilet.
Keyla muntah-muntah akan tetapi tak satupun ada makanan yang keluar.
"Sayang, Kamu kenapa?" Tanya Mamah Nia sedikit panik, karena di lihatnya wajah puteri tunggalnya itu berkeringat. Keyla masih belum bisa menjawab, dia masih muntah-muntah, spontan saja Mamah Nia memijit tengkuknya. Setelah keadaan reda, dia bertanya lagi. "Key, Kamu sakit atau ka... Kamu hamil?"
"Mam.... Apaan sih, Keyla mungkin cuma masuk angin aja, Soalnya dari tadi pagi Keyla gak makan."
"Yah... Kali aja beneran hamil."
"Ya, mana mungkinlah Keyla hamil."
"Maksud kamu?"
"Eem... maksudnya..." Keyla menghentikan pembicaraannya sejenak.
"Gak mungkin gimana kamu kan sekarang sudah bersuami itu wajar-wajar aja kan?"
"Iya... iya mam." Keyla mengiyakan saja, itu karena dia tidak ingin berdebat terlalu panjang.
Mamah Nia tersenyum. "Ya... Udah biar mastiin kebenarannya besok kita ke klinik ya."
"Aduh... Mam lebay banget sih. Keyla baik-baik aja kok, lagian besok jadwal kuliah Key padat banget."
"Gak ada alesan besok kita harus periksa ke dokter!"
"Mam."
"Key, ini demi kesehatan kamu udah gak usah dibahas lagi, sekarang kamu harus lanjutin makan kamu, Kamu isi perut kamu biar gak kosong."
"Tapi mam. Key  lagi kehilangan selera makan, key cuma mau istirahat, kepala Key pusing banget." Keyla kemudian melangkah meninggalkan toilet. Dan Mamah Nia lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya, serta pergi meninggalkan toilet juga.
"Mah, Keyla kenapa?" Tanya papah Rama setelah melihat isterinya kembali.
Mamah Nia tersenyum.
"Biasa pah."
"Biasa apanya, Key sakit atau....?"
"Kayaknya Key anak kita hamil!"
"Uhuk... Ukhuk..." Andriek yang kebetulan sedang menguyah makanan langsung tersedak.
"Andriek." Buru-buru Mamah Nia mengambilkannya segelas air minum. "Kamu gak apa-apakan ndriek?" Tanyanya lagi.
"Iya mah Gak apa-apa mah."
"Kamu terkejut?"
Andriek tersenyum kecil.'Bagaimana mungkin dia bisa hamil, jelas-jelas kita gak pernah ngapa-ngapain, ini lucu.' batinnya dalam hati.
Sementara di dalam kamar,
keyla terus saja merutuki dirinya.
"Ya Tuhan musibah apa lagi ini, jika benar gue hamil apa yang musti gue lakuin...?" Keyla berjalan mondar-mandir di kamarnya, perasaannya menjadi sangat gelisah dan gusar. Dia jadi teringat atas kejadian malam itu di caffenya Riyan. Bagaimana mungkin dia bisa tetap tenang dan tidak merasa gugup. Toh Andriek pasti tidak akan bisa ia bohongi, apalagi setelah menikah sampai kini Andriekpun tak pernah menyentuhnya sama sekali. Pernah saja sih itupun hanya sekedar berciuman jadi bagaimana mungkin dia bisa mengandung segumpal darah ataupun janin dari Andriek.
Keyla menggigit bibirnya berkali-kali dia mencoba untuk mengatur nafas sendiri agar gelisahnya ini lebih mudah dia kendalikan akan tetapi bayangan Riyan terus saja menghantuinya.
Ckleekk...
Pintu kamar terbuka.
Dan Andriek sudah muncul dari balik pintu, Keyla terkejut.
"Ekheemm!" Andriek berdehem. Serta menanyai dia akan hal yang telah terlewat tadi. "Sepertinya kamu terlihat gelisah, kenapa?
Keyla memandanginya saja. 'bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau gue sedang gelisah, ngeliat aja gak?'
"Siapa juga yang gelisah!" Keyla berpura-pura untuk tenang dan seolah-olah sedang tidak memikirkan apa-apa. Tapi mungkin Andriek bisa merasakan hal lain, yang berkemungkinan terjadi. Andriek hanya menampakan senyumnya sedikit saja. Lalu berbicara,"Bagaimana mungkin seorang Keyla bisa hamil dengan seorang lelaki sepertiku, yidur bersama juga gak pernah ini lucu." Andriek berkata setengah mengejek. "Jadi akui sajalah bahwa kamu telah berselingkuh dari suamimu ini."
Keyla terbungkam mendengar perkataan itu, Dia memandangi Andriek, lalu berjalan dengan langkah yang gemetar. Dia mendekati Andriek.
"Apa maksud lo?"
"Gak ada maksud apa-apa sih, Aku cuma sedang berpikir kalau ternyata harga diri seorang Keyla itu sangat murah sekali."
Keyla terkejut dan tidak bisa menyembunyikan amarahnya lagi. "Hey Lo pikir gue cewek apaan, jelas-jelas gue gak pernah jual diri, lo kalau ngomong dijaga dong!" Nadanya tinggi sambil menunjuk kearah lelaki di hadapannya, dan sepertinya Andriek masih menganggapnya lelucon belaka, kali ini Dia tersenyum lebih lebar.
"Kalau benar kamu gak jual diri atau murahan kenapa kamu mudah sekali di jamah oleh lelaki lain yang jelas sekali bukan suami kamu, hah key, Apakah Aku harus diam saja?"Andriek berekspresi datar sambil memainkan alis kirinya. "Dan.... Menyembunyikan segala hal kotor ini, jadi apakah ini bisa di katakan bahwa harga diriku sebagai suami sangat rendah, sekarang jujur saja siapa yang sudah menghamili kamu, Riko ataukah lelaki yang memiliki caffe itu?"
Keyla terdiam tak menjawab bibirnya seakan-akan menjadi sangat kelu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. 'Caffe? Apakah dia kenal sama Riyan atau jangan-jangan Riyan udah ceritain semuanya oh ini semakin gila!' Batin Keyla.
"Jawab saja pertanyaanku." Andriek berkata lagi. "Baiklah jika kamu tidak ingin mengatakannya padaku, tapi Aku berharap kamu tidak akan pernah menyesal karena sudah membohongiku sejauh ini."Andriek langsung melangkahkan kakinya untuk keluar kamar.
"Ndriek!" Keyla buru-buru menarik tangannya. Akan tetapi tiba-tiba saja ponsel Andriek berdering. Lelaki itu pun kemudian merogoh kantung celananya, serta mengambil ponselnya.
"Halo."
"Ndriek vepatlah kemari Riana sudah sadar?" Suara pak Rino gemetaran antara bahagia dan takut akan sesuatu. "Baiklah yah Andriek akan segera kesana."
Sejenak Keyla memandanginya, tapi Andriek segera menyingkirkan tangan itu dan pergi meninggalkan Keyla yang tengah terpaku dengan keadaan gelisahnya.
'Hufff haruskah gue jujur? Tapi.... Mana mungkin.' Keyla mencoba menenangkan diri.
Sementara Andriek terburu-buru turun, melewati setiap anak tangga dari kamar milik Keyla. Mamah Nia dan papah Rama yang kebetulan saat malam itu belum tertidur, terheran melihat langkah Andriek berjalan sangat cepat.
"Ndriek kenapa, Kok buru-buru banget?"
"Eh... Pah, iya soalnya Ayah baru aja nelpon kalau Riana sudah sadar."
"Ouh, Syukurlah, kalau begitu Papah sama Mamah ikut juga dong."
Andriek pun menyimpulkan senyum dan mengangguk.

Comentário do Livro (208)

  • avatar
    SantosoTeguh

    mantap

    01/08

      0
  • avatar
    GazaEL

    sangat bagus

    17/07

      0
  • avatar
    ADIT

    resep

    06/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes