logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Salah mengira ternyata Ridho tidak mes*m

"Maaf Mas, Neneng besok ada ulangan!" ucap Neneng gemetar namun tegas.
"Oh masih sekolah! Kelas berapa?" tanya Ridho mengendur, amarahnya hilang ketika tau Neneng masih sekolah.
"Kelas XII Mas," ucap Neneng tertunduk. Karena, Ridho masih memeluknya dari belakang. Baru kali ini dia disentuh oleh pria, itu membuatnya sangat malu dan canggung.
"Sekolah di mana? Adekku juga kelas XII."
"Di SMA negeri XX, Mas bisa dilepas dulu gak," tegas Neneng.
"Oh iya iya maaf, loh itu tempat sekolah adek aku Nabila XII ips 1," antusias Ridho.
"Dia temen sebangku aku Mas, yaudah Mas aku pulang dulu ya," ucap pamit Neneng dan dia berlari.
"Loh loh Neng, ayo aku anterin pulang," teriak Ridho.
"Gak usah Mas, Neneng naik angkot aja. Makasih."
"Mas bakal cium kamu disini, kalo kamu gak nurut," ancam Ridho.
Neneng berhenti dan diam, lalu Ridho menghampiri Neneng dan menggandengnya.
Ternyata, adik Ridho adalah sahabatnya Neneng.
Nabila sangat dekat dengan kakaknya Ridho, karena Ridho sangat menyayangi adiknya.
Sesampainya di rumah Neneng, Ridho meminta nomer hpnya Neneng. Tapi apa daya, Neneng tidak memiliki handphone. Kehidupan yang sangat melilit membuatnya mengesampingkan keinginan.
"Duit mana duit?! Gua mau mabok anjing!! teriak bapaknya Neneng dari dalam rumah.
"Emaaaakkkk!!" teriak Neneng dan langsung masuk ke rumah.
BUGH.
BUGH.
BROKK!!
Ridho terkejut dengan apa yang terjadi, bapaknya Neneng memukuli istrinya dengan balok kayu dan sekarang emaknya Neneng tergeletak di lantai tanah. Yaa, rumah Neneng masih tanah.
Ketika, Neneng hendak menolong Emaknya, malah yang terjadi dia dijambak dan diseret.
"Lepasin rambutnya Neneng!" teriak Ridho.
Sreeettttt ....
Bugh!
Pow!!
Buhh!
"Rasain lo! Beraninya ama perempuan!"
"Ampun ... ampun ampun ampun nyerah."
Ridho memukuli bapaknya Neneng dengan penuh amarah yang menyesakkan dadanya.
"Udah Mas cukup.Mas Ridho pulang aja, ini udah malem," perintah Neneng.
"Itu emak kamu gimana? Ayo kita ke puskesmas terdekat," khawatir Ridho.
"Tapi Mas ...."
"APA LAGI!! AYO KITA BONCENG!" teriak Ridho. Ridho sangat cemas takut sesuatu terjadi.
Sampai puskesmas Neneng begitu khawatir, Ridho mencoba menenangkan Neneng.
"Neng ... Neneng ... Emak tinggal ama engkong dulu yak," ucap emak dengan lirih.
"Kenapa mak?"
"Emak cape!!"
Neneng tidak bertanya lagi, dan dia sudah paham. Kali ini tinggal dia seorang diri di rumah. Ridho merasa cemas dengan Neneng, dia takut jika Neneng akan diperlakukan seperti tadi.
"Neng, nginep ke rumah Nabila yuk?" ajak Ridho dengan suara lembut, tidak seperti tadi yang membentak.
"Ah enggak Mas, Neneng masih harus gosok!" tolak Neneng halus, agar tidak melukai perasaan Ridho.
"Yaudah, Mas Anter pulang dulu ya emak kamu. Setelah itu baru kamu," kata Ridho dan dia pun pamit.
Neneng tidak pernah membenci bapaknya, baginya dia tetap seorang pahlawan yang dulu sempat sayang pada Neneng. Neneng tidak pernah mengingat kejahatan bapaknya terhadap diri Neneng. Tapi, dia selalu mengingat betapa bapaknya dulu sangat mencintainya.
Foto yang Neneng pajang di tembok berdebu dengan semen kering yang berantakan dan batu bata yang sudah berbubuk, adalah foto ia digendong oleh bapaknya. Entah apa yang membuat pak Sabri begitu sangat menggilai judi dan miras. Hingga merubahnya menjadi sosok psikopat.
"Lama ya Neng?" tanya Ridho.
"Enggak Mas."
"Yaudah ayo pulang."
"Iya Mas Ridho."
Di tengah-tengah perjalanan, mas Ridho berhenti untuk makan dan mentraktir Neneng. Tetapi, malah bertemu dua sejoli yang lagi kasmaran. Mas Adi dan Cantika, mereka sedang makan sambil bercengkrama. Neneng melihat itu, jangan ditanya lagi rasanya seperti apa.
Neneng yang berjuang dan mengejar, orang lain yang menikmati. Yaa, memang bisa dikatakan cinta tidak harus egois, melihat orang yang kita cintai bisa bahagia, harusnya kita juga ikutan bahagia meskipun bukan sama kita.
Mas Ridho tidak mau mengganggu mereka berdua, dia mengajak Neneng makan agak jauhan dari mereka.
Mas Ridho melihat Neneng menghembuskan Nafas besar, ketika melihat pasangan kasmaran itu.
"Neng ... makan apa? Mas bayarin," ucap Ridho dengan menampilkan senyum.
"Neneng gak pernah makan ditempat kaya begini. Neneng bingung, terserah Mas Ridho aja deh," kata Neneng sambil tersenyum.
Saat mereka menyantap makanan, Mas Adi menepuk pundak Neneng.
Sontak membuat Neneng kaget dan tersipu. Mas Adi hanya berpamitan pulang, dan gak lupa dia menyuruh Neneng cepet pulang karena sudah malam dan tidak pantas anak gadis berkeliaran malam hari bersama pria.
"Dho jangan malem-malem, Neneng anterin pulang, besok dia dagang. Neng Mas Adi pulang ya, cepetan tidur jangan kerja terus," perintah Mas Adi dengan mengusap rambut Neneng yang tidak pernah mengalami perawatan.
"Apa sih Di, mending kau pulang aja sana duluan," ketus Ridho.
"Heh heh ... jangan resek ya!!" Adi mengancam Ridho.
"Iya Mas Adi, Neneng pulang."
 
Cantika cemberut di belakang motor dan dia diam saja. Cantika, ternyata cemburu pada Neneng, mas Adi dianggapnya terlalu berlebihan pada Neneng. Dan itu melukai harga dirinya sebagai kekasih.
"Can, kok mukanya ditekuk sih?" tanya Adi penasaran.
"Tuh 'kan ada apa sih?" ucap Adi dengan menggenggam tangan Cantika.
Cantika mendiamkan mas Adi sampai Cantika masuk rumah. Mas Adi yang bingung, hanya bisa diam.
********
Sesampainya di rumah, Adi melihat Neneng pulang diantar Ridho. Ridho masuk kerumah Neneng, mas Adi menggerutu, hatinya tidak terima dan tidak menyukainya.
"Apalah yang mereka lakukan sampai selarut ini, dasar Ridho memang tak tahu diri!" ucap Adi sendiri. Rasa penasaran membawanya ke rumah Neneng. Baru mau sampai pagar rumah, malah diam dan balik lagi kerumah. Tetapi, logikanya selalu aja menari dalam pikirannya.
"Ahh, tidak terlalu berlebihan jika alasanku pesan nasi uduk besok, mungkin tidak akan terlalu canggung, yaaa itu saja."
Berjalan dengan rasa berkecamuk karena ini pertama kalinya dia kerumah Neneng hanya karna ada laki-laki yang tak lain adalah temannya. Yaa walaupun Ridho anak konglomerat, dia tidak mau serta merta menerima posisi jabatan tinggi di perusahaan yang ayahnya pimpin. Malah dia kerja bersama Adi di bank.
Ridho laki-laki idaman wanita dia hangat, kaya, tampan dengan warna mata hazel karena ibunya dari Swedia. Neneng pasti akan tersihir dengan pesonanya, ahh tapi Neneng amat menyukai Adi selama ini. Tidak mungkin hancur begitu saja perasaanya.
"Ahhhh kenapa peduli amat sama perasaan Neneng." Adi berbicara sendiri.
Melihat mereka berdua sedang makan pisang goreng dan tersedia teh hangat, membuat Adi menelan saliva.
'Kenapa Neneng tidak mengantarnya dan memberikan padaku?' batin Adi.
Bukan seperti novel yang benci menjadi cinta. Adi tidak membenci ataupun menyukai Neneng. Adi hanya merasa, dirinya ini terlalu dewasa untuk bocah seperti Neneng. Jadi, Adi membuat batasan untuk dirinya dan juga untuk Neneng.
"Mas Adi ... ada apa Mas?" Neneng bertanya dan langsung berdiri di depan pintu.
"Eng--enggak ada apa-apa. Besok anterin nasi uduk ya buat serumah Neng." Suara Adi terdengar serak dan tergagap.
"Dho gak pulang?" tanya Adi dengan nada menyebalkan.
"Ahhh apaan sih, baru juga mau makan pisang goreng," desis Ridho tak menyukai pertanyaan Adi.
"Iya Mas ayo masuk dulu," ucap Neneng sambil mempersilahkan mas Adi masuk.
Namun, ditolak.
"Mas Adi lelah, mau tidur dulu." Adi pulang dengan membawa perasaan aneh. 'Ahh sungguh gelisah meninggalkan Neneng bersama Ridho,' batin Adi.
****
*POV Ridho*
Mendengar seluruh cerita Neneng membuatku terenyuh. Apalagi baju yang sudah di cuci sangat banyak dan menumpuk, aku membantunya setrika.
Dan dia memberiku pisang goreng, betapa senangnya hatiku diperlakukan layaknya keluarga dia. Dia seperti adikku yang hangat, ingatan lalu kembali timbul, kami berdua saling menguatkan satu sama lain karena keluarga kami pun sulit untuk dipahami. Jadi, hanya Nabila yang bisa untuk membuatku bisa hidup, dialah adik kesayanganku. Saat kecil aku yang menjaganya tatkala mami dan papi sedang sibuk dengan bisnisnya.
Nabila pun hanya menggantungkan asanya padaku. Kelak, aku yang akan mencarikan jodoh yang penyayang layaknya diriku. Nabila sangat berbeda dengan Neneng, walaupun mereka terpaut usia yang sama. Adikku Nabila sangat manja dikarenakan dia hanya memilikiku sebagai sandarannya. Papi dan mami tidak mau tahu tentang tumbuh kembang kami, aku mencoba berpikir dewasa bahwa orang tua kami memang sibuk untuk keluarga sampai-sampai bisnisnya berkembang pesat. Untuk mencapai kesuksesan pasti harus ada yang dikorbankan entah waktu, harta, kehidupan sosial, keluarga dan masih banyak lagi. Orang tua kami menumbalkan kasih sayangnya terhadap kami.
Kalau Neneng sangat mandiri, keadaanlah yang membuat dia tangguh dan dewasa. Kedewasaan seseorang tidak bisa diukur dengan umur atau berapa lamanya dia hidup di dunia ini. Terbukti ada dalam diri Neneng, bocah perempuan yang dalam pikirannya hanya untuk bertahan hidup.
Seketika, lamunanku buyar dikarenakan Neneng menyentuhku.
"Mas, ayo makan dulu." Ucapan Neneng sangat sederhana saat mengajakku untuk makan, kata-kata itu membuatku teduh.
"Iya Neng, maafin Mas ya Neng, yang tadi di bioskop." Sungguh malu aku mengatakan ini, tidak ada yang bisa menahan kelu ini bicara.
"Oh iya gak apa."
Ahh bahkan dia tidak mempersalahkanya dan dilupakannya begitu saja. Lihatlah betapa dewasanya dia dalam bersikap, aku sungguh malu. Mengetahui Adi datang, aku tidak beranjak sedikitpun dari tempat dudukku. Neneng menyambutnya dengan senyum yang menurutku amat manis.
Aku baru tau Neneng kalo pagi jualan nasi uduk.
Selepas Adi pergi, aku mengatakan pada Neneng perihal pekerjaan. Aku ingin dia bekerja di rumahku sebagai juru masak saja. Dan nabila pasti suka jika Neneng bisa tinggal dengan kami.
"Neneng tanya emak dulu ya Mas Ridho." Wajahnya menyimpan derita, tapi dia anak baik.
"Iya Neng, kamu cepetan tidur. Mas pulang dulu, nanti kalo kemaleman Nabila ngambek hehehe." Deretan gigiku yang putih kuperlihatkan pada Neneng.
"Iya Mas hati-hati." Neneng melambaikan tangan dan senyum yang sehangat susu coklat, manis dan nikmat.
Astaga ... ada apa denganku! Sadar Ridho, dia itu seumuran adikmu. Aku menyadarkan diriku sendiri dengan memukul kepalaku sendiri
*******

Comentário do Livro (87)

  • avatar
    Renalda Uspessy

    luar biasa akhir cerita cinta yg penuh dgn suka duka tetapi d akhiri dengan suka cita.cerita nya keren nggak keliatan amatir . suka deh ✌️🌷

    29/12/2021

      0
  • avatar
    Nadratul Nadra

    bagus

    08/07

      0
  • avatar
    FatianahSiti

    sangat bagus

    05/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes