logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Sad Wedding Bagian 2

2 Bulan berlalu setelah kejadian itu, Vina dan Radit akhirnya melangsungkan pernikahan mereka. Vina sangat bahagia karena akhirnya dia bisa menjadi pendamping Radit di pelaminan dan menjadi teman hidupnya, namun berbeda dengan Radit yang menerima semua ini dengan keterpaksaan.
Vina masih berada di ruang make up ditemani oleh Mamanya. Dia masih sedikit gugup karena tak sampai dalam hitungan jam statusnya akan berubah menjadi seorang istri.
"Mama tau kamu gugup kan sayang?" Ucap Mamanya ketika melihat raut wajah Vina. Vina hanya menjawab dengan anggukan sambil tersenyum, dan itu membuatnya semakin terlihat anggun.
Hari ini Vina mengenakan gaun pengantin panjang berwarna putih dengan sedikit polesan make up karena Vina tidak terlalu suka dengan yang namanya ber-make up terlalu menor karena itu dapat menghilangkan kecantikan alami yang ada pada wajah seseorang.
"Kamu sama seperti Mama dulu sayang. Mama sewaktu mau menikah dengan Papa kamu, Mama juga gugup gak karuan tapi setelah Mama resmi menjadi istri Papa kamu, Mama senangnya gak karuan loh sayang," Ucap Mamanya sambil menceritakan pengalamannya dulu.
"Ma, sewaktu Mama dan Papa resmi dinyatakan suami istri, Mama cium telapak tangan Papa ya? Terus Papa cium kening Mama?" tanya Vina.
"Iya sayang. Itu termasuk hal yang dilakukan ketika sudah resmi." jawab Mamanya. Vina senang karena sebentar lagi dia bisa mencium telapak tangan lelaki yang dicintainya dan tentunya dia juga akan dicium oleh lelaki itu.
"Ma, Mama kan juga dijodohkan. Bagaimana cara Mama dan Papa menjalankan kehidupan rumah tangga kalian?" Tanya Vina, karena yah kasusnya sama seperti kasus kedua orang tuanya sebagai korban perjodohan. Hanya saja bedanya, kedua orang tuanya tidak ada dasar dendam di dalamnya.
Di Zaman yang seperti ini saja perjodohan masih merajalela.
"Kami menjalani kehidupan layaknya suami dan istri. Mama melakukan tugas Mama sebagai seorang istri, dan begitu juga Papa yang melakukan tugas sebagai seorang suami. Di samping itu, kami juga bisa saling mengenal lebih dalam lagi karakter masing-masing. Seiring berjalannya waktu, cinta pun mulai tumbuh di antara kami. Memang benar kata orang-orang, cinta akan datang seiring berjalannya waktu dan juga faktor kesering jumpaannya." Ucap Mamanya memandang ke arah lain seolah-olah dia dapat melihat kejadian di masa lalunya.
"Apa Papa awalnya menerima keberadaan Mama?" Tanyanya.
"Yah kita harus saling bisa menerima keberadaan masing-masing. Jika tidak, bagaimana komunikasi akan terjalin? Adanya cinta juga didorong oleh faktor komunikasi di antara keduanya." Ucap Mamanya.
Komunikasi? Apa bisa nanti? Pikir Vina.
"Nona, Anda sudah ditunggu." Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan make up Vina.
"Oh yasudah. Terima kasih." Ucap Vina sembari tersenyum.
"Ayo sayang." Ajak Mamanya.
Vina pun berdiri dari bangkunya dan menggenggam tangan Mamanya. Baru kali ini dia mengalami kegugupan tingkat tinggi.
"Jangan terlihat sekali gugupnya, sayang." Ucap Mamanya sembari mencolek hidung Vina.
"Iya, Ma." Ucap Vina sembari menarik nafas untuk menghilangkan sedikit kegugupannya.
Kini Vina sudah tiba di ruangan yang akan dijadikan tempat akad nikahnya. Semua pandangan tertuju padanya tak terkecuali dengan Radit.
Radit tersenyum tepat ke arah Vina, dan itu semakin membuat ketingkatan gugup Vina semakin tinggi. Walaupun Vina tau senyuman itu hanyalah sandiwara belaka untuk menutupi kebenciannya.
"Sudah siap?" Tanya Papa Vina kepada Radit dan Vina.
"Sudah." Ucap Radit.
Tangan Papa Vina dan Radit pun kini sudah berjabatan. Kata demi kata pun diucapkan. Radit dengan lancar mengucapkan kalimat ijab qabul itu.
Seketika, terdengar seruan 'sah' dari mereka yang menyaksikan pernikahan ini. Dilanjutkan dengan membacaan do'a untuk kedua mempelai.
Selesai berdo'a, Vina mengamit tangan Radit lalu mencium punggung tangan itu dengan waktu yang sedikit lama, karena kejadian itu bakalan diabadikan dalam bentuk foto. Begitu juga dengan Radit yang mencium kening Vina.
Sebelum menjauhkan wajahnya, Radit membisikkan sesuatu tepat di telinga Vina, sehingga posisi mereka saat ini sangat dekat.
"Jangan senang dulu. Kau berpikir aku akan menerima semua ini dengan ikhlas? Tidak, Vin. Kau akan terima akibatnya nanti, sayang." Ancam Radit. Terlihat jelas senyuman mengancam Radit itu.
Cup. Radit mencium Vina lagi namun kini di bagian pipinya.
Para saksi yang menghadiri acara akad nikah itu pun kini berpindah tempat di pinggiran pantai yang letaknya masih di sekitaran hotel tempat mereka melangsungkan acara akad nikah tadi.
Kedua orang tua mereka sepakat menjadikan tempat acara resepsi mereka tepat di pinggiran pantai ini.
"Sebelum kalian ke sana, kalian berganti baju terlebih dahulu." Ucap Mama Radit sembari mengarahkan Radit dan Vina kembali ke dalam hotel, tepatnya ke ruangan yang sudah difungsikan sebagai ruangan make up dan ganti baju bagi pengantin.
"Sandiwara yang memuakkan!" Ucap Radit sembari membuka satu per satu kancing kemejanya. Vina yang mendengarnya hanya diam. Lagian apa yang mau dikatakannya? Kenyataan memang seperti itu, senyuman dan ciuman tadi itu hanya sandiwara Radit saja.
Saat Radit akan melepas bajunya, Mamanya kembali masuk menghampiri mereka.
"Radit ganti pakaiannya ke sana yah. Vina dibantu sama beberapa mbak ini. Nanti kalau Radit sudah selesai memakai pakaiannya, kemari langsung ya biar didandani mukanya." Ucap Mama Radit.
"Iya, Mom." Ucap Radit sembari berjalan ke tempat yang ditunjuk Mamanya tadi.
Gaun yang akan dikenakan Vina saat ini lumayan ribet, namun kesan mewah sangat terlihat ketika dia memakainya. Kecantikan dan keanggunan yang dimiliknya menjadi nilai plus baginya.
Setelah mereka selesai, mereka pun diiringi ke lokasi resepsi pernikahan mereka. Vina menggandeng tangan Radit dan memberikan senyuman kepada para tamu undangan datang.
Di depan mereka, ada 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki yang ikut mengiringi mereka hingga ke atas pelaminan. Anak-anak itu menaburkan bunga di setiap jalan yang mereka lewati.
Kini Vina dan Radit sudah duduk di atas pelaminan. Sudah banyak tamu yang ikut merayakan acara mereka.
Dari arah pantai, terlihat Mama Radit berjalan sepertinya hendak menuju ke arah Vina dan Radit.
"Tidak salah kami menjodohkan kalian. Kalian pasangan yang sangat serasi." Ucap Mama Radit sembari tersenyum bangga kepada keduanya.
Selama acara berlangsung banyak sekali mereka mendengar bisikan bahkan ucapan langsung yang dituturkan oleh tamu yang melihat mereka.
"Mereka sangat serasi." Entah sudah keberapa kalinya mereka mendengar kalimat yang dikeluarkan tamu seperti ini pada mereka.
Vina dan Radit hanya bisa tersenyum sembari mengucapkan terima kasih kepada tamu itu.
Tak berapa lama, ponsel Radit berbunyi. Radit melihat ponselnya sebentar lalu segera bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan sedikit menjauh dari pelaminan.
Sesekali Vina melihat Radit yang asik teleponan dengan orang yang Vina tidak tau siapa. Vina melihat Radit tersenyum bahkan tertawa pada orang yang ada di telepon Radit itu. Vina senang dapat melihat senyum dan tawa Radit tapi akan lebih senang jika senyum dan tawa yang Radit miliki ditunjukkan dengan hati yang damai kepada Vina.
Radit pun kembali ke tempat duduk setelah selesai bertelepon ria. Ingin rasanya Vina melihat senyuman dan tawa itu lagi.
Vina melakukan hal yang menurutnya akan membuat Radit tersenyum dan tertawa karena tingkahnya tapi apa lah yang didapatkan Vina? Vina hanya mendapatkan tatapan tajam saja dari Radit dan setelah itu Radit pergi meninggalkannya dengan alasan pergi ke toilet.
Walaupun begitu, Vina tidak akan menyerah. Selama pernikahan ini berlangsung dia akan membuat Radit merespon keberadaannya. Vina ingin menembus semua kesalahannya yang membuat Radit membencinya. Vina akan membuat Radit tidak menyesal telah menikahinya.



Seorang wanita dengan pakaian kekurangan bahan berjalan ke arah pesta pernikahan Vina dan Radit. Semua pasang mata yang ada di sana menatap wanita tersebut dengan berbagai tatapan. Ada yang menatapnya dengan tatapan memuja dan ada juga yang menatapnya dengan tatapan menjijikkan dan tajam. Wajar saja jika para tamu menatap wanita tersebut dengan tatapan tajam sekaligus menjijikkan, karena pakaian yang dikenakan wanita itu benar -benar kekurangan bahan.
Apa di zaman sekarang semakin kecil pakaian akan semakin murah?
Vina bahkan tidak mengenali wanita tersebut tidak tau dengan Radit, dia mengenal wanita itu atau tidak.
Tatapan yang diberikan Vina sama dengan tamu yang menatap wanita itu dengan tatapan tajam yang dia miliki, yah walaupun tidak setajam tatapan yang sering Radit berikan untuknya.
Apa mungkin menurut sebagian wanita ketika dia mengenakan pakaian minim semua orang mengatakan bahwa dia cantik? Wanita ini memang dia cantik, namun cantik itu tidak harus mengubar-ubar aurat segala.
Kesan pertama Vina terhadap wanita tersebut adalah wanita murahan. Yah, dia bahkan mau mengubar-ubar auratnya dengan gratis kepada orang yang tidak sepantasnya melihat itu.
Vina yakin, semua orang pasti akan mengatakan seperti itu terhadap wanita tersebut. Wanita itu menggunakan dress yang jauh di atas lutut, mungkin jika wanita itu menundukkan badannya bisa saja bagian dalam paling berharga tubuhnya dapat dilihat banyak orang. Belum lagi dengan belahan dada pada dress tersebut terlalu rendah sehingga belahan bahkan sebagian daging dadanya terlihat mengembul seperti hendak keluar dari sarangnya.
Tanpa Vina sadar wanita tersebut sudah sampai di depannya sembari menyunggingkan senyuman yang menurut Vina itu adalah senyuman yang dipaksakannya. Wanita itu dengan tanpa segannya dia mencium pipi kiri dan kanan Radit.
Dan yang membuat Vina lebih terkejut adalah kenapa Radit tidak melawan malahan dia membalas balik ciuman wanita tersebut tanpa memperdulikan tamu yang memperhatikan mereka.
"Apa mungkin mereka--?" Tanya Vina dalam hati yang tidak akan ia lanjutkan lagi kalimatnya itu. Dalam hati Vina berdo'a semoga dugaannya tidak benar.
"Devy." Ucap wanita itu memperkenalkan dirinya sembari menyulurkan tangannya hendak bersalaman dengan Vina.
"Vina." Ucap Vina seraya menyulurkan tangannya hendak membalas salam perkenalan Devy.
Namun, Devy langsung menarik tangannya dan menatap Vina dengan tatapan yang menandakan ketidaksukaannya terhadap Vina. Vina yang melihat itu diam saja, karena dia tidak mau merusak acara ini, terlebih lagi ini adalah acaranya.
"Jadi sayang, ini wanita yang dijodohin Orang tua kamu?" Tanya Devy dengan menunjuk Vina dan menatap Vina dengan tatapan menjijikkan. Radit hanya menganggukkan kepalanya saja menanggapi pertanyaan Devy.
"Hm, masih juga cantikan aku sayang. Apa bagusnya sih wanita ini? Mata Mom kamu lagi sakit ya makanya kamu dijodohin dengan Wanita yang gak ada apa apanya dibanding aku." Katanya masih dengan menatap Vina.
Vina yang mendengar itu langsung memandang mereka terutama memandang Radit untuk melihat apa reaksinya.
"Entah lah sayang. Aku juga heran mengapa Mom mau menikahkan ku dengan wanita ini. Yah kamu benar sayang, dia tidak ada apa-apanya." Ucap Radit.
Mendengar jawaban Radit, membuat Vina akhirnya membuka suaranya.
"Dengar yah, setidaknya aku tidak seperti kamu yang memamerkan kemolekan tubuh kamu di depan semua orang. Kamu pikir dengan itu orang-orang akan berlaku sopan padamu? Tidak. Dengan kamu seperti ini menunjukkan kalau kamu wanita murahan. Dengan pakaian ini juga orang-orang bisa saja melakukan hal yang senonoh terhadapmu. Mungkin harga paha ayam lebih mahal dibanding harga dirimu Nona. Sebaiknya berpakaian lah dengan bagus dan layak, jangan menggunakan pakaian yang kurang bahan seperti yang anda kenakan saat ini Nona cantik." Tegas Vina dengan nada dinginnya yang cukup menyakitkan ketika dia menekan kata-kata tertentu itu.
Hal ini membuat Radit terkejut dan langsung memandang tajam Vina. Vina tidak berani melawan tatapan tajam yang diberikan Radit padanya. Sedangkan Devy sendiri, dia terlihat sangat emosi dan kesal ketika Vina mengatakan hal itu padanya, dia hendak menampar Vina saat itu juga jika Radit tidak menahan tangannya.
"Sayang, lihat dia." Ucap Devy dengan manjanya kepada Radit, dan itu membuat Vina semakin ingin menamparnya dan menjauhkannya dari Radit.
"Iya sayang, tapi kamu jangan membuat keributan disini. Biar aku yang memberinya hukuman. Sekarang sebaiknya kamu pulang saja sebelum Mom melihat kamu." Ucap Radit dan Devy pun menganggukinya.
"Beneran ya sayang." ucap Devy dan Radit hanya menanggapinya dengan senyuman sembari mengelus pipi Devy, seolah tak memperdulikan beberapa tatapan para tamu ke arah mereka.
"Yaudah deh aku balik dulu ya sayang. Awas kau!" Pamit Devy dan kemudian berlalu dari hadapan keduanya tersebut.
Begitu Devy pergi Vina menghela nafasnya. Kenapa ada orang seperti itu? Ucap Vina dalam hati.
Radit menatap Vina dengan tajam dan saat itu juga Vina melihatnya. Dia pun langsung menundukkan wajahnya, tidak berani membalas tatapan tajam itu seperti masa-masa saat dia SMA dulu. Vina tau, setelah ini akan terjadi sesuatu padanya, entah itu apa Vina tidak tau yang jelas sesuatu yang akan terjadi itu berasal dari Radit.



Plakkkk....
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Vina. Acara mereka sudah selesai setengah jam yang lalu. Dan saat ini mereka sedang berada di kamar hotel berbintang lima yang sudah didekorasi menjadi kamar untuk pengantin. Sekarang tinggalah Vina dan Radit berdua saja di dalam kamar tersebut setelah beberapa menit yang lalu pelayan mengantarkan mereka.
Vina sangat terkejut mendapatkan tamparan dari Radit. Sakit. Itu lah yang dirasakan Vina terhadap pipi kirinya yang telah menjadi sasaran mulus tangan Radit. Tak lama Vina merasa wajahnya seperti dicengkram, siapa lagi pelakunya kalau bukan Radit. Radit mencengkram wajah Vina dan mengarahkannya agar berhadapan dengan wajah Radit.
"Jaga ucapan kau tadi, jalang! Tidak sepantasnya kau berbicara seperti itu ke wanitaku, mengerti kau! Yang seharusnya dikatakan murahan ya kau!" Ucap Radit dengan suara yang meninggi dan semakin memperkuat cengkramannya pada wajah Vina dan itu membuat Vina mengaduh kesakitan.
Vina tidak menjawab apa yang dikatakan Radit padanya. Hati Vina sangat sakit ketika Radit mengatakan dia dengan sebutan "jalang".
"Sekali lagi aku tau kau menghina Devy lagi. Aku akan kasih pelajaran yang lebih sakit dari tamparan ini, sayang." Ucap Radit dan menghempaskan tubuh Vina sehingga membuat Vina terdorong dan menabrak dinding yang ada di belakangnya. Vina mengaduh kesakitan ketika badannya menabrak dinding yang ada di belakangnya.
"Tidak seharusnya Devy berbicara denganmu seperti tadi. Gak sepantasnya dia menggoda lelaki yang sudah punya istri." Ucap Vina tapi masih dengan menundukkan wajahnya, dia tidak berani menatap langsung wajah Radit.
Mendengar kalimat yang dikeluarkan Vina membuat Radit menghentikan jalannya yang hendak keluar dari kamar ini dan berbalik badan menghampiri Vina yang masih berdiri dengan kepala menunduk.
"Kau pikir aku peduli, hah?! Ini hidupku! Karena kau yang sudah masuk dengan sendirinya ke kehidupanku, jadi kau sendiri yang harus beradaptasi dengan kehidupan kau sekarang. Dan ingat, aku tidak akan menceraikanmu." Ucap Radit dan membuat Vina menengadahkan kepalanya ketika Radit mengatakan bahwa Radit tidak akan menceraikannya.
Sejenak seulas senyuman terpancar di wajah Vina ketika Radit mengatakan itu. Tapi Vina salah besar, ada maksud tertentu Radit mengatakan itu.
"Yah aku memang tidak akan menceraikanmu, tapi aku akan buat kehidupanmu menderita karena sudah memilihku sebagai pendampingmu. Dan kau tentunya harus terima itu semua. Kau pikir perbuatanmu di waktu dulu dapat aku lupakan begitu aja? Sudah jelas tidak. Aku sakit hati dengan perbuatanmu, dan sekarang waktunya aku untuk membalas itu semua agar kau tau sendiri bagaimana sakitnya. Jadi tunggu saja tanggal mainnya, sayang." Ucap Radit.
Plakk.. Radit menampar pipi kanan Vina sehingga membuat Vina tersentak dan memegang pipi yang baru saja di tampar Radit. Sekarang lengkap sudah pipi kiri dan kanan Vina ditampar oleh Radit.
"Balasan pertama untukmu!" Ucapnya dan meninggalkan Vina dengan membanting pintu kamar hotel tersebut.
Tubuh Vina langsung meluruh jatuh ke lantai. Vina menangis. Beginikah malam pertama yang dilalui olehnya? Ditampar dan di tinggal begitu saja oleh pengantin lelaki nya.
Ini tidak seperti apa yang ada di cerita-cerita yang sering dibaca Vina. Belum ada Vina menemukan cerita yang sepertinya.
Bekas tamparan itu masih saja terasa sakit di kedua pipi Vina. Tapi bagaimana pun dia juga tidak bisa membalas Radit mengingat dia tidak berani ditambah dengan apa yang telah dia perbuat di masa lalu Radit. Vina hanya bisa menangis, dia tidak menginginkan apa-apa dari Tuhan, dia hanya ingin 1 yaitu mempunyai keluarga yang bahagia.
Vina akan menunggu saat dimana keinginannya akan terwujud, Vina yakin suatu saat nanti itu akan terwujud dan Vina akan menunggunya.
■■■■■■■■■

Comentário do Livro (63)

  • avatar
    Intan_iu

    sangat best cerita nya pliss tolong lanjut 😭♥

    28/03/2022

      0
  • avatar
    AndiniAndini

    baik bagua

    13/08

      0
  • avatar
    Dump's Kristine

    I like

    08/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes